PWMU.CO – SDMM kunjungi sekolah Penabur, yaitu SDK 2 BPK Penabur Jakarta Pusat, Rabu (5/2/2020). Inilah oleh-oleh yang bisa menjadi inspirasi.
Kunjungan melibatkan Majelis Dikdasmen Pimpinan Ranting Muhamadiyah (PRM) Perumahan Pongangan Indah (PPI) Manyar Gresik, kepala sekolah, para koordinator, dan bendahara.
Dalam kunjungannya, SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik menggali banyak hal tentang kedisiplinan, karakter, kreativitas, serta manajemen sekolah dan kepegawaian.
Kepala SD Kristen (SDK) 2 Badan Pendidikan Kristen (BPK) Penabur Veronica Kristanti ST MPd menyambut baik kedatangan rombongan SDMM. Ia ditemani Kepala Jenjang SD Penabur Jakarta Sukarni SPd MM dan beberapa wakil kepala sekolah. Inilah oleh-oleh SDMM kunjungi sekolah Penabur Jakarta.
Karakter BEST dan PENABURS
Veronica Kristanti mengatakan, siswa lulusan SDK 2 BPK Penabur harus memiliki empat karakter, yaitu BEST. Singkatan dari Be tough (jadilah tangguh), Excel worldwide (unggul di seluruh dunia), Share with society (berbagi dengan masyarakat), dan Trust in God (percaya pada Tuhan).
Karena itu, lanjutnya, beragam ekstrakurikuler disuguhkan untuk mengeksplorasi berbagai bakat dan kemampuan siswa. Di antaranya dalam bidang olahraga, seni, teknologi, modelling, dan vlog.
Selain itu, kata dia, ada enam karakter PENABURS bagi guru dan karyawan di Penabur. Yaitu Profesionalism (profesionalisme), Enthusiasm (antusiasme), Nurture (mendidik), Ability to learn (kemampuan untuk belajar), Believe in God (percaya kepada Tuhan), Unselfishness (tidak mementingkan diri sendiri), Respect to others (menghormati orang lain), dan Satisfaction (kepuasan).
Program Unggulan ‘Spirit’
Oleh-oleh lainnya saat SDMM kunjungi sekolah Penabur adalah Spirit. Salah satu program unggulan Penabur, kata Veronica Kristanti, adalah ‘Spirit’. Program tersebut diikuti semua sekolah dasar di BPK Penabur. Program yang diperuntukkan siswa kelas V itu mengusung tema ‘Bangga menjadi Indonesia’.
Dalam program tersebut, siswa naik kereta bersama-sama ke Yogyakarta. “Ya harus angkat kopernya sendiri, live in bersama warga, untuk mereka belajar mandiri,” ungkapnya.
Peserta Spirit harus tinggal selama lima hari dengan beragam kegiatan yang menumbuhkan cinta tanah air. Seperti membatik dengan canting, menghias tempurung kelapa, membagikan sembako, naik andong, makan makanan tradisional, dan bermain di beberapa tempat di Yogyakarta.
Veronica Kristanti mengaku senang karena tahun ini, peminat program Spirit mencapai 1.200 siswa dari semua sekolah dasar Penabur di Jakarta. “Jadi kita adakan sampai lima gelombang,” ujarnya.
Sukarni menambahkan, Spirit memang program unggulan di Penabur karena pembentukan karakter ada di dalamnya. Ia mengatakan, untuk SMP akan dilaksanakan di Desa Tengger, Jawa Timur.
Program Bawa Botol Minuman
Veronica Kristanti memberikan satu contoh tugas proyek siswa elstrakurikuler vlog bertema ‘Penggunaan Sampah Plastik’ berbahasa Inggris. Tugas ini dilombakan dan dipilih lima karya terbaik sebagai pemenang. “Ini termasuk proyek liburan. Ada juga yang membuat liputan liburan,” ujarnya.
Sukarni menambahkan, proyek lingkungan hidup di SDK 2 BPK Penabur juga diwujudkan dengan pengurangan penggunaan botol plastik air mineral. Mereka menamakannya gerakan Bawa Botol Minum (BBM). “Kalau mau isi ulang, ada air kejujuran, bayar 1.000,” tambahnya.
Untuk mendukung gerakan BBM, pihak sekolah bekerja sama dengan kantin. Mereka tidak boleh menjual makanan dan minuman pengawet dan bersoda. “Air putih gak jual lagi karena anak-anak bawa botol sendiri,” tegasnya.
Menurut Sukarni, ujian praktik siswa kelas VI akan lebih bermanfaat jika berupa project social, dibanding sekadar teori. Ia berharap anak-anak dapat membuat proposal, kegiatan sosial apa yang diinginkan, tetapi tidak membutuhkan uang. “Misalnya membantu membersihkan kantin, mengawasi antrean, atau membantu cleaning service,” ujarnya mencontohkan.
Hal itu, kata Sukarni, supaya anak-anak bisa menghargai petugas-petugas di sekolah. Baginya, ini sejalan dengan konsep Merdeka Belajar dari Kemendikbud RI. “Kami juga sedang mencoba untuk siswa kelas I dan II tidak ada Penilaian Akhir Tahun (PAT). Ternyata orangtua sangat welcome,” kata dia senang.
Program Bimbingan Konseling
Koordinator Bimbingan Konseling (BK) Jenjang SD Suciria Kristiny menjelaskan, ia dan timnya mempunyai jadwal pembinaan klasikal ke dalam kelas. Materinya beragam sesuai tingkatan kelas. “Untuk sex education mulai kelas I. Kelas besar ada pendidikan napza serta cara belajar siswa,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, ada juga materi tentang batasan perempuan dan laki-laki, cara menjaga diri sendiri, mengelola emosi, etika pergaulan, sampai batasan-batasan yang harus dihormati.
Suciria Kristiny mengatakan, guru BK tidak lebih banyak duduk di ruangan, tapi ‘nongkrong’ bersama siswa di kelas, di koridor, saat istirahat. Saat pembinaan klasikal, ia dan timnya juga mengobservasi siswa di setiap kelas.
“Kelas ini kok banyak kurang sopannya. Maka orientasinya jangan hukuman, tapi diskusi, bangun anak bagaimana biar tidak mengulangi lagi,” jelasnya.
Ia mengaku lebih menekankan relasi kepada siswa. Menurutnya, mereka membutuhkan tempat cerita. Ruang BK-nya, kata dia, sengaja dipenuhi banyak mainan. Hal tersebut untuk memancing siswa agar mau datang ke ruangannya. Sambil memperhatikan anak-anak bermain, Suciria Kristiny juga mengamati relasi sosial mereka.
Selain jadwal pembinaan klasikal, ia juga mempunyai jadwal konseling rutin. “Khususnya untuk anak-anak yang terancam kenaikan kelasnya atau emosinya belum stabil,” ujarnya.
Untuk melatih disiplin siswa dan tanggung jawab terhadap barang-barangnya, SDK 2 BPK Penabur menetapkan beberapa aturan. Seperti stempel terlambat, jika sudah berulang kali, maka orangtua dipanggil. Ada juga aturan orangtua tidak boleh mengantar barang siswa yang tertinggal di rumah, kecuali obat dan kacamata.
Program lainnya, lanjut Suciria Kristiny, Kelompok Kepedulian Orangtua (KKO). Program ini berbeda dengan seminar parenting. “KKO ini sifatnya kontinyu, jadi harus ada komitmen orangtua untuk hadir. Ada formulir dan sertifikatnya,” tegasnya.
KKO ini, lanjutnya, mengangkat tema-tema tertentu. Pesertanya pun lebih intens sekitar 60-70 orang tiap kelompok diskusi. “Kami menghadirkan orangtua yang mempunyai permasalahan yang sama untuk saling berbagi,” paparnya. (*)
Penulis Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.