Skandal Man City dan optimisme kerja sama sponsorship Persebaya-UMSurabaya. Diharapkan jadi pelopor sepak bola Indonesia profesional berkemajuan.
PWMU.CO – Sepakbola bukan hanya urusan sembilan puluh menit di lapangan. Tetapi menit-menit yang lebih banyak di luar lapangan jauh lebih penting.
Kerjasama sponsorship Persebaya dengan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya) diyakini bukan sekadar hubungan bisnis pragmatis.
Hubungan klub sepakbola dengan lembaga pendidikan sebagai hal baru di Indonesia, meskipun bukan yang pertama di dunia. Selama ini pembinaan sepakbola menjadi domain pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan perusahaan komersil baik BUMN maupun swasta.
Dana selalu menjadi alasan utama tampilnya pemerintah dan perusahaan komersil dianggap paling layak mengelola dan menjadi sponsor tim sepakbola profesional.
Olahraga modern tidak terkecuali sepakbola membutuhkan unsur penting selain dana. Soft skill berupa pembinaan serta pendampingan manajemen lebih penting di era profesional, utamanya manajemen keuangan.
Baru saja dunia olahraga khususnya dunia sepakbola dikejutkan hasil investigasi UEFA atas klub liga Inggris Manchester City (Man City).
Man City didakwa melakukan manipulasi laporan keuangan sehingga melanggar kaidah Financial Fair Play.
Financial Fair Play sebagai sebuah aturan tata kelola keuangan klub sepakbola profesional untuk menghindari persaingan keuangan yang tidak sehat tentang sponsorships, investasi, termasuk juga harga transfer pemain.
Negara seliberal dan sekapitalis Eropa demikian ketat mengawasi keuangan klub sepakbola profesional. Sanksi yang mengancam Man City lumayan berat, di antaranya pencabutan gelar juara masa lalu hingga dilarang ikut kompetisi liga Inggris maupun Liga Champions Eropa.
Padahal jika dilihat dari penampilan Man City di lapangan, tidak ada pelanggaran fair play yang serius. Kun Aguero, Riyad Mahrez, Vincent Kompani sampai sang pelatih terdahulu hingga kini Pep Guardiola mampu menyajikan permainan nan apik
Tetapi dapur tim Man City perihal keuangan dianggap bermasalah. Masalah yang mendera mirip dengan yang sedang hot di Indonesia, window dressing yaitu praktik memoles laporan keuangan agar tampak fair sehingga terhindar dari pelanggaran Financial Fair Play.
Sejumlah kalangan mendukung sanksi bagi Man City jika terbukti bersalah. Pelatih Arsenal sekaliber Arsene Wanger bahkan secara tegas mendukung fair play di segala bidang demi menjaga “ruh” sportivitas olahraga.
Kasus Indonesia
Dunia olahraga di Indonesia masih jauh panggang dari api menuju Financial Fair Play. Wajah dunia olahraga di Indonesia masih marak dengan isu korupsi.
Belum lama ini kasus korupsi merebak di Kementerian Pemuda dan Olahraga yang menyeret sang menteri. Belum lagi isu mafia pertandingan sepakbola yang demikian licin pengungkapannya. Mafia sepakbola diyakini ada, tetapi seolah tidak ada karena sangat sulit dibuktikan.
Sebenarnya, membuktikan adanya mafia sepakbola cukup mudah ditinjau dari prestasi sepakbola Indonesia. Pada level klub tidak ada yang prestasinya stabil sebagaimana Real Madrid, Barcelona, Liverpool, dan sebagainya.
Banyak terjadi tim sepakbola Indonesia musim ini juara, musim berikutnya degradasi atau minimal nyungsep ke papan bawah. Keterbatasan keuangan selalu menjadi alasan, tetapi tidak pernah ada transparansi keuangan pada pos mana yang bermasalah.
Selamat untuk Persebaya Surabaya yang telah menjadi juara Piala Gubernur Jawa Timur tahun 2020 setelah di final mengalahkan Persija Jakarta denganskor 4-1, Kamis (20/2/20).
Barakallah untuk UMSurabaya yang berani mengirim umpan terobosan anti-mainstream menjadi sponsor tim sepakbola profesional.
Semoga bisa membimbing manajemen Persebaya menjadi tim profesional yang lebih baik.
Bila memungkinkan menjadi tim sepakbola go public di pasar modal Indonesia menyusul tim Bali United Gianyar Bali juara Liga 1 musim 2019.
Skandal Man City semoga menyadarkan persepakbolaan nasional. Dan sama sponsorship Persebaya-UMSurabaya jadi pelopornya! (*)
Kolom oleh Prima Mari Kristanto, akuntan. Editor Mohammad Nurfatoni.