PWMU.CO– Kota Tanggul Jember diselimuti mendung tebal. Akan tetapi langkah ibu-ibu PCA berseragam kuning cantik untuk hadir di kajian rutin Aisyiyah tak surut. Kali ini acara bertempat di rumah Khoiriyah di Desa Manggisan, Jumat(21/2/2020).
Tampil sebagai pembicara di acara kajian PCA Tanggul ini adalah H Sholihin MPd, wakil ketua Koordinator Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kota Tanggul.
Pria berpenampilan kalem ini mengawali tausiyahnya dengan mengatakan, niat ibu-ibu Aisyiyah mendatangi kajian sangat besar hanya mengharap ridho Allah dan kebaikan dunia akhirat.
Menurut Sholihin, satu hal yang mudah kita omongkan tapi sulit dilakukan adalah mempunyai sifat qonaah. ”Artinya, menerima apa adanya yang telah Allah berikan kepada kita. Bukan ada apanya lho ibu-ibu,” kata Sholihin. Mendengar gurauan itu hadirin pun tergelak.
Sholihin menambahkan ketika kita mendapat rezeki, mudah sekali mengucap syukur. Akan tetapi sebaliknya, jika mendapat musibah atau harapan yang tidak terlaksana sulit untuk bersabar. Padahal di setiap musibah pasti ada hikmah besar yang terkadang tidak kita sadari.
Dia mengutip surat al-Fajr ayat 15 dan 16. ”Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakanNya dan diberi kesenangan, maka dia akan berkata, Tuhanku telah memuliakanku. Ketika Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata, Tuhanku menghinakanku.”
Kisah Istri Nabi Ismail
Lalu Sholihin berkisah kehidupan rumah tangga Nabi Ismail. Suatu hari Nabi Ibrahim bertandang ke rumah Nabi Ismail. Saat itu hanya istrinya yang menemui. Istri Nabi Ismail belum kenal kalau yang datang adalah bapak mertuanya.
Kemudian Nabi Ibrahim bertanya,”Bagaimana keadaan suamimu?”
Istri Nabi Ismail menjawab,”Suamiku orang yang tak berharta. Apapun yang diusahakan tak membuahkan hasil yang memuaskan.”
Kemudian Nabi Ibrahim meninggalkan pesan. ”Tolong bilang ke suamimu, seorang lelaki tua mengatakan, agar tiang yang satu ini harus diletakkan.”
Ketika Nabi Ismail pulang, pesan itu disampaikan. Nabi Ismail memberitahu bahwa yang datang itu adalah ayahnya. Nabi Ibrahim menginginkan agar dia menceraikan istrinya. Karena termasuk istri yang kurang bersyukur.
Di lain hari, Nabi Ibrahim datang lagi ke rumah Nabi Ismail. Ditemui istri yang baru. Lantas Nabi Ibrahim bertanya,”Bagaimana keadaan suamimu?”
Istri Nabi Ismail menjawab,”Alhamdulillah, saya bersyukur dengan keadaan suami saya.”
Nabi Ibrahim juga menitip pesan. ”Tolong bilang ke suamimu, seorang lelaki tua datang dan mengatakan agar tiang yang ini dipertahankan.”
Begitu pesan ini disampaikan kepada Nabi Ismail. Dia berkata kepada istrinya, agar istri yang ini dipertahankan karena termasuk wanita yang bersyukur.
Seorang jamaah, Hj Mujayyanah berbisik kepada temannya.”Kok bisa ya, istri Nabi Ismail tidak mengenali wajah mertuanya?”
Temannya menjawab, ”Maklum saat itu tidak ada media sosial jadi tidak bisa mengirim foto atau gambar Nabi Ibrahim.” Mereka pun tertawa ringan.
Sholihin menambahkan, jika ada manusia boleh bersujud kepada manusia lainnya, maka akan diperintahkan seorang istri untuk bersujud kepada suaminya.
Hal ini dikarenakan begitu besar hak suami terhadap istrinya. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Nabi, jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, menjaga berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dari perbuatan zina dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepada wanita itu, masuklah ke surga melalui pintu manapun yang engkau suka. (*)
Penulis Humaiyah Editor Sugeng Purwanto