PWMU.CO – Cara mendidik anak zaman now berbeda dengan masa lalu. Demikian disampaikan pakar Pendidikan Umi Dayati pada Smart Parenting Talkshow SD Mugeb.
“Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”, ujarnya Umi Dayati mengutip sabda Rasulullah SAW.
Dr Dra Umi Dayati MPd menyampaikan hal itu dalam acara Smart Parenting Talkshow yang diselenggarakan Ikatan Wali Murid (Ikwam) SD Muhammadiyah 1 GKB, Sabtu (18/1/20).
Acara yang digelar di Gedung Graha Sarana Petrokimia, Jalan Jendral A. Yani, Gresik ini mengusung tema “Strategi Jitu Ortu di Era Millenial”.
Sebelum menyampaikan materi, Umi Dayati meminta para wali siswa untuk berfokus padanya tanpa memegang HP. “Susah kan ya Bapak Ibu kalau ndak megang HP sebentar? Gitu kok nyuruh anaknya ndak pegang HP,” ujar Umi Dayati diikuti gelak tawa peserta.
Perilaku anak, sambungnya, tak lain adalah hasil mencontoh orangtuanya. Anak tidaklah mendengar, tapi meniru. “Bagaimana anaknya mau belajar kalau tidak pernah melihat mamanya belajar. Kita ndak boleh sekadar menyuruh anak belajar sementara kita sendiri HP-an,” papar Dosen Universitas Negeri Malang itu.
Orangtua tidak boleh menyamakan pendidikan pada zaman mereka dengan pendidikan anak zaman now.
Menurut Umi Dayati, kebanyakan orangtua sibuk mengejar kemampuan akademik anak. Padahal yang seharusnya diutamakan adalah pendidikan karakter.
“Otak kita yang dianugerahi Allah bisa berkembang dan menjadi pintar sampai usia 40 tahun, tapi karakter anak hanya akan berhenti pada usia SD. Manfaatkan golden age anak itu dengan menanamkan karakter dulu,” tutur Umi Dayati di hadapan 477 peserta.
Empat Hal Terkait Mendidik Anak
Ada empat hal penting yang disampaikan Umi Dayati terkait hal mendidik anak. Pertama, jangan suka membanding-bandingkan anak. Hal tersebut akan membunuh karakter anak.
“Kedua, ekspektasi pada anak jangan terlalu tinggi,” ujarnya.
Ketiga, anak jangan terlalu sering dimarahi. “Biasakan memberi solusi agar anak bisa bekerja sama,” kata dia Umi sambil memberi contoh saat mau berangkat sekolah, anak sering dimarahi mamanya karena takut terlambat.
“Kalau makan yang cepet, ayo cepet, biar ndak terlambat. Coba kalimat tersebut diganti dengan: coba dihitung, jarak rumah ke sekolah berapa? Kalau nanti macet di jalan bagaimana, agak cepat ya nak kalau makan. Kalau begitu anak akan nurut,” terangnya.
Keempat, menurut Umi Dayati anak tidak suka disuruh-suruh.
Umi Dayati menjelaskan bahwa tak dipungkiri penggunaan gadget juga ada manfaatnya. namun harus digunakan dengan bijak dan memperhatikan durasi.
“Gadget tetap baik. Potensinya baik, tapi tetap didampingi. Durasi bermain gadget juga perlu diperhatikan. Usia SD maksimal dua jam. Dipecah-pecah, jangan dua jam berturut-turut,” ujarnya.
Umi Dayati kemudian mengajak para guru dan perwakilan dari Ikwam untuk naik ke panggung. Diameminta masing-masing menyebutkan satu kata yang ditujukan untuk semua orangtua.
Ada yang menyebutkan kata ‘Semangat’, ‘Responsible’, ‘Istikamah’, ‘Jujur’, dan masih banyak lagi.
Menurut Umi Dayati, anak-anak akan menjadi luar biasa dengan beberapa syarat. “Pertama, visi yang jelas, anak-anak mau dibawa ke mana, orangtua dan guru harus satu. Yang kedua kompeten. Guru harus kompeten dan orangtua pun juga harus kompeten,” pungkasnya.
Umi Dayati menutup acara dengan penuh kemeriahan dengan mengajak seluruh peserta untuk senam bersama dengan diiringi lagu Perahu Layar. (*)
Penulis Mar’atus Sholichah. Editor Mohammad Nurfatoni.