PWMU.CO-Ketahanan Pangan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Jawa Timur mendapat dukungan pengusaha benih dan agribisnis Sudarsono dari Badas Kediri.
Sumbangan enam jenis benih sayuran sebanyak 356 pak diserahkan Sudarsono di perkebunannya kepada Koordinator Ekonomi Ketahanan Pangan MCCC Jatim drh Zainul Muslimin, Kamis (9/4/2020).
Enam jenis sayuran itu terdiri Gambas Ezensa 5 gr sebanyak 20 pak, Patra Agustin 5 gr sejumlah 36 pak, Cabe Nabawi 2 gr ada 200 pak, Sawi Emerald 25 gr sebanyak 32 pak, Cabe Jiwang 5 gr sejumlah 48 pak, dan Jagung Manis Dzakir 25 gr sebanyak 20 pak.
Sudarsono mengatakan, tertarik MCCC dengan program membangun ketahanan pangan keluarga bertanam sayur di tabula pot. ”Di tengah wabah yang mengharuskan orang banyak berdiam di rumah bisa diisi menanam sayuran yang hasilnya bisa dipakai sendiri dan dibagikan ke tetangga,” katanya.
Apalagi saat ini kegiatan ekonomi menurun akibat wabah Corona. Penghasilan masyarakat berkurang. Maka keluarga perlu membangun ketahanan pangan untuk mencukupi kebutuhan makanannya seperti sayuran ini. Meski halaman sempit, menanam sayur bisa di pot seperti yang sudah dikerjakan banyak orang.
”Saya ingin ikut berbagi dengan apa yang saya punyai. Saya punya benih sayuran maka itu saya bagikan kepada masyarakat,” ujar pemilik PT Benih Premium Indonesia.
Hentikan Impor Pangan
Sementara Zainul Muslimin menyampaikan, bibit sayuran ini akan dibagikan kepada ibu-ibu yang berminat menanam sayur untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
”Benih ini dibagikan kepada ibu-ibu dalam jaringan Lazismu, Aisyiyah Jawa Timur, pondok pesantren, dan komunitas-komunitas yang memiliki program ketahanan pangan,” tuturnya.
Dia mengatakan, wabah Corona yang sekarang merebak ini hendaknya bisa diambil hikmahnya oleh pemerintah dan masyarakat untuk berpikir ketahanan pangan. Bukan hanya impor bahan pangan.
”Kita sekarang ini pangan tergantung impor mulai beras, terigu, kedelai, bawang putih, buah-buahan, dan beberapa jenis sayuran. Nilainya mencapai Rp 108 triliun. Saat wabah, aktivitas ekspor impor terhenti, stok pangan berkurang. Harga melonjak, rakyat kelabakan,” tandas Zainul yang juga ketua Lazismu Jawa Timur ini.
Dalam kondisi wabah Covid-19 ini, sambung dia, petani yang menghasilkan beras dan sayuran yang mampu bertahan karena punya stok pangan. Sedangkan di luar petani , kelimpungan dan mengharapkan bantuan. ”Karena itu marilah kita sadar untuk jangan terus-terusan impor pangan. Pemerintah hendaklah punya program swasembada pangan seperti pernah dikampanyekan dulu,” tegasnya. (*)
Penulis Aditio Editor Sugeng Purwanto