PWMU.CO – Masih hangat kabar pelantikan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), kabar duka datang ke Prof Muhadjir Effendy. Salah satu guru idolanya semasa menjalani pendidikan di sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) 6 Tahun (sekarang tingkat SMP dan SMA) di Madiun, meninggal dunia. Salim Pradjoto, sang guru itu menghembuskan nafas terakhir pada hari ini di Desa Jomblang, Takeran, Magetan, (28/7).
(Baca juga: 4 Filosofi Hidup yang Antarkan Prof Muhadjir Effendy ke Gerbang Kesuksesan)
Tak hanya akrab dengan gurunya itu, Muhadjir ternyata juga akrab dengan salah satu anak Salim. Yaitu Prof Bambang Widagdo, Guru Besar Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang juga mantan Pembantu Rektor I bidang Akademik UMM. “Proses hijrah saya dari Magetan ke Malang ini juga tidak lepas dari peran Pak Muhadjir,” jelas Bambang yang tercatat sebagai yunior 4 tahun di bawah Muhadjir.
(Baca juga: Prof Muhadjir, Mendikbud Itu juga Seorang Qari’ dan Mendikbud Itu Ternyata Juga Penggemar Rhoma Irama)
Dalam penuturan Bambang, Muhadjirlah yang mendorong Bambang kuliah dan akhirnya kerja di Malang. “Mungkin itulah salah satu tanda bakti pak Muhadjir pada gurunya,” lanjut Bambang yang mengisahkan kedekatan antara ayahnya dengan Muhadjir memang terus tersambung meski Muhadjir sudah menjadi “orang”.
Bambang pun menyatakan bahwa ayahnya termasuk orang yang terkesan dengan Muhadjir yang sejak muda sudah memperlihatkan jiwa kepemimpinan. Tak heran jika sang Ayah berpesan kepada dirinya saat akan kuliah agar mengikuti jejak Muhadjir. “Jadilah mahasiswa yang aktivis seperti Muhadjir,” kenang Bambang tentang pesan sang Ayah ketika dirinya memutuskan akan kuliah di Malang. Tak heran ketika Bambang kuliah ke Malang, sang Ayah secara khusus menitipkannya kepada Muhadjir.
(Baca juga: Seperti Habibie-Ainun, Mughnijah adalah Sayap Sebelah bagi Fasich dan Prof Muhadjir jadi Mendikbud: Doa Jamaah Kajian Ramadan 1437 H yang Terkabul)
Kedekatan Salim dengan Muhadjir ini juga diceritakan oleh Kepala Humas UMM, Nasrullah MSi. Beberapa waktu lalu, pria ini mendapat tugas dari Tim Penulis biografi intelektual Muhadjir untuk mewawancari Salim. “Pak Muhadjir mengatakan sangat mengidolakan gurunya itu,” cerita Nasrullah tentang alasan mengapa Salim menjadi salah satu narasumber.
“Bahkan Pak Muhadjir sering diampirkan ke rumah ayahanda dari Profesor Bambang ini. Sebagai murid, Pak Muhadjir sangat bangga bisa sering silaturahim ke gurunya itu,” lanjut Nasrullah. Begitu dekatnya hubungan kedua orang ini, dalam beberapa obrolan ringan, sampai-sampai Muhadjir menganggap Salim sebagai ayahnya sendiri.
Innaa lillaahi wa innaa ilayhi raaji’uun. (ridho/reno/umm)