PWMU.CO – Sudah seminggu isu atau wacana Full Day School (FDS) mencuat menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Berawal dari wacana yang dilontarkan sang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) baru Prof Muhadjir Effendy yang berkeinginan untuk menerapkan FDS di sekolah-sekolah. Gagasan itu dinilai Mendikbud pengganti Anies Baswedan ini, sebagai upaya untuk meningkatkan peran negara dalam membangun karakter dan mental anak-anak Indonesia. Terutama melalui pendidikan dasar dan menengah pertama.
Alasan yang dikemukakan Muhadjir, dengan menambah waktu di sekolah, maka kesempatan untuk mendidik karakter dan mental anak-anak Indonesia relatif lebih bisa terkontrol dan terbina. Daripada, jika mereka lebih cepat pulang. Itu memungkinkan karena, kini tidak semua orang tua dinilai dapat menjalankan tugas pendidikan secara baik. Terutama saat dan selama anak tidak berada di sekolah, khususnya lagi bagi orang tua yang bekerja.
(Baca: Dituding Sektarian, Ternyata Mendikbud sudah Lama Praktikkan Sikap Multikultural dan Pro-kontra Wacana Mendikbud soal Full Day School Sudah Melenceng dari Substansi)
Wacana dari Mendikbud ini ternyata ditanggapi beragam dan heboh oleh masyarakat, khususnya netizen. Wacana ini menuai pro dan kontra. Ada yang sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Cara menanggapinya pun beragam, ada yang sangat rasional, cukup rasional, cukup emosional, sampai yang sangat emosional.
Publik pun menjadi terbelah, ada yang jadi pendukung fanatik, pendukung moderat, penentang moderat, sampai penentang fanatik. Pokoknya macam-macamlah modelnya, situasinya mirip waktu Pilpres dulu.
Awalnya saya agak heran, kenapa persoalan yang sebenarnya tidak terlalu politis, seperti Pilpres ataupuyn pilkada ini justru menyedot perhatian yang luar biasa?. Saya pun jadinya menduga-duga, jangan jangan ada konspirasi?. Jangan-jangan ada pengalihan isu?. Jangan-jangan ada balas dendam, dan segala pikiran buruk soal, olah-mengolah isu yang selama ini jadi modus baik di media masa ataupun di media sosial.
(Baca:Penjelasan Lengkap Mendikbud tentang Pro-kontra Full Day School dan Ini Penjelasan soal KIP dan Pendidikan Vokasi, 2 Tugas Pokok yang Diamanatkan Presiden pada Mendikbud Baru)
Tetapi setelah saya agak merenung, saya justru menemukan jawaban yang agak lebih masuk akal. Sebenarnya soal pendidikan adalah salah satu persoalan yang mendasar bagi manusia. Sebagai pembeda manusia dengan binatang itu adanya di pendidikan. Binatang bisa dilatih, tetapi tidak bisa dididik. Sebaliknya, manusia yang tidak dididik akan sama saja dengan binatang. Maka, dengan pendidikan kita akan jadi manusia yang sempurna, beradab, dan bernilai.
Jadi, sebenarnya saya bersyukur jika bangsa ini gaduh dan ribut soal pendidikan. Ini lebih baik daripada kita ribut soal pokemon go, atau heboh soal tingkah artis. Ini artinya, bangsa kita masih perduli soal pendidikan. Terutama soal bagaimana cara mendidik yang terbaik untuk masa depan anak-anaknya.
Dengan gaduh ini maka, selamat buat Pak Muhadjir yang telah mengingatkan kita kembali, bahwa pendidikan itu penting untuk kita diskusikan, kita hebohkan, dan kita ributkan. Semoga kita mendapat solusi terbaik untuk pendidikan bagi masa depan anak-anak kita.
Kolom opini ini ditulis oleh M. Izzul Muslimin