PWMU.CO – Fauzan kembali dilantik sebagai Rektor UMM, Sabtu (8/2/2020). Saat ini Dr Fauzan untuk kali kedua memimpin kampus putih itu, periode 2020-2024.
Dalam sambutannya, Fauzan mengungkapkan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dalam perjalanannya mengusung tekad dalam semboyan ‘Dari Muhammadiyah untuk Bangsa’.
Menurut dia, semboyan ini mengandung spirit KH Ahmad Dahlan saat mendirikan Muhammadiyah.
“Sebagai amal usaha Muhammadiyah, UMM sebagai institusi pendidikan tak hanya mengemban misi akademik, tapi juga keumatan dan kebangsaan. Berbagai tantangan global menjadi tantangan UMM,” ungkap Fauzan saat kembali dilantik sebagai Rektor UMM.
Hadir dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Haedar Nashir. Dia memberikan apresiasi kepada Fauzan, sebab UMM menjadi yang pertama menyelenggarakan seminar pra- muktamar. Tradisi ini, menurut Haedar Nashir, menjadi tradisi tahunan, yang akan menjadi bahan penting untuk Muktamar.
“Sehingga muktamar bukan membahas keinginan-keinginan. Tapi berasal dari kajian-kajian mendalam,” katanya.
Haedar Nashir mengatakan, Muhammadiyah menjadi organisasi untuk kebermanfaatan orang banyak. “Muhammadiyah ingin menghadirkan Islam sebagai agama yang menawarkan solusi dan memecahkan masalah,” ujar Haedar Nashir.
Resmikan RSU Muhammadiyah Lumajang
Sebelum menghadiri pelantikan Rektor UMM, Sabtu pagi Haedar Nashir meresmikan Rumah Sakit Umum (RSU) Muhammadiyah Lumajang dan 12 amal usaha. “Muhammadiyah Lumajang itu senyap tetapi bergelora karena saat ini mampu mewujudkan layanan kesehatan berupa rumah sakit untuk masyarakat,” katanya.
Haedar Nashir mengungkapkan, ini melengkapi 166 rumah sakit Muhammadiyah yang kita miliki di tanah air. Juga ada 425 klinik dan balai kesehatan. ”Sehingga totalnya ada 600-an lembaga kesehatan,” ujarnya.
Pertanyaannya, sambung dia, kenapa Muhamammadiyah aktif membangun amal usaha untuk masyarakat? ”Itu karena kita ingin Islam kita sebagai dinul amal. Yaitu agama yang segala perbuatan dan gerak kita dirasakan manfaatnya untuk kemashlahatan umat,” tandasnya.
Menurut dia, ini juga sejalan dengan rintisan KH Ahmad Dahlan. Dulu tanggal 15 Februari 1923, satu pekan sebelum meninggal, Kiai Dahlan mendirikan poliklinik di Yogyakarta yang berkembang menjadi rumah sakit. Dulu bernama PKO singkatan Penolong Kesengsaraan Oemoem.
Menurut Haedar Nashir, watak problem solver menjadi ciri yang melekat pada Muhammadiyah. Melalui berbagai bidang, Muhammadiyah berkiprah melalui lembaga sosial, pendidikan, hingga kesehatan.
Dalam konteks kebangsaan, Muhammadiyah mengintegrasikan antara keislaman dan keindonesiaan. Dalam konteks ini Muhammadiyah menguncinya dalam dokumen Negara Pancasila darul ahdi wa syahadah, tempat bersaksi dan berbuat.
Muhammadiyah dalam konteks agama rahmatan lil alamin. Tidak hanya yang utopia, tapi terwujud dalam dunia nyata dan berfungsi strategis.
Kekuatan Islam dan Muhammadiyah, serta kekuatan bangsa yang lain harus menjadi pelekat. “Bangsa yang besar yang pasti memiliki dinamika konflik dan integrasi,” ujar Haedar Nashir. (*)
Kontributor Isnatul Chasanah dan Said Romdhon. Editor Mohammad Nurfatoni.