Jangan Jadi Jongos Anak
Keempat, peduli terhadap aktivitas keluarga. Mengupas soal ini Miftahul Jinan bercerita. “Saya ini sedih melihat saudara yang suatu hari masuk ke kamar anaknya, membersihkan kamarnya. Tetapi anaknya malah tiduran di ranjang main HP. Loh ini apa?” tanya dia heran.
Miftahul Jinan mengatakan, jangan biarkan anak-anak tidak terlibat terhadap aktivitas miliknya sehingga kita menjadi jongos anak kita. “Anak kita harus terlibat dalam proses pembersihan tersebut. Artinya apa? Ajak anak kita terlibat dalam aktivitas keluarga supaya anak-anak itu lebih menghargai kerja keras kita,” pesannya.
Dia menegaskan, “Kalau kita biarkan seperti contoh tadi, ingat-ingat Bapak-Ibu, anak-anak akan tidak memiliki sifat empati ketika tua, karena kita tidak melibatkan mereka ke dalam aktivitas keluarga (agar) membuat anak-anak lebih mandiri.
Mandiri Versus Manja
Kelima, membuat anak mandiri. “Saya perhatikan anak-anak yang mandiri itu, biasanya lebih empati kepada orangtua. Saya perhatikan juga bahwa anak-anak yang kurang empati itu selalu menyalahkan orangtua. Padahal jelas-jelas urusan baju anak SMA ya urusanya dia sendiri bukan tanggungjawab orangtua,” kata dia.
Anak yang tidak mandari, menurut Miftahul Jinan, tidak mempunyai empati kepada orangtua. “Maka saya berharap anak-anak yang terbiasa mandiri mengerti dan empati pengorbanan orangtua. Tetapi anak yang selalu dimanja maka bersiap-siap anak ini tidak care kepada orangtua,” jelasnya.
Miftahul Jinan memberi contoh tidak efektifnya anak manja. “Seringkali anak yang manja kalau pingin telor ceplok minta ibunya. Padahal ibunya lagi nyetrika dan harus nunggu satu jam. Sementara anak mandiri kalau pengen telor ceplok ya langsung bikin sendiri,” jelas dia,
“Artinya apa? Anak mandiri itu cenderung lebih bahagia. Seringkali orangtua merasa jika anak yang dilayani oleh orangtuanya, anak tersebut akan bahagia, justru itu pemikiran yang salah,” katanya.
Kontekstual bagi Jamaah
Dengan contoh-contoh kongkret tentang keluarga, plus beberapa humor, ceramah Miftahul Jinan selalu menarik perhatian jamaah. Seperti yang disampaikan Erlina, guru SD Islam Nurul Iman Menganti. Dia mengatakan, materi yang disampaikan pas bagi orangtua muda seperti dirinya.
“Ceramahnya enak dan bisa diterapkan. Bahasa yang diterapkan mudah dipahami dan menarik,” ujar ibu satu anak yang tinggal di Golden Berry Menganti itu.
Pengurus Masjid At Taqwa sudah kali keempat mendatangkan dia untuk pengajian yang sudah berlangsung lima tahun ini. “Rasanya baru kemarin saya mengisi di sini. Sekarang sudah mengisi lagi sambil menikmati suasana hijau dan segar di sekitar masjid di musim hujan ini,” kata Miftahul Jinan. (*)
Kontributor Aqil Rausanfikr Mohammad. Penulis/Editor Mohammad Nurfatoni.