PWMU.CO – Masjid Al Hijroh Perguruan Muhammadiyah Banyutengah, Panceng, Gresik dirobohkan, rata dengan tanah. Selanjutnya dibangun kembali menjadi masjid yang besar dan indah.
Pembongkaran bangunan masjid dilakukan Rabu (8/1/20) malam. Dua hari sebelumnya diawali pelepasan kusen-kusen pintu dan jendela agar tidak ikut terkubur reruntuhan bangunan.
Ketua Takmir Syuhadak menjelaskan alasan malam dipilih sebagai waktu merobohkannya. “Kalau siang, peralatan berat masih digunakan kerja untuk perusahaan, begitu juga kegiatan belajar mengajar masih bisa berjalan,” ujarnya yang dibenarkan pemilik peralatan berat (bego), Sutomo.
Sekitar pukul 19:30 WIB, ketika jamaah shalat Isya sudah berada di rumah semua, terdengar suara, “Kriyet… kriyet…”, diiringi dengungan, suara khas mesin bego. Seketika banyak orang keluar rumah melihat sumber suara.
Tampak bego berukuran besar sedang dikawal sekelompok pemuda melewati jalan utama desa menuju lokasi masjid yang akan dirobohkan.
Sesampai di lokasi, proses perobohan berlangsung. Disaksikan para warga, pengurus takmir, panitia pembangunan, dan sesepuh perguruan Muhammadiyah Banyutengah.
Kenangan Masjid Al Hijroh yang Dirobohkan
Mereka hadir ingin menyaksikan proses runtuhnya masjid yang bertahun-tahun digunakan tempat ibadah.
Ada kenangan indah bersama masjid yang dirobohkan itu, seperti penulis alami. Masih teringat saat proses pengecoran lantai atas saat itu. Waktu itu penulis masih kecil. Sekitar kelas III madrasah ibtidaiyah. Semua siswa dikerahkan untuk membantu pembangunan masjid saat itu.
Kini masjid itu akan tinggal kenangan, sebab sudah dirobohkan dan akan digantikan bangunan masjid baru.
Perencaaan Pembangunan Masjid Al Hijroh
Sementara Syuhadak menjelaskan, proses perencanaan model bangunan masjid ini panjang dan berliku. Menurut dia, awal perencanaan, ukuran masjid adalah 32 m x 26 meter persegi dengan tiga tingkat.
“Hingga pada akhir keputusan menjadi 26 m x 26 m dengan dua tingkat, sehingga berpengaruh pada biaya. Awalnya sekitar Rp 8 miliar, menjadi Rp 5,35 milyar,” ungkapnya.
Model bangunan pun mengalami perubahan. Tidak persis seperti konsep gambar yang beredar. Menurut Rusyian MPdI, ketua tim perancang pembangunan masjid yang baru, dinding akan menggunakan serba kaca dan tampilan muka masjid akan semakin indah.
“Masjid Al Hijroh nanti akan menjadi ikon di kawasan tersebut. Sebab dari sisi keindahan, insyallah tidak akan kalah dengan Masjid Namira atau Masjid KH Ahmad Dahlan,” jelas Rusyian.
Terkait pembiayaan, menurut H Mustofah, SAg, Ketua Panitia Pembangunan Al Hijroh, akan banyak mengandalkan swadaya warga. “Juga dari para aghniya (orang kaya) baik lokal maupun luar negeri.
Rencananya, pada awal tahun ini Mustofah akan berangkat ke Malaysia menemui warga Banyutengah Panceng yang ada di sana untuk penggalangan dana pembangunan masjid.
Dia mengatakan, berdasarkan target kontraktor, direncanakan pembangunan Masjid Al Hijroh akan selesai delapan bulan sampai satu tahun.
“Dengan start pembangunan mulai awal tahun ini, setidaknya awal tahun 2021 bangunan Masjid Al Hijroh baru sudah selesai dan dinikmati oleh warga Muhammadiyah Banyutengah dan warga umum lainnya,” terangnya.
Dua Proyek Besar
Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Banyutengah Moh. Rofiq menyampaikan, sebenarnya PRM Banyutengah punya dua program besar saat ini.
Pertama, pembebasan lahan serta pembangunan masjid yang membutuhkan dana sekitar Rp 5 miliar lebih itu.
Kedua, pembelian lahan yang akan digunakan untuk lokasi Pondok Pesantren Al Azhar putra yang membutuhkan dana Rp 1,5 miliar.
“Semoga dua program PRM Banyutengah ini bisa terealisasi dan banyak donatur berpartisipasi sehingga mempercepat terwujudnya program tersebut,” harap dia.
Di menyampaikan. bagi para donatur yang ingin membantu bisa menyalurkan ke nomor rekening ini: Bank Jatim: 0803015945 an Masjid Al Hijrah atau Bank BRI: 6312-01-012381-53-4 an Masjid Al-Hijroh.
“Untuk konfirmasi bisa melalui HP nomor 0812-3494-0296,” kata dia. (*)
Penulis Anshori. Editor Mohammad Nurfatoni.