PWMU.CO – Belajar daring di MTs Muga berlangsung kreatif. Pembelajaran selama dua pekan tersebut dilakukan serentak dari kelas VII hingga IX.
Akibat pandemi Covid-19, Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 3 (MTs Muga) Sumberrejo, Bojonegoro melakukan pembelajaran daring (dalam jaringan) di rumah.
Wakasek Kurikulum MTs Muga Siti Mualimah SPd menyatakan, daring dilaksanakan sesuai surat edaran Mendikbud dan Majelis Dikdasmen PWM Jawa Timur.
“Sesuai Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 dari Mendikbud tentang pencegahan Covid-19 pada Satuan Pendidikan. Juga pada Surat Edaran Majelis Dikdasmen PWM Jawa Timur yang memperpanjang liburan hingga 21 April 2020,” ujarnya sembari menyebut liburan sekolah sudah berlangsung dua pekan, Jumat (3/4/20).
Menurut Siti Mualimah, daring dilakukan untuk mencegah terjadinya pandemi Covid-19, termasuk upaya physical distancing. “Daring dilakukan sebagai pengecekkan kegiatan belajar di rumah dengan pendampingan orangtua,” ungkapnya.
Dari daring tersebut, lanjutnya, diketahui para siswa tetap di rumah mengerjakan tugas atau beraktivitas lainnya. “Hasil daring dikirim dengan menyertakan bukti foto tugas yang selesai dikerjakan,” terangnya.
Lebih lanjut, pemberian tugas mata pelajaran melalui WhatsApp Group (WAG) kelas. Mulai dari kegiatan pembiasaan pagi seperti shalat dhuha, membaca al-Quran, teks materi, buku, hingga praktik lingkungan belajar di sekitar rumah.
Daring Kreatif Berbasis Aplikasi
Aplikasi belajar daring sendiri menggunakan Google Form. Aplikasi tersebut digunakan untuk pemberian materi dan soal pada sekolah. Ada juga yang langsung memberikan melalui WAG.
Guru Bahasa Indonesia MTs Muga M Sholikul Anwaruddin SPd menjelaskan, pembelajaran daring menggunakan aplikasi Google Form lebih mudah. “Melalui aplikasi tersebut, siswa lebih mudah saat mengerjakan tugas. Penilaiannya pun lebih akurat,” ujarnya.
Selain Sholikul Anwaruddin, pembelajaran berbasis penugasan pembiasaan juga diberikan , Guru Fiqih M Shofi MPdI. Bedanya, tidak memakai Google Form, namun langsung melalui WAG.
“Sebelum mengerjakan, para siswa memulai shalat dhuha, menjaga kebersihan, dan tetap stay at home. Baru mengerjakan tugas daring hingga setoran hafalan sesuai materinya,” tuturnya.
Sementara itu, dalam belajar daring, MTs Muga Bojonegoro tidak hanya berbasis aplikasi, tapi juga life skill. Keterampilan tersebut dilakukan seperti bikin makanan, teh hangat, menyapu halaman, mencuci baju, membuat prakarya bunga dari bahan bekas, hingga minuman herbal. Para siswa lalu mengirimkan video atau fotonya di WAG.
Seperti yang dituturkan Astika Rohmayanti SPd, Guru Prakarya kelas VII, yang memberi tugas siswanya membuat minuman herbal. “Minuman herbal bisa mencegah Covid-19. Karena menambah kekebalan imun. Mereka memanfaatkan rempah-rempah di sekitar rumah untuk dibuat jamu,” ungkapnya.
Dengan cara tersebut, para siswa bisa praktik langsung membuat minuman herbal tanaman obat keluarga. Bahan-bahan minuman herbal dari dari kunyit, jahe, serai dan madu.
“Cara membuatnya, masing-masing tanaman tadi ditumbuk (digeprek) lalu dimasukkan panci yang berisi air. Masak hingga mendidih. Air kemudian disaring dan dimasukkan ke gelas dan diberi madu,” ujarnya. Minuman tersebut dapat diminum hangat-hangat untuk menjaga stamina.
Untuk penilaian, kata Astika, didasarkan hasil foto. Mulai bahan, langkah-langkah pembuatan, hingga penyajian dijadikan satu. “Foto-foto tersebut dikolase menjadi satu disertai testimoni rasa serta khasiatnya yang disampaikan siswa ke guru,” terangnya.
Salah satu siswa kelas VII MTs Muga Regita Cahaya Ningrum mengaku tertarik bisa membuat jamu sendiri. “Asyik cara bikinnya. Senang bisa membuat jamu cegah Covid-19. Saat diminum, badan terasa vit,” ujarnya.
Sistem Centang
Di sisi lain, belajar daring ini membuat sistem penilaian berubah. Seperti yang dilakukan Guru Prakarya Astika Rohmayanti SPd. Dia membuat daftar nama siswa yang sudah mengerjakan tugas lalu memberinya tanda centang.
“Siswa yang sudah setoran tugas diberi centang. Sementara yang belum dikosongi. List nama siswa tersebut kemudian dikirim ke WAG sebagai umpan balik tugas selesai dikerjakan,” terangnya.
Lain halnya dengan M Sholikul Anwaruddin SPd. Guru Bahasa Indonesia tersebut menggunakan Google Form. “Cukup melihat menu respons dapat diketahui siapa saja sudah mengerjakan. Tanpa mengoreksi soal, nilai sudah otomatis muncul dan tinggal direkap,” ujarnya.
Terpisah, Wakasek Kurikulum MTs Muga Siti Mualimah mengatakan, ada kewajiban masing-masing guru untuk melaporkan kinerjanya per hari atau per pekan pada kepala madrasah.
“Dari laporan guru tiap bidang studi, akhirnya terekap dan termonitor pembelajaran daring selama dua pekan. Hasil rekapan menjadi pendukung data untuk disampaikan kepala madrasah, yang nantinya menjadi rujukan pelaporan ke pengawas madrasah,” jelasnya.
Penulis M. Shofi. Co-Editor Darul Setiawan. Editor