PWMU.CO – Direktur Griya Parenting Indonesia Drs Miftahul Jinan MPd memberikan lima resep bagaimana mendidik anak. Agar orangtua tak bingung jika tak sesuai harapan.
Hal itu dia sampaikan di hadapan 200-an jamaah Pengajian Ahad Pagi Masjid At Taqwa Wisma Sidojangkung Indah (WSI), Desa Sidojangkung, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik, Ahad (5/1/20).
Miftahul Jinan mengawali ceramahnya dengan curhatan seorang ibu single parent, yang tak dia sebut namanya. Sang ibu—sebut saja Fulanah—memiliki dua anak yang duduk di bangku SMP dan SMA.
“Saya ingin yang terbaik kepada anak saya sehingga saya sekolahkan ke sekolah yang mahal dan terbaik,” kata Fulanah, seperti diceritakan Miftahul Jinan.
“Tapi semenjak menjadi SMP dan SMA kok (saya ada) sedikit kesalahan saja (langsung) diprotes dan berkata tidak sopan. Seolah-olah perjuangan saya ini tidak dihargai,” bunyi curhatan Fulanah.
“Apa yang bisa saya perbuat untuk memperbaiki mereka?’’ tanya Fulanah kepada Miftahul Jinan.
Anak Itu Cobaan
Miftahul Jinan bercerita, menghadapi curhatan itu dia berkata. “Rasa-rasanya ibu ini memerlukan dua hal: sebuah motivasi dan langkah-langkah untuk memperbaiki keadaan.”
Miftahul Jinan lalu memberikan penjelasan kepada jamaah pengajian yang datang tidak hanya dari warga WSI, melainkan juga dari beberapa perumahan sekitar.
“Mohon maaf, Bapak-Ibu. Tidak semua anak-anak kita yang kita sekolahkan baik dan lingkungan baik, tidak mesti mulus-mulus saja,” ujar penulis buku Alhamdulillah, Anakku Nakal ini.
Mengutip Alquran Surat Attaghabun Ayat 14 dan 15, Miftahul Jinan mengatakan, anak adalah cobaan. “Dan menariknya ayat ini ditutup dengan ‘Dan sungguh di sisi Allah pahala yang besar.’ Artinya kalau kita dapat melewati ini dapat pahala yang besar,” terang dia.
Artinya, sambung dia, kalau kita dapat masalah sama anak jangan mikir susahnya, tapi akhirnya, yaitu akhirat. “Insyaallah mendapat palaha yang besar,” ucapnya.
Miftahul Jinan lalu mencontohkan dirinya yang memiliki lima anak. Menurutnya, tak semuanya mulus. Tak semuanya baik-baik saja. “Sehingga kalau saya mendapati masalah terkait anak-anak ini mungkin hal itu cobaan sebagai sarana beribadah kepada Allah,” ungkapnya.
Jadinya, lanjut dia, yang pertama harus sabar. Yang kedua, anak menghargai orang tua. “Ibu ini (Fulanah) merasa tak dihargai perjuangannya. Terus saya bilang kepada ibunya, ‘Kalau ibu ikhlas berkorban, kalau ibu rela berkorban, balasannya surga’,” tuturnya.
Kisah Tiga Kurma Aisyah pada Tamunya
Miftahul Jinan lalu menceritakan kisah seorang ibu yang membawa dua anaknya ke rumah Sayyidah Aisyah. Menjamu tamunya, Aisyah memberikan tiga tamu itu dengan tiga buah kurma.
Ibunya memberikan kedua anak ini kurma terlebih dahulu. Setelah kurma sudah tertelan oleh kedua anaknya, ibu ini memulai untuk memakan kurma.
Akan tetapi ketika kurma telah berada di mulut dan hendak ditelan, kedua anaknya menatap sang ibu dengan pengharapan akan kurma yang akan dimakannya. Ibu itu pun memberikan kurma yang berada di mulutnya ke kedua anak ini dibaga sama rata.
“Kemudian cerita ini disampaikan ke Baginda Rasul. Rasulullah SAW bersabda bahwa keharaman untuk ibu itu masuk neraka. Dan wajib bagi ibu itu masuk surga Allah. Artinya apa ibu-ibu? Semua yang dilakukan untuk ridha Allah akan mendapat surga asal kita ikhlas,” kata Miftahul Jinan. Baca sambungan di hal 2