PWMU.CO-Inilah tiga kisah dalam surat al-Kahfi yang dahsyat untuk diambil pelajaran bagi umat Islam. Kisah-kisah itu disampaikan dalam Kultum Jumat Pagi oleh Marzuki Yatim SPd di Ruang Guru SMA Muhammadiyah 1 Gresik (Smamsatu), Jumat (6/3/2020).
Menurut Marzuki Yatim, inilah tiga kisah surat al-Kahfi yang mengandung beberapa cerita besar yang akhir di luar nalar kita. Pertama, kata dia, kisah Ashabul Kahfi.
Ashabul Kahfi adalah kisah tujuh pemuda yang tertidur di gua selama 309 tahun. Gua ini menurut penelitian paling akurat berada di daerah ar-Araqim, Yordan. Tapi ada yang menyebut di Selcuk, Turki.
Mereka hidup di zaman Raja Rumawi Dikyanus yang musyrik. Pemuda Ashabul Kahfi penganut ajaran tauhid yang dibawa Nabi Isa. Karena berbeda paham ketuhanan yang dianut negara, pemuda Ashabul Kahfi dituduh membangkang kepada raja.
”Dalam surat al-Kahfi, Ashabul Kahfi mengatakan, Allah sebenarnya Tuhan kita. Tapi Raja Dikyanus tidak pernah mengakuinya,” cerita Marzuki Yatim.
Marzuki mengatakan, Dikyanus dan Ashabul Kahfi mempunyai kekuatan masing-masing. Dikyanus mempunyai kekuatan fisik yang bisa melakukan apa saja. Sedangkan Ashabul Kahfi memiliki kekuatan rohani sehingga tidak gentar ancaman Dikyanus.
Ashabul Kahfi dikejar-kejar oleh pasukan Dikyanus. Sampai akhirnya mereka bersembunyi di sebuah gua. Dan diselamatkan oleh Allah dengan tidur selama 309 tahun. ”Ini benar-benar di luar nalar akal kita,” terangnya.”Bayangkan, saat mereka terbangun, sulit memahami situasi yang berubah di sekitarnya,” ujarnya.
Marzuki menyimpulkan, itulah tanda-tanda kebesaran Allah. ”Dari sini kita dapat simpulkan bahwa persoalan apapun, kita tidak perlu takut kalau kita beriman kepada Allah swt. Meskipun orang yang kita hadapi mempunyai kekuatan fisik yang sulit dikalahkan sekalipun,” pesannya.
Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidr
Kisah kedua antara Nabi Musa dengan Nabi Khidir. Nabi Musa mempunyai kekuatan rohani besar. Namun demikian tidak boleh terbersit sifat merasa lebih dari yang lain. Nabi Musa pada saat itu merasa punya ilmu melebihi orang lain.
Lalu Allah mempertemukan dengan hamba Allah yang saleh. Ahli tafsir menyebut orang saleh itu adalah Nabi Khidir. Nabi Khidir mengatakan, Nabi Musa tidak akan bisa sabar mengikutinya. Tapi Nabi Musa ingin membuktikannya.
Dalam perjalanan, ada tiga peristiwa yang terjadi di luar akal. Saat mereka naik perahu, perahu itu dilubangi oleh Nabi Khidir. ”Secara akal tentu saja perahu akan tenggelam. Nabi Musa protes tetapi Nabi Khidir diam saja. Dia mengatakan, sudah aku katakan kamu tentu tidak sabar mengikuti aku. Nabi Musa minta maaf,” ujarnya.
Di perjalanan kedua, Nabi Khidir membunuh anak yang belum baligh. ”Ini juga di luar akal yang membuat Nabi Musa bertanya lagi. Nabi Khidr mengatakan, sesungguhnya kamu tidak akan kuat mengikutiku,” tuturnya.
Perjalanan ketiga, sambung dia, dalam kondisi letih memasuki kampung. Lalu bertemu rumah yang rusak. Nabi Khidir mengajak memperbaiki rumah itu. Tak pelak Nabi Musa berkata, kenapa kita susah-susah membangun rumah itu, padahal kita tidak diharapkan oleh masyarakat di sini.
Di akhir cerita Nabi Khidir lalu menjelaskan satu persatu alasan tindakannya itu. Ternyata Nabi Khidir mampu membaca peristiwa yang akan terjadi.
Dia melubangi perahu karena ada seorang raja yang akan merampas perahu. Kalau dilubangi tentu perahu itu tidak akan dirampas. Lalu membunuh anak yang masih kecil itu, alasannya kalau hidup sampai besar, dia akan ingkar kepada Allah swt dan menyusahkan orangtuanya.
Nabi Khidr membangun rumah rusak padahal masyarakat di situ tidak mengharapkannya, ternyata itu rumah anak yatim yang tersimpan hartanya.
Marzuki menyimpulkan, itulah kejadian besar yang dialami Nabi Musa yang menyadarkan bahwa dia bukan yang paling dekat dengan Allah dan paling tinggi ilmunya. ”Ini pelajaran bagi kita, apapun alasannya, kita tidak boleh merasa lebih alim atau pandai dari yang lainnya. Meskipun itu terhadap murid kita sendiri,” tuturnya.
Kisah Ya’juj dan Ma’juj
Kisah besar ketiga yaitu perseteruan antara Ya’juj dan Ma’juj atau Gog and Magog. Ini suatu bangsa yang pekerjaannya membuat kerusakan di muka bumi. Membuat resah penduduknya. Kemudian ada seorang yang dekat dengan Allah yaitu Zulkarnain. Masyarakat meminta kepada Zulkarnain untuk membantu mereka supaya tidak diganggu oleh Ya’juj dan Ma’juj.
Menurut Marzuki, yang dicari oleh masyarakat di situ bukan orang yang kuat dan punya pengaruh, tetapi yang dicari adalah orang yang dekat dengan Allah swt untuk menyelesaikan persoalan ini.
Kemudian Zulkarnain dengan petunjuk Allah swt menyuruh masyarakat untuk mengumpulkan besi dan tembaga untuk membuat tembok yang pasak-pasaknya adalah dua gunung di antara negeri itu.
Semua logam besi dilebur hingga meleleh menyerupai api lalu dituangkan tembaga. Logam campuran ini dijadikan benteng sehingga Ya’juj dan Ma’juj tidak bisa menembus dan merusaknya.
Di ayat yang lain dijelaskan, meskipun sekuat apapun buatan manusia ternyata suatu saat akan rapuh pada waktu yang ditentukan. Sebagian ahli tafsir mengatakan, seandainya tembok itu benar-benar rapuh maka kiamat sudah dekat.
Inilah tiga kisah yang dahsyat yang ditulis dalam surat al-Kahfi. ”Itu menunjukkan, ilmu Allah itu sangat luas sebagaimana pada ayat terakhir, seandainya lautan menjadi tinta kemudian ditambahkan lagi sebanyak itu, maka tidak akan habis untuk menulis kalimat Allah swt,” tandasnya. (*)
Penulis Estu Rahayu Editor Sugeng Purwanto