PWMU.CO– Manhaj Gerakan Muhammadiyah meliputi ideologi, khittah dan langkah secara teologi memenuhi seluruh persyaratan konsep Islam Berkemajuan. Artinya, Islam yang menerima, mendorong dan mengarahkan dalam modernitas zaman.
Hal itu disampaikan Dr Hamim Ilyas MAg, dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogya pada Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah 2020 di Aula GKB lantai 9 UMM, Sabtu (8/2/20)
Menurut Hamim Ilyas, dalam perspektif tafsir, ideologi mazhab berkemajuan tersebut sesuai dengan doktrin al-Quran tentang risalah Islam rahmatan lil aalamiin yang menjadi doktrin fundamental tentang risalah Nabi Muhammad. Penjabarannya mencakup seluruh bidang kehidupan, termasuk kebudayaan, ilmu pengetahuan dan politik.
“Maka dari itu Islam Berkemajuan ini diharapkan dapat memberi sumbangan dalam menginspirasi perubahan pola keberagaman umat dari religionis yang anti atau pasif terhadap kemajuan menjadi etos yang proaktif terhadap kemajuan,” kata wakil ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah ini.
Dia mencontohkan, bila saat ini ada mahasiswa dari universitas lain bisa menciptakan kursi bisa disetir arahnya dengan kedipan mata, maka nanti mahasiswa UMM juga harus bisa menciptakan lampu yang bisa dinyalakan dan dimatikan dengan kedipan mata.
Tafsir Rahmatan Lil Aalamiin
Hamim menjelaskan, doktrin sentral al-Quran tentang risalah Islam rahmatan lil aalamin itu terdapat dalam surat al-Anbiya ayat 107.
Dalam ayat 107 itu ada kata illa rahmah, katanya, yang secara gramatikal menjadi keterangan alasan dan tujuan Islam diwahyukan kepada Allah yang selanjutnya didakwahkan oleh nabi pada umatnya.
“Yaitu untuk mendapatkan rahmat, kelembutan yang mendorong untuk memberikan kebaikan nyata kepada yang dikasihi,” jelasnya.
Ada dua batasan dalam memaknai kebaikan yang nyata, sambung dia. Pertama kebaikan nyata untuk memenuhi kebutuhan. ”Al-Mawardi menyebutnya rahmah sebagai an ni’mah, anugerah untuk orang yang membutuhkan. Kedua, adalah kebaikan nyata bagi seluruh alam,” tandasnya.
Dia menegaskan, pernyataan al-Quran untuk mewujudkan kebaikan itu dibutuhkan syarat untuk mewujudkannya dengan indikator yang jelas.”Nah, syarat pokok untuk mewujudkan kebaikan itu adalah iman dan amal saleh,” tambahnya.
Menurutnya, bagi warga Muhammadiyah untuk berbuat baik itu sudah jelas rambunya, karena semua sudah tertuang dalam Muqaddimah AD/ART dimana ada tujuh pokok pikiran, Matan Keyakinan Muhammadiyah, Manhaj Gerakan Muhammadiyah , Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, ada Himpunan Putusan Tarjih.
Kemudian dia juga menyampaikan ada tiga indikator wujud hidup baik itu. Lahum ajruhum ‘inda rabbihim. Artinya,mereka mendapatkan pahalanya di sisi Tuhan mereka. Wa la khaufun ‘alaihim (dan tidak ada ketakutan atas dirinya, artinya tentram) dan wa la hum yahzanun (dan mereka tidak bersedih hati).
Selanjutnya, rahmatan lil aalamin dalam kebudayaan itu penjabarannya ada pada al-Quran surat al- Jatsiyah ayat 18 yang terjemahannya, kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat dari urusan, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang – orang yang tidak mengetahui.
Menurutnya, ada tujuh yang dapat disebut sebagai unsur kebudayaan. Sistem religi dan upacara keagamaan, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, dimana para nabi dalam menjalankan tugas kenabiannya menggunakan bahasa untuk menyampaikan pesan.
Selanjutnya kesenian, para nabi membangun peradaban dengan batas-batas tertentu pengembangan kesenian. Seperti Adam mengembangkan seni berpakaian dan Hud mengembangkan seni arsitektur.
Sistem mata pencaharian hidup dan yang terakhir sistem teknologi dan peralatan. “Nah dari uraian tadi, maka jelas syariah yang ditempuh Nabi Muhammad adalah jalan hidup baik yang berkerangka kebudayaan,” tandasnya. (*)
Penulis Uzlifah Editor Sugeng Purwanto