PWMU.CO – Kader militan terwujud lewat Baitul Arqam. Kader-kader militan dibutuhkan sebagai penerus perjuangan Muhammadiyah di Kota Madiun.
Demikian disampaikan oleh Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Madiun Sumadi SSos saat memberikan sambutan pada Baitul Arqam MPK PDM Kota Madiun di Hotel Merah Wisata Telaga Sarangan, Sabtu (29/2/2020).
Kegiatan Baitul Arqam ini diikuti oleh 105 peserta dari unsur Pimpinan Daerah Muhammadiyah, Pimpinan Cabang Muhammadiyah, Pimpinan Ranting Muhammadiyah dan Amal Usaha Muhamadiyah (AUM) di Kota Madiun.
Sumadi menambahkan Baitul Arqam adalah suatu bentuk pembinaan di Muhammadiyah yang berorientasi pada pembinaan ideologi keislaman dan kepemimpinan.
“Baitul Arqam diambil dari salah satu nama sahabat Nabi Muhammad saw yang bernama Arqam bin Arqam, yang pada waktu itu rumahnya dijadikan pos/base camp dakwah Rasulullah,” ujarnya.
Belajar Muhammadiyah Berarti Belajar Islam
Tujuan kegiatan Baitul Arqam, lanjutnya, adalah untuk meningkatkan pemahaman keislaman, menciptakan kesamaan dan kesatuan sikap, integritas, wawasan dan cara berpikir di kalangan anggota persyarikatan dalam melaksanakan misi Muhammadiyah.
Kegiatan Baitul Arqam diselenggarakan untuk dapat lebih memahami hakikat Muhammadiyah yaitu Islam. “Mempelajari Muhammadiyah berarti mempelajari Islam, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman seolah-olah ketika mengikuti Baitul Arqam akan mendapatkan doktrinasi mengenai Muhammadiyah,” ungkapnya.
Salah satu yang dipelajari dalam Baitul Arqam adalah paham agama dalam Muhammadiyah yang menjelaskan prinsip prinsip ibadah yang benar.
“Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang melaksanakan dakwah dan tajdid untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,” jelasnya.
Komitmen terhadap Cita-Cita Persyarikatan
Ketua PDM Kota Madiun H. Sutomo ST memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan Baitul Arqam. “Semoga kegiatan dua hari ini bisa menghasilkan kader-kader yang mempunyai komitmen terhadap cita-cita persyarikatan sebagaimana tujuan Muhammadiyah didirikan,” harapnya.
“Karena itu seluruh warga, pimpinan, hingga berbagai komponen yang terdapat dalam Muhammadiyah, termasuk AUM dan orang-orang yang berada di dalamnya haruslah memahami Muhammadiyah serta mengaktualisasikannya dalam kehidupan nyata,” tegasnya. (*)
Penulis Arif Kurniawan. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.