PWMU.CO – Kurangi dampak gadget SDMM kenalkan olahraga tradisional (oltrad) kepada siswa. Kegiatan tersebut menghadirkan guru tamu pegiat oltrad Surabaya, Jumat (14/2/20).
Ketua Jenjang Kelas II Muhammad Zainul Arif SPd mengatakan, oltrad merupakan permainan asli rakyat sebagai aset budaya bangsa yang memiliki unsur olah fisik tradisional. Menurutnya, permainan rakyat yang berkembang cukup lama ini perlu dilestarikan.
Selain sebagai olahraga hiburan, kesenangan, dan kebutuhan interaksi sosial, lanjutnya, olahraga ini juga mempunyai potensi untuk meningkatkan kualitas jasmani bagi pemainnya. “Hal ini juga berkaitan dengan pelajaran Tematik yaitu Bermain di Lingkunganku,” ujarnya.
Muhammad Zainul Arif meyakini olahraga dan permainan tradisional ini tak kalah seru dengan permainan modern, termasuk gadget. “Ya supaya bisa kurangi pengaruh gadget dan meningkatkan interaksi sosial dan komunikasi siswa,” tambahnya.
Awal Mula Olahraga Tradisional
Pelatih Oltrad Jawa Timur Arik Darmawan menjelaskan, olahraga tradisional semula tercipta dari permainan rakyat sebagai pengisi waktu luang. Karena permainan tersebut sangat menyenangkan dan tidak membutuhkan biaya yang sangat besar, kata dia, maka permainan tersebut semakin berkembang dan digemari oleh masyarakat sekitar.
Sementara itu, pelatih oltrad sekaligus guru Ekstrakurikuler Oltrad SMP Muhammadiyah 2 Surabaya Eni Mariana mengatakan beberapa permainan rakyat sudah cukup dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia dan menjadi olahraga tradisional. Di antaranya egrang, terompah panjang, patok lele, gobak sodor (hadang), sumpitan, gebuk bantal, gasing, lari balok, tarik tambang, benteng, dagongan, dan lain-lain.
Hadir pula dua atlet oltrad dari SMP Muhammadiyah 2 Surabaya yang sudah menjuarai beberapa kejuaraan tingkat nasional, yaitu Tasya Nur Azizah Mukmin dan Dea Safira Yasmin. Keduanya duduk di kelas VIII.
Olahraga Tradisional dalam Poltradnas
Wasit Oltrad Jawa Timur Aji Sutrisno menjelaskan teori beberapa macam oltrad kepada siswa kelas II SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) di aula. Anak-anak tampak antusias menyimak penjelasannya. Ia menerangkan beberapa oltrad yang kini dipertandingkan dalam Pekan Olahraga Tradisional Tingkat Nasional (Poltradnas)
Pertama, Hadang (Gobak Sodor). Permainan ini, kata dia, dimainkan secara beregu dengan jumlah anggota regu sebanyak 8 orang dan terdiri dari 5 orang pemain inti serta 3 orang cadangan.
Ia menambahkan, permainan hadangan biasanya dimainkan dalam waktu 2×15 menit. Pemenang dalam permainan ini ditentukan dari besarnya nilai yang diperoleh salah satu regu, setelah permainan berakhir. “Penetapan nilai diambil dari setiap pemain yang berhasil melewati garis depan sampai dengan garis belakang, begitu juga sebaliknya, diberi nilai satu,” jelasnya.
Kedua, Dagongan. Aji Sutrisno menjelaskan, permainan ini menggunakan bambu dengan ukuran tertentu sebagai alat mengadu kekuatan untuk saling mendorong antara regu yang satu dengan regu yang lain. “Dagongan dimainkan secara beregu,baik putera maupun puteri. Jumlah anggota regu sebanyak 7 orang, terdiri dari 5 pemain dan 2 cadangan,” ujarnya.
Ketiga, Egrang. Permainan ini, lanjutnya, menggunakan bambu dengan ukuran tertentu sebagai alat mengadu kecepatan dengan menempuh jarak yang telah ditentukan.
Ia menambahkan, jumlah peserta dalam satu regu sebanyak 3 orang. “Permainannya dilakukan secara estafet pada 50 meter pertama, sehingga jumlah keseluruhan pada permainan ini adalah mampu melakukan jarak 150 meter. Siapa yang tercepat dialah pemenangnya,” paparnya.
Keempat, Sumpitan, warisan masyarakat Dayak. Cara bermainnya, kata dia, peserta harus berdiri ataupun jongkok dengan jarak 15-35 meter untuk putra dan 10-25 meter untuk putri dengan membidik sasaran yang berbentuk lingkaran.
Kelima, Terompah Panjang. Aji Sutrisno mengatakan, permainan mirip bakiak ini dilakukan oleh 3-5 orang dalam sepasang terompah. “Panjang terompah tergantung banyaknya pemain yang ikut dalam satu regu,” ujarnya.
Kesan Siswa SDMM Praktik Oltrad
Anak-anak juga berkesempatan praktik beberapa jenis oltrad di halaman sekolah, yaitu Egrang, Terompah, Gasing, dan Egrang Bathok. Semua peralatan telah disediakan oleh tim pegiat olahraga dan permainan tradisional Surabaya.
Eni Mariana mengatakan, beberapa siswa SDMM sudah mengetahui oltrad, namun ada juga yang belum kenal. “Mereka merasa seru, mau mencoba. Yang laki banyak yang bisa, yang perempuan kurang melatih, tapi ingin mencoba semua,” ujarnya usai mendampingi siswa bermain.
Syarifal Aurellia Annabella, salah satu siswa kelas II mengaku pernah bermain terompah sebelumnya. Ia mengatakan, pertama mencoba terompah saat ia bersekolah di SD Pelita Hati Jember. “Seneng sekali, bisa bermain sama teman-teman dan bisa berkeringat. Tapi saat mencobanya aku takut jatuh,” kesannya.
Jadi, untuk kurangi dampak gadget SDMM kenalkan olahraga tradisional! (*)
Penulis Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.