PWMU.CO – Bulan April 2016 lalu, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah datang ke istana. Keperluannya, minta kesediaan Presiden Joko Widodo untuk membuka acara Konvensi Nasional Muhammadiyah di Yogyakarta, dalam rangka peringatan Hari Kebangkitan Nasional 2016.
(Baca: Prof Muhadjir jadi Mendikbud: Doa Jamaah Kajian Ramadan 1437 H yang Terkabul dan Inilah Perjalanan Karier Mendikbud yang Baru, Prof Muhadjir Effendy)
Pertemuan berjalan sangat gayeng. Banyak yang diperbincangkan. Dari hal ringan seperti kelahiran cucu pertama Jokowi di RS Muhammadiyah Surakarta sampai soal serius tentang masa depan bangsa.
Anggota PP satu persatu bicara dan ditanggapi hangat oleh Jokowi. Kecuali Prof Muhadjir yang tidak bicara, tetapi aktif mencatat semua pembicaraan itu. Dia agaknya pilih posisi sebagai nutulen supaya tidak semua bicara. Tetap harus ada yang mencatat.
(Baca juga: Prof Muhadjir, Mendikbud Itu juga Seorang Qari’ dan Mendikbud Prof Muhadjir, Ternyata Juga Penggemar Rhoma Irama)
Ketika pertemuan hampir berakhir Jokowi bertanya kapada Muhadjir, “Apakah ada yang ingin disampaikan?” Muhadjir mengatakan, sudah cukup dari kawan-kawan. “Saya bagian mencatat saja,” kata dia.
Saya memberi komentar kepadanya, “Justru sikap Anda itu memberi nilai tambah bagi Jokowi. Anda lebih suka bekerja daripada bicara.”
(Baca juga: 4 Filosofi Hidup yang Antarkan Prof Muhadjir Effendy ke Gerbang Kesuksesan)
Muhadjir hanya tertawa. Saat itu mulai santer dibicarakan bahwa Muhadjir akan masuk kandidat menteri Kabinet Kerja Jokowi-JK. Dia lalu berkomentar, “Memang Pak Jokowi orang yang lebih memilih kerja dari pada bicara.” Nah! (*)
Catatan Nur Cholis Huda, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhamadiyah Jawa Timur