PWMU.CO – Berani nyontek, berani tidak naik kelas. Itulah kesepakatan yang dibangun antara santri-santri Pondok Pesantren (Ponpes) An Nur bersama Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjutak. Kesepakatan ini mengiringi diresmikannya Ponpes An Nur sebagai Pesantren Antikorupsi pertama di Sidoarjo, Sabtu (30/7).
(Baca: Dahnil Wacanakan Jenazah Koruptor Tidak Perlu Dishalati)
Amas Faiz Sabit, salah satu santri Ponpes An Nur yang terletak di Desa Penatarsewu, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo ini dengan tegas menyetujui tantangan tersebut. Tantangan ini dianggapnya sudah biasa di ponpes yang menaunginya. “Ustadnya tegas, kita belajar harus jujur. Tidak boleh nyontek teman, nanti kita sendiri yang rugi,” tutur santri yang kini duduk di kelas 7 SMP itu.
Melihat antusiasme para santri, Dahnil pun kian semangat memberikan motivasi. Dia berharap, Ponpes An Nur akan menjadi pesantren yang mampu melahirkan generasi antikorupsi di masa depan. Hal ini tentunya juga harus didukung dengan iklim pendidikan yang sesuai. Menekankan pendidikan pada penguatan moral dan kejujuran. “Mari kita rawat kejujuran. di pesantren ini. Pesantren antikorupsi yang akan melahirkan aktifis-aktifis unggul di masa depan,” paparnya.
(Baca juga: Gerakan Antikorupsi Bisa Dimulai dari Sekolah Muhammadiyah)
Disebutkannya, agama itu khusnul khuluk (akhlak yang baik). Karena itu, jika seseorang mengaku beragama (Islam), maka dia harus menjaga akhlaknya, jujur dan tidak korupsi. Gerakan melawan korupsi, lanjut dia, tidak melulu untuk mencari maling uang rakyat. Lebih penting dari itu, gerakan melawan korupsi adalah membangun kesadaran diri untuk berlaku jujur. “Korupsi itu tidak selalu mencuri uangnya rakyat. Tapi korupsi itu juga bisa mencuri waktu, mencontek dan berbuat curang lainnya,” tutur Dahniel pada santri.
Dahnil mengatakan, ketika anak ditanya untuk apa sekolah? Jawabnya selalu untuk mencari ilmu. Tapi untuk apa ilmu? Banyak orang berharap dengan ilmu yang baik akan mendapat pekerjaan baik pula. “Padahal kita disekolahkan supaya berilmu dan berakhlak,” pungkas dia. (Adit)