
PWMU.CO – Orang sukses atau tidak itu karena pikiran alam bawah sadarnya. Begitu juga ketika seseorang memutuskan beragama atau tidak, mau mengerti atau tidak, semua itu berada di pikiran alam bawah sadar. Maka orang tua dituntut untuk memahami bagaimana psikologi anak. Sentuhlah anak-anak pada alam bawah sadarnya.
Demikian inti ceramah Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur M Sulthon Amien MM saat mengisi pengajian Ahad Pagi Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya, Ahad (24/7). Mengawali ceramahnya, Sulthon bercerita tentang psikolog senior bernama Virginia Satir yang didatangi seorang ibu untuk berkonsultasi tentang anak-anaknya yang kesemuanya laki-laki.
(Baca: 5 Cara Emas Mendidik Anak Menurut Imam Al-Ghozali dan Kak Seto: Dunia Anak adalah Bermain, Didiklah Anak dengan Cara Bermain)
“Ibu tersebut lantas mengeluh rumahnya semrawut atau berantakan seperti kapal pecah, tidak karu-karuan, karena ulah anaknya yang dinilai nakal,” kata Sulthon memulai cerita.
Psikolog itu pun, lanjut Sulthon, meminta ibu tersebut duduk rileks dan memejamkan mata. Kemudian ibu itu diminta untuk membayangkan rumahnya yang bersih, kinclong dan rapi. Tak lama kemudian ibu itu pun tersenyum dengan wajahnya terlihat sumringah, tanda ibu itu senang.
Berikutnya, lanjut Sulthon lagi, ibu itu diminta untuk membayangkan rumahnya sepi seperti kuburan. Karena ditinggal anaknya pergi semua. Ibu itu lantas wajahnya menampakkan kesedihan.
(Baca: Ibu Harus Jadi Tempat Curhat dan Sahabat Bagi Anak dan Otak Sehat Bermula dari Perut: Menggali Hikmah Puasa ala Taufiq Pasiak)
“Apakah orang tua akan membiarkan anak-anaknya bermain seenaknya dan membuat rumahnya berantakan atau tetap memberi fasilitas, namun diiringi dengan komitmen yang harus dipatuhi bersama. Di sinilah kita hendaklah mampu mengelola pikiran anak kita dan membuka mindset atau cara berpikirnya,” kata Sulthon menjelaskan maksud ceritanya.
Sulthon menambahkan, persoalan besar umat selama ini, khususnya dalam dunia pendidikan adalah masih berkutat pada dominannya pengembangan di pikiran sadar. Padahal, ungkap Sulthon, pikiran sadar manusia hanya 12 persen. Sedangkan pikiran bawah sadar manusia itu 88 persen.
(Baca: Kenapa Orang Lupa Mudah Ingat saat Shalat? Berikut Penjelasannya dari Aspek Ilmu Otak dan Kenapa Indonesia Banyak Koruptor? Ini Penjelasan Ilmu Otak)
Sulthon mencontohkan, ketika berbicara kebersihan kepada anak, bukan hanya dengan disuruh menghafal hadist annadlofatu minal iman. “Tetapi harus diajak untuk bersih-bersih dan peduli kebersihan sekitar. Sehingga anak tidak hanya mengetahui sebatas ilmu pengetahuan saja. Namun sudah masuk di ranah alam bawah sadarnya,” kata Sulthon tentang salah satu tips menghidupkan alam bawah sadar anak.
”Kemampuan pikiran bawah sadar, terpisah dari pikiran sadar manusia. Sebaliknya pikiran bawah sadar merekam segala kejadian sadar atau hidup kita. Pikiran bawah sadar itu sangat sadar. Mengamati dan memberikan respon secara jujur,” pungkas Sulthon dalam pengajian yang bertemakan “Mengoptimalkan Pikiran Manusia” itu. (aan)