Kongres V PAN, inikah calon ketua umum (ketum) yang direstui Amien Rais? Ada empat nama yang sudah muncul. Dua nama yang akan bertarung sengit?
PWMU.CO – Jika tak ada aral melintang Kongres V Partai Amanat Nasional (PAN) akan dihelat di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin-Rabu (10-12/2/2020).
Melihat dinamika internal partai dan berbagai pemberitaan di media massa dan media sosial tampaknya partai yang lahir dari gerakan reformasi 1998 itu akan menjadi ajang pertarungan sengit (die hard) kandidat Ketua Umum PAN periode 2020-2025.
Setidaknya ada empat orang calon yang sering diperbincangkan menjelang Kongres V PAN. Yaitu Mulfachri Harahap yang menggandeng Hanafi Rais sebagai calon Sekjen, Dradjat Wibowo, Asman Abnur, dan tentu saja petahana Zulkifli Hasan.
Sebagaimana parpol lainnya, setiap event puncak seperti itu alih-alih program dan target yang dicanangkan para kandidat, wacana yang menarik tiada lain cuma ihwal kasak-kusuk perebutan para pemegang hak pilih.
Partai Enam Persen
Sebagai partai yang awalnya mengusung jargon pembawa nilai-nilai reformasi dan parpol yang berbasis religius-nasionalis, nasibnya di setiap pemilu tak pernah menggembirakan.
Selalu “istikamah” antara 6-7 persen. Dalam wacana akademik dikategorikan sebagai partai menengah. Tidak besar. Juga tidak kecil.
Lima kali Pemilu menunjukkan perolehan bertengger di antara itu. Tahun 1999 (7,2 persen), 2004 (6,44 persen), 2009 (6,01 ersen), 2014 (7,59 persen), dan 2019 (6,84 persen).
Kehilangan Banyak Kursi di Pemilu 2019
Yang menarik tentu saja relasi antara kinerja partai dengan kinerja ketua umum. Keduanya saling memengaruhi. Namun, persoalan yang harus serius dikritisi adalah menurunnya suara PAN secara mengejutkan dalam pemilu terakhir.
Bahkan, delapan kursi Senayan dari dapil-dapil Jawa Tengah dengan dramatis terlempar dari gelanggang Pemilu 2019 lalu.
Apapun sebab musababnya “tragedi” ini harus menjadi introspeksi dan evaluasi total. Bila tidak, bukan khayal bisa jadi urutan terakhir atau bahkan tergusur dari Senayan pada Pemilu 2024 mendatang.
Di antara sebab-sebab lainnya, yang tampak adalah kinerja partai yang amburadul dalam lima tahun terakhir. Berbagai forum Muswil, Musda, dan Muscab di seluruh Indonesia banyak terjadi kegaduhan akibat tidak prosedural (shortcut) dan pemaksaan kandidat ketua tertentu.
Sudah begitu, setelah tongkat dipegang atas rekayasa yang canggih dan sering amoral, kader-kader ideologis yang militan “dibuang” atau minimal “dikandangkan” hanya untuk memuaskan ambisi jangka pendek.
Padahal, partai yang lahir dari rahim reformasi dan awalnya disokong penuh Muhammadiyah ini seharusnya menjaga diferensiasi dengan parpol lainnya.
Tidak salah kalau ekspektasi publik cukup tinggi dengan harapan bisa mencetak success story yang memadukan spirit keagamaan modern (Islam) dan kebangsaan (nasionalisme).
Faktanya, parpol ini justru telah dibajak oleh mereka yang tidak memiliki basis sosial dan integritas yang kuat. Sementara mereka yang masih ingin mempertahankan moralitas politik berpikir, sing waras ngalah (yang tidak gila mengalah). Sebuah adagium Jawa yang memiliki kekuatan sekaligus kelemahan. Ya, kelemahan itu akhirnya dipersepsi kekalahan!
Empat Kandidat Ketua Umum PAN
The big question sekarang adalah apakah para kandidat di Kongres V PAN nanti memiliki prospek membuat PAN recovery atau rebound?
Asman Abnur dinilai kurang popular meski pernah menjabat Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara di Kabinet Jokowi pertama, selain tidak memiliki basis sosial kuat. Dradjat Wibowo sosok idealis tapi dianggap kurang logistik. Sesuatu yang “berat” di kontestasi yang tetap berbau politik uang.
Mulfachri Harahap rupanya tahu diri dengan menggandeng Hanafi Rais yang adalah putra Amien Rais dengan harapan dan kenyataan mendapat restu bapak. Dan tak kurang curious-nya adalah yang adalah besan Amien Rais sendiri.
Konon, sumber dalam partai menyebutkan Kongres Kendari merupakan laga sengit antara Mulfachri Harahap dan Zulkili Hasan. Muncul pertanyaan lagi kemana kartu truf Amien Rais?
Sudah menjadi tradisi dan konvensi Ketua Umum PAN cuma satu periode. Termasuk Amien sendiri di awal periode. Dan setiap kongres Amien tetap “digdaya”.
Di Kongres II Semarang, delapan kandidat harus tersingkir oleh Soetrisno Bachir yang KTA-nya saja saat itu baru dibuatkan. Di Kongres III Drajat Wibowo harus manut minggir untuk memberi jalan Hatta Rajasa.
Konggres IV Denpasar petahana Hatta Rajasa harus menyesal “dihantam” kartu Amien. Nah, bagaimana dengan nanti ?
Zulkifli Hasan mungkin juga ada niat ‘menggoda’ nyali Amien dengan hubungan perbesanan selain sangat pede karena didukung istana. Sebuah klaim atau fakta yang masih diperlukan dalam perpolitikan kita.
Siapa Calon yang Dapat Restu Amien Rais
Falam Kongres V PAN preferensi Amien Rais jatuh ke putra atau besan at last minute? Anggap saja ini kuis atau puzzle. Hiburan game yang menegangkan sekaligus membuat penasaran.
Ala kulii hal, berbagai trik dan intrik terutama dari “pasukan elite” Mulfachri Harahap dan Zulkifli Hasan mengamankan pemegang suara tampaknya telah menyita perhatian tentang tantangan dan ancaman riil 2024.
Dan pada akhirnya ketika politik zero sum game seperti yang terjadi pasca-Kongres Bali—dan celakanya game virus itu menular ke akar rumput—maka nasib partai ini menjadi pertaruhan besar.
Lagi-lagi ada pepatan Jawa, tego lorone ora tego patine (tega sakitnya, tapi tak tega matinya). Orang lupa, sakit bisa kembali sehat. Bisa juga berakhir wafat. Allahu a’lam. (*)
Kolom oleh Ainur Rafiq Sophiaan, pemerhati masalah sosial politik. Editor Mohammad Nurfatoni.