PWMU.CO – Begitu ada kepastian bahwa Prof Muhadjir Effendy diangkat jadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI, saya teringat acara Kajian Ramadan 1437 Hijriah yang dilaksanakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim. Dalam acara tahunan yang diselenggarakan pada 11-12 Juni 2016 di DOME Universitas Muhammadiyah itu, saya mengajak hadirin untuk mendoakan Prof Muhadjir sebagai menteri. Jika tidak Menristek Dikti, ya Mendikbud. Bagitulah saya mengajak hadirin mendoakan Prof Muhadjir. Sekitar 1.700 peserta kajian pun mengaminkan doa tersebut.
(Baca: Prof Muhadjir, Mendikbud Itu juga Seorang Qari dan Mendikbud Prof Muhadjir, Ternyata Juga Penggemar Rhoma Irama)
Saat Kajian Ramadan itu, saya memang didaulat untuk memoderatori Prof Malik Fadjar dan Prof Muhadjir. Topik yang didiskusikan adalah Harmoni Fikir dan Dikir: Tugas Candekiawan Muslim. Seperti biasanya, tugas moderator adalah mengenalkan narasumber. Karena dua narasumber sudah sangat dikenal di lingkungan Persyarikatan, saya pun mengenalkan beliau berdua secara singkat.
Figur pertama yang saya perkenalkan adalah Prof Malik. Saya mengenalkan beliau sebagai Buya Malik Fadjar. Panggilan Buya ini untuk menghargai beliau sebagai salah satu begawan Muhammadiyah dan guru bangsa. Prof Malik adalah figur hebat. Baik sebagai pemikir dan praktisi pendidikan, Prof Malik sudah tidak perlu diragukan lagi kapasitasnya. Bahkan dalam sejarah kementerian di pemerintahan, Prof Malik merupakan legenda. Beliau pernah menjadi Menag dan Mendiknas. Beberapa saat beliau juga pernah merangkap sebagai Menko Kesra. Khusus jabatan Mendiknas, itu merupakan sejarah bagi Prof Malik. Itu karena beliau adalah pegawai Kemenag. Jadi Prof Malik adalah pegawai Kemenag pertama yang pernah menjadi Mendiknas.
(Baca juga: Inilah Perjalanan Karier Mendikbud yang Baru, Prof Muhadjir Effendy dan Kisah Sukses Mahasiswa UMM Ubah Perkampungan Kumuh Jadi Rio de Janeiro-nya Indonesia)
Begitulah saya mengenalkan Prof Malik yang juga masih menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) RI.
Tiba giliran mengenalkan Prof Muhadjir, saya menyampaikan pada hadirin bahwa beliau adalah anak ideologis Prof Malik. Karena itu, kita doakan Prof Muhadjir bisa mengikuti garis kehidupan Prof Malik. Termasuk menjadi menteri di pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. Saat kajian Ramadan itu memang lagi gencar rumor mengenai resuffle kabinet jilid kedua.
Momentum itulah yang saya manfaatkan. Sebagai anak ideologis Prof Malik, Prof Muhadjir sudah menunjukkan kisah suksesnya dengan membawa Universitas Muhammadiyah Malang sebagai kampus unggulan di Indonesia. Itu berarti Prof Muhadjir sudah mengikuti jalan kehidupan Prof Malik untuk sama-sama membesarkan Unmuh Malang. Tinggal menjadi menteri yang belum, begitu canda saya pada hadirin. Prof Muhadjir yang duduk disebelah kiri saya pun tersenyum. Saya pun sekali lagi mengajak hadirin mendoakan Prof Muhadjir benar-benar diangkat menjadi menteri oleh presiden. Waktu itu Prof Malik yang duduk di sebelah kanan saya mengucapkan amin. Tidak ketinggalan, seluruh hadirin pun mengaminkan doa tersebut.
Sebagai moderator, saya mengingatkan bahwa menurut hadits Nabi Muhammad, salah satu doa yang mustajabah adalah doa orang yang berpuasa hingga ia berbuka. Begitulah saya mengakhiri perkenalan untuk dua narasumber kajian Ramadan saat itu. Dan, kini doa itu terkabul. Presiden benar-benar mengangkat Prof Muhadjir sebagai Mendikbud untuk menggantikan Anies Baswedan.
Kementerian pendidikan jelas bukan bidang baru bagi Prof Muhadjir. Karena beliau adalah pendidik sekaligus mantan Rektor Unmuh Malang. Berkat tangan dingin beliau, Unmuh Malang menjadi kampus yang disegani di Tanah Air. Jumlah mahasiswa pun lebih dari 30 ribu, dari dalam dan luar negeri. Itu menunjukkan kebesaran sekaligus kepercayaan masyarakat pada Unmuh Malang.
Akhirnya, mari sekali lagi kita doakan Prof Muhadjir sukses dengan amanah baru ini. Sebab, harus diakui mengurus persoalan pendidikan di Tanah Air tidaklah mudah. Banyak tantangan yang akan dihadapi Prof Muhadjir. Tetapi dengan rekam jejak membanggakan, terutama sebagai tipe pekerja (man of action), Prof Muhadjir merupakan orang yang tepat memimpin Kemendikbud. Presiden sudah tepat menyerahkan urusan pendidikan pada kader terbaik Muhammadiyah. Dari Atlanta-Washington DC, saya mengucapkan selamat pada Prof Muhadjir. Semoga sukses membawa pendidikan nasional menjadi lebih baik di level internasional. Amien. (*)
Laporan Dr Biyanto MAg, peserta Summer Institute UCSB, Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.