
PWMU.CO-Wakil Ketua Pimpinan Wilayah (PWM) Jawa Timur Nur Cholis Huda mengatakan, Lembaga Dakwah Khusus (LDK) adalah lembaga yang berdakwah di tempat-tempat khusus dan sasarannya juga kepada orang-orang yang khusus. Tidak sembarang orang bisa melakukanya. Karena itu dai khusus harus memiliki bekal lima Er.
Hal itu disampaikan dalam Follow Up Bimtek Dai Komunitas Regional VI yang diikuti 100 peserta dari LDK Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo, Situbondo, Lumajang, Jember, Bondowoso, Banyuwangi, Kota Pasuruan, Kabupaten Pasuruan. Acara dilaksanakan di Gedung Dakwah PDM Kota Probolinggo, Ahad (5/1/2020).
Menurut Nur Cholis Huda, lima bekal Er itu pertama, Bener. Menjadi dai khusus harus bener niatnya, bener akidahnya dan bener ibadahnya. ”Agar dalam memberi dakwah kepada para komunitas juga bener. Tidak menyimpang dan salah,” tuturnya.
Kedua, pinter. Seorang dai khusus itu harus cerdas. ”Tahu masalah dan tahu cara memecahkan masalah. Jangan malah bikin masalah,” tutur Nur Cholis.
Salah satu ciri orang cerdas itu, sambung dia, bisa menyelesaikan masalah yang sulit dengan cara mudah. Sedang orang yang tidak cerdas kalau memecahkan masalah yang mudah, cara menyelesaikannya berbelit-belit, muter-muter dan tidak kunjung selesai.
Ketiga, kober. Semua pengurus Muhammadiyah itu tidak ada yang nganggur, semuanya sibuk. Tetapi roda organisasi harus tetap jalan tidak boleh berhenti. ”Kuncinya kudu kober. Harus menyempatkan waktu. Demikian pula di LDK dan menjadi dai komunitas harus kober, menyempatkan berdakwah,” tandasnya.
Keempat, banter. Langkahnya cepat. ”PP Muhammadiyah kalau mencari majelis atau lembaga yang banyak kegiatanya maka yang dituju pasti Jawa Timur. Dan itu adalah LDK. Karena LDK Jawa Timur ini paling banyak kegiatannya. Ada dana atau tidak tetap jalan. Ada saja yang di urusi,” kata pria kelahiran Gresik ini disambut tepuk tangan oleh seluruh peserta.
Karena itu, kata dia, LDK yang ada di daerah buatlah kegiatan, dan dikerjakan dengan cepat. Agar tidak ketinggalan dengan yang lain.
Kelima, seger. Menjadi dai khusus itu tidak boleh loyo atau lemes. Tapi harus seger. Seger badannya, seger kantongnya. Yang ditangani dai khusus itu sangat banyak. Karenanya badannya harus sehat.
”Dai khusus itu berbeda dengan dai pada umummnya yang ketika pulang membawa sesuatu. Nah, para dai khusus ini ketika datang berdakwah ke komunitas-komunitas pasti membawa sesuatu. Karenanya kantongnya harus seger,” kata Nur Cholis Huda menegaskan. (*)
Penulis M. Khoirul A Editor Sugeng Purwanto