PWMU.CO – SD Muwri manfaatkan aplikasi PlantNet saat belajar jarak jauh. Seperti yang dikenalkan Wali Kelas VI SD Muwri Miftakhul Muzdalifah SPd.
Menurutnya, siswa wajib tahu apa manfaat teknologi bagi kehidupan mereka. “Agar mereka tahu bahwa smartphone itu tidak sekadar berisi games,” ujar Wali Kelas VI Bilal bin Rabbah SD Muhammadiyah 1 Wringinanom (SD Muwri) tersebut.
Karena itu, lanjutnya, pada pekan kedua masa belajar jarak jauh, siswa dikenalkan dengan aplikasi PlantNet. Aplikasi yang berguna untuk mengidentifikasi tumbuhan berdasarkan bentuk daun, bunga, buah, dan lainnya.
“Aplikasi ini memudahkan siswa untuk mengidentifikasi tanaman yang ada di sekitar rumah melalui jepretan kamera smartphone,” terangnya. .
Menurutnya, aplikasi ini sangat membantu dengan menyuguhkan banyak informasi tentang tumbuhan yang sedang diamati. “Selanjutnya siswa harus mencari kemiripan bentuk atau ciri morfologi antara tumbuhan dan informasi yang muncul,” jelasnya.
Yoice Michelline Oktavia Rimaramadhan, siswa kelas VI, mengatakan pengetahuan ini berguna baginya. Menurutnya, aplikasi tersebut sangat bermanfaat. “Dengan aplikasi ini, saya bisia dengan mudah mengenal tumbuhan yang belum saya tahu namanya,”tutur Yoice yang mengaku sebelumnya belum tahu aplikasi tersebut.
Belajar Survei dengan Google Form
Selain PlantNet, SD Muwri manfaatkan aplikasi Google Form untuk membuat survei Covid-19. Kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi perilaku khalayak saat libur pandemi virus asal Wuhan, Cina itu.
Sebanyak tujuh siswa kelas VI Bilal bin Rabbah SD Muwri melakukan survei pada pelajar dan masyarakat di Kecamatan Wringinanom, Gresik. Mereka adalah Fina Syifaussitta, Safira Diyah Novitasari, Farah Anggraeni Prayogo, dan Hidayatul Sabrina Yuniarta. Juga Yoice Michelline Oktavia R, Akbar Girindra Pranatta , serta Mohammad Sholeh.
Proyek survei yang dirancang mulai Senin (23/3/20) hingga Ahad (29/3/20) itu diberi judul ‘SD Muhammadiyah 1 Wringinanom Tanggap Corona’. Survei disebar melalui Google Form pada para siswa usia SD, SMP, SMA/SMK dan masyarakat.
Para surveyor cilik tadi dibagi menjadi dua tim. Tim I diketuai Fina Syifaussitta. Mereka bertugas untuk merancang dan menyebarkan survei untuk siswa di beberapa sekolah di wilayah Kecamatan Wringinanom dan terdekat. Sementara Farah Anggraeni Prayogo menjadi ketua tim II, mereka juga mempunyai tugas yang hampir sama dengan tim I.
Wali kelas VI Bilal bin Rabbah SD Muwri Miftakhul Muzdalifah SPd mengatakan, kegiatan survei bertujuan untuk mengetahui kecenderungan perilaku khalayak saat libur pandemi Covid-19.
“Kita ingin mengetahui seberapa jauh kepatuhan siswa dan masyarakat pada himbauan pemerintah,” ujarnya. Dari sini, sambungnya, akan ketahuan efektivitas libur masa pandemi virus ini.
Kepatuhan Imbauan Rendah
Dari data yang disebutkan Ketua Tim I Fina Syifaussitta menyatakan dari 94 responden responden, 71,3 persen atau 67 siswa menyatakan patuh pada imbauan agar tetap di rumah. “Sedangkan 28,7 persen atau 27 siswa lainnya tidak,” ujar Fina.
Dia melanjutkan, meski mayoritas siswa patuh pada imbauan, namun persentase yang bersikap sebaliknya juga cukup besar. “Jumlah siswa yang tidak patuh pada imbauan lumayan besar,” tutur Fina. Menurutnya, hal ini sangat berbahaya karena persebaran virus semakin banyak.
Fina juga menyatakan, perilaku tersebut tidak tepat. “Sebaiknya tidak keluar rumah jika tidak sangat penting. Jika terpaksa keluar ke tempat umum, maka sebaiknya pakai masker dan menjaga jarak,” pesannya.
Sementara tim II yang melakukan survei pada warga dewasa di Kecamatan Wringinanom. Dari 103 warga yang disurvei, 98,1 persen atau 101 orang menganggap penting untuk tetap di rumah dan 94,2 persen membatasi kegiatan mereka di luar rumah selama libur akibat dampak Virus Corona ini.
“Kesimpulan yang didapat, tingkat kepatuhan warga dewasa sepertinya lebih besar jika dibanding kepatuhan siswa,” ujar Farah Anggraeni Prayogo, Ketua Tim II.
Farah mengatakan, merancang survei ini adalah pengalaman baru baginya. “Mudah tapi sulit. Cukup mudah membuat Google Formnya, tapi sulit membuat pertanyaannya. Mungkin karena saya belum terbiasa,” ujarnya. (*)
Penulis Miftakhul Muzdalifah. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.