PWMU.CO – Ustadz Bangun Samodra mengajak jamaah shalat Dhuhur Masjid Al Falah Jalan Raya Darmo Surabaya untuk mengenali iblis sebagai musuh-musuh kita.
“Agar kita tidak tersesat dalam mengarungi kehidupan di dunia yang fana ini, maka kita harus mengenal musuh-musuh kita,” kata pemilik nama lengkap H Charis Bangun Samodra ini, dalam pengajian bakda Dzuhur, Rabu (15/1/20).
Ustadz Bangun Samodra melanjutkan dengan mengutip Surah Al Hijr Ayat 39, “Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.”
Menurut Bangun Samodra, iblis suka menggoda manusia di waktu mustajabah. “Pada saat khutbah Jumat berlangsung ada waktu yang mustajabah, yang apabila kita berdoa pada waktu akan dikabulkan oleh Allah,” ungkap mubaligh yang dulu pernah mengenyam pendidikan di Vatikan Roma ini.
Yaitu, sambungnya, ketika khatib sedang duduk di antara dua khutbah. “Karena mustajabah maka banyak godaannya. Maka pada waktu itu datanglah Iblis menggoda kita. Dia Iblis berkata tidurlah jangan berdoa,” kata Bangun Samodra mencontohkan bentuk godaan Iblis.
Iblis Tak Menggoda dari Atas dan Bawah, Mengapa?
Ustadz yang pernah beragama Nasrani ini melanjutkan dengan membaca Surat Alaraf Ayat 17. “Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).”
Ustadz Bangun Samodra menambahkan, kenapa iblis tidak menggoda manusia dari arah atas dan bawah. “Karena di atas ada Allah dan di bawah, di dalam tanah ada api atau magma sehingga Iblis tidak berani,” jelas dia.
Ratusan jamaah yang mendengarkan ceramahnya terlihat sangat antusias. Kemampuan Ustadz Bangun Samodra dalam memahami Injil—kitab yang dahulu dia imani dalam agama lamanya—salah satu daya tariknya.
Dalam kesempatan tersebut, Ustadz Bangun Samodra mengingatkan umat Islam agar mematuhi imbauan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur agar tidak mengucapkan salam agama lain. (*)
Penulis Achmad Zaidun. Editor Mohammad Nurfatoni.