PWMU.CO–SD Mumtaz sebutan untuk SD Muhammadyah 1-2 Taman Sepanjang Sdoarjo mengunjungi SD Muhasa (SD Muhammadyah 1) Ngawi.
Kunjungan ini studi banding untuk mengetahui perjalanan prestasi juara I lomba Budaya Mutu tingkat nasional. Acara berlangsung Kamis (23/1/20).
Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 1-2 Taman Sepanjang (Mumtaz) Sidoarjo Rahardian mengatakan selain mendapat manfaat silaturahim, sekolah bisa belajar tentang komponen dalam lomba budaya mutu tingkat nasional.
“Mendengar SD Muhasa mendapat juara I, kami berniat belajar beberapa hal yang bisa bermanfaat untuk sekolah kami (Muntaz),” ujarnya.
Rahardian melanjutkan komponen perpustakaan menjadi fokus untuk dipelajari dan bahan untuk proses belajar lebih lanjut.
Kepala SD Muhammadiyah 1 (Muhasa) Ngawi, Syaiful Husna SAg menanggapi maksud kepala Muntaz menjelaskan perjalanan lomba Budaya Mutu dari tahap awal sampai tahap final. Termasuk pengalaman saat bertemu sekolah-sekolah hebat se-Indonesia, Oktober 2019 lalu.
“Pada tahap final kami bertemu dengan sekolah-sekolah besar di Indonesia. Sekolah kami bisa dibilang termasuk sekolah kecil. Namun kami tidak berkecil hati,” ceritanya.
Syaiful Husna menuturkan tetap berusaha maksimal. Bahkan sampai latihan presentasi berkali-kali di kamar untuk mengefektifkan durasi waktu saat presentasi. Hal ini, lanjutnya, juri tidak memberi toleransi waktu.
Syaiful Husna sambil tertawa mengingat pengalamannya latihan presentasi berkali-kali namun sulit mengepaskan durasi. Hal ini terbayar lunas, ketika presentasi pada hari H-nya durasinya pas. Lega rasanya, lanjutnya.
“Pada tahap final, sekolah hanya diwakili kepala sekolah untuk presentasi dan dibantu 1 guru sebagai operator. Guru ini pun diperbolehkan untuk bantu jawab pertanyaan dari juri,” ungkapnya di hadapan rombongan.
Sekolah yang memiliki prestasi internasional dan berbasis IT hebat bahkan sudah bekerjasama dengan browser, menurutnya, ternyata tidak mendapat juara.
Butuh Kreativitas dan Berbudaya Lokal
Syaiful Husna menerangkan sekolah berbudaya mutu tidak dilihat seberapa banyak prestasi dan kecanggihan sebuah sekolah. Namun, harus menjadi sekolah pembeda.
“Harus menjadi sekolah pembeda dengan sekolah lain. Mulai dari inovasi dan kreativitasnya. Mampu menjadikan kearifan lokal menjadi media kreativitas. Inilah nilai plus dari sekolah berbudaya mutu,” imbaunya.
Selain itu, ingatnya, perpustakaan harus juga menjadi perhatian. Perpustakaan tidak hanya melayani peminjaman buku, namun juga bekerjasama dengan perpustakaan daerah. Hal penting lagi bisa adalah bisa memberikan layanan kepada orang tua maupun masyarakat, klinik baca untuk anak-anak yang belum lancar membaca, dan mengembangkan literasi sekolah.
Setelah mendengarkan penjelasan dari kepala Muhasa, rombongan Muntaz berkesempatan menikmati kudapan di kantin sekolah. Rombongan mencicip makanan dan minuman yang berasal dari produk nonpabrik, nonbungkus plastik, dan berbahan lokal.
Terakhir, setelah meninjau kantin sekolah, rombongan yang berjumlah 13 orang berkeliling lingkungan sekolah. (*)
Penulis Siyam Supiah. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni