Kewajiban Muslimah
Ike Wahyuningrum mengatakan, peran dan kewajiban Muslimah yang pertama tergambar pada al-Quran surat al-Bayyinah ayat 5 yaitu ikhlas beribadah: “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama. Dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).
“Mengikhlaskan hidup kita semuanya kepada Allah. Setiap hari bangun sebelum subuh dan memasak harus dengan hati yang ikhlas,” terangnya.
Kewajiban kedua, sambungnya, Muslimah senantiasa berdoa. Karena apa yang kita baca dalam shalat adalah doa. “Sebagai pendidik dan orang tua senantiasa menegakkan disiplin shalat pada anak,” terangnya.
Kewajiban ketiga, Muslimah membersihkan diri dan jiwa dengan mengeluarkan zakat. “ Jika anak kita sulit menghafalnya, haruslah berbenah, apakah zakat kita belum dikeluarkan?” katanya.
Muslimah juga harus kuat dalam iman dan amal. “Bagaimana kita beriman dan beramal dengan tetangga? Jangan sampai kita sudah rutin shalat di masjid tapi pulang masih ghibah dengan tetangga,” jelasnya.
Ibadah Mahdhah dan Ghaira Mahdhah
Ibadah mahdah meliputi hubungan dengan Allah (shalat, zakat, puasa). Aktualisasi shalat kita hendaknya tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Jika baik shalatnya maka baiklah tutur kata dan tindak tanduk kepada orang lain.
Sedangkan ibadah ghaira mahdhah menyangkut hubungan dengan sesama manusia. “Seperti sekarang ini kita berkumpul untuk silaturrahmi dengan niat ibadah dan insyaallah manfaatnya akan memperpanjang umur dan rizki,” pesannya.
Juga, sambungnya, senantiasa tersenyum kepada orang lain dan terutama kepada suami, karena itu bagian dari sedekah. “Terutama jika membawakan minuman pada bapaknya harus dengan senyum, “ jelasnya sambil menyitir hadits Nabi, ‘Kullu makrufun shadakatun setiap perbuatan baik adalah sedekah.
Taat pada Suami
Ike Wahyuningrum lalu menyitir hadits Nabi yang artinya, ‘Apabila seorang istri melaksanakan shalat lima waktu, puasa ramadhan, menjaga kehormatan dan mentaati suami, maka dikatakan kepadanya masuklah ke surga dari pintu mana saja (HR Ibnu Hibban).
Dia menjelaskan menjaga kehormatan atau kemaluan artinya menjaga tutur kata dan tidak membicarakan kejelekan atau aib orang lain. “Mempunyai rasa malu jika tidak membantu tetangga yang sedang kesusahan,” lanjutnya.
Jika ada seorang ibu yang mengeluhkan etika anaknya kepada suami yang kurang taat, bukan karena kurangnya ibadah puasa Senin-Kamis, tetapi karena kurangnya pemahaman bahwa taat suami itu lebih utama.
Dia mencontohkan taat kepada suaminya dengan menggambarkan dirinya. Sebelunya, di tempat kerja dia berperan sebagai Waka Kurikulum SD Muhammadiyah Tulangan. Tetapi jika sudah di rumah harus berperan sebagai seorang istri dan ibu.
“Jangan di rumah ngatur-ngatur seperti di sekolah ngatur jadwal. Tetapi harus dibicarakan secara bersama,” jelasnya.
Peran Muslimah
Menjadi seorang ibu, adalah mempersiapkan pendidikan anaknya. “Ibu adalah guru pertama dari semua guru yang pengaruhnya menembus ke semua penjuru,” jelasnya.
Peran selanjutnya, penggerak sosial menuju kebaikan. Karena jika wanita hancur maka hancurlah generasi sesudahnya. “Hiburan adalah salah satu penghancur,” ujarnya.
Ibu tiga anak ini mencontohkan, jika waktu shalat Tarawih pada pertengahan sudah banyak bolong karena banyak yang ganti tempat ke mall guna mencari hiburan.
Ike Wahyuningrum melanjutkan, makanan juga bisa menghancurkan generasi. “Jika yang dikonsumsi barang yang tidak halal maka kehidupan akan menjadi tidak berkah,” tandasnya. Pakaian, tambahnya, yang tidak sesuai dengan kriteria Muslimah termasuk penghancur generasi.
“Semoga kita bisa berperan sebagai seorang Muslimah di lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar,” tutupnya. (*)
Kontributor Kusmiani. Editor Mohammad Nurfatoni.