PWMU.CO – Wabah, Diyah Puspitarini: Ubah Strategi Ber-NA. Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA) mengajak kader NA untuk ber-NA dengan cara berbeda di tengah kondisi wabah Covid 19 (Corona Virus Diseases 19) yang melanda dunia saat ini.
Hal itu dia sampaikan melalui Voice Notes saat memberikan kuliah via WhatsApp (kulwap) yang diselenggarakan PDNA Kabupaten Lamongan dengan tema Ber-Nasyiah di Kondisi Pandemi Covid 19. Rabu, (8/4/2020).
Mengawali materinya, Diyah menyampaikan wabah Covid 19 ini merupakan bentuk ujian dari Allah dan bukan bagian dari adzab.
“Jika kita melihat dari kondisi lingkungan alam dan kita cermati, langit-langit di luar terasa lebih biru dari pada biasanya,” jelasnya. Di Jakarta saja, imbuhnya, langit yang tadinya penuh polusi, hari ini biru dan cerah.
“Ada yang mengatakan, bumi kita ini sedang beristirahat. Perlu waktu untuk memulihkannya kembali,” terang mantan Kepala SMP Muhammadiyah 2 Depok, Sleman tersebut.
Covid 19 Pasti Ada Obatnya
Diyah Puspitarini menuturkan, sebagai hamba Allah, kader Nasyiah harus percaya bahwa penyakit ini sebagai bentuk ujian yang pasti ada obatnya. Dan tentu Allah mempunyai maksud.
“Paling tidak Allah meminta kita memperbanyak waktu di rumah bersama keluarga. Allah ingin menyentil kita, bisa tidak kita shalat jamaah tepat waktu? Bisa tidak ketika di rumah baca al-Qur’an?” ujarnya retoris.
Dengan kondisi yang terjadi dan meskipun harus stay at home, Diyah mengajak para kader Nasyiah untuk tidak berdiam diri dan hanyut pada kesedihan, duka, maupun ketidakberdayaan.
“Kader Nasyiah harus mengubah mindset dan strategi. Jika dulu kita berpikir tidak mungkin rapat dan kegiatan NA dilakukan secara daring (dalam jaringan), maka saat ini harus kita pikirkan dan lakukan,” tandasnya.
Dia menyebut, yang dilakukan PDNA Lamongan saat ini dengan belajar melalui Whatsapp mungkin nanti bisa dikembangkan dengan seminar berbasis online.
“Kali ini kulwap, mungkin nanti ada pelatihan online, seminar online, dan lain-lain. Hari ini seminar dengan cara online itu lebih mudah dan bisa kita sambi. Dengan dasteran saja bisa,” katanya dengan tersenyum.
Dosen PGSD Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ini menjelaskan, kondisi sekarang memang memaksa kader NA untuk berubah dan harus siap menerima hal yang baru.
“Ketika tidak ada Covid 19 mungkin kita biasa mengadakan kajian dengan mengundang banyak orang, namun sekarang, harus mencari cara bagaimana kita tetap bisa ber-Nasyiah walau dengan kondisi yang berbeda,” tuturnya.
Kader NA agar Manfaatkan Kecanggihan Teknologi
Pemeran Siti Munjiyah dalam film Nyai Ahmad Dahlan ini mengimbau agar kader Nasyiah dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan mengadakan rapat maupun kajian menggunakan WA, Zoom, Instagram dan lain sebagainya.
“Ayo kita manfaatkan teknologi yang ada di depan kita. Barangkali saja kita akan memasuki era yang lebih modern dari pada saat ini,” katanya.
Selain itu, Diyah mengimbau agar kader NA memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya Covid 19.
“Virus ini sangat kejam. Tidak memandang siapa saja. Tua, muda, miskin, kaya, semua bisa terkena. Ini harus diperhatikan. Kalau bukan kita yang mengubah, siapa lagi?” tegasnya.
Diyah Puspitarini juga berharap, pergerakan Nasyiah agar tetap berjalan dari level ranting sampai pusat.
“Kami di PP tetap mengadakan rapat rutin membahas ini dan itu. Kita juga sedang membuat panduan dan imbauan terkait Covid 19 ini,” terangnya.
Maka dari itu, tambahnya, saya berharap pergerakan NA tetap berjalan di level manapun. “Ber-NA itu jangan menunggu waktu luang. Tapi ayo kita luangkan waktu untuk Nasyiah,” ajaknya.
Dia akhir materi, menyikapi kondisi wabah Covid 19 ini, Diyah berpesan kepada kader Nasyiah dengan mengutip perkataan Pak AR Fachruddin. “Menjadi kader Muhammadiyah itu ojo gumunan, ojo kagetan, lan ojo mutungan” tandasnya.” (*)
Kontributor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni