PWMU.CO – Poster solidaritas untuk perawat yang meninggal dunia terserang Covid-19 di Semarang dibuat siswa Spemdalas secara daring dan di-share di Instagram.
Penolakan warga Sewakul Ungaran Kabupaten Semarang pada jenazah perawat Nuria Kurniasih (38) mendapat simpati dari siswa SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Gresik.
Nuria Kuniasih adalah salah satu karyawan yang bekerja di bagian geriatri RSUP dr Kariadi.
Sebelum dimakamkan di pemakaman milik RSUP dr Kariadi di Bergota Kota Semarang, jenazahnya sempat ditolak warga. Kejadian ini mendapat respon dari beberapa warganet yang menyayangkan penolakan tersebut.
Rahmadanty Azizah Saputra, salah satunya. Siswa kelas VIII ICP (International Class Program) ini membuat poster secara digital.
Rahma—sapaan akrabnya–mengaku sedih dan menyayangkan tindakan warga yang menolak jenazah tenaga medis yang telah berjuang mendamping dan memberikan pelayanan kesehatan untuk para pasien Covid-19.
“Parah banget, kan yang meninggal itu salah satu tim medis yang sudah berjuang buat masyarakat. Tapi masyarakat malah menolak pemakamannya,” ujarnya saat diwawancarai melalui WhatsApp-nya, Ahad (12/4/20).
Padahal proses pemakaman sudah menggunakan standar kesehatan sehingga warga tidak perlu khawatir tertular virus tersebut.
Kalimat Poster yang Unik
Dalam posternya, cewek yang suka membaca ini menuliskan kalimat yang menyentuh hati dalam bentuk kalimat-kalimat pertanyaan. Juga kalimat ajakan untuk menghargai para tenaga medis yang menjadi pahlawan Covid-19.
Berikut isi poster Rahmah.
Di mana respect kita?
di mana hati kita saat hal seperti ini?
bagaimana jika keluarga kita mengalaminya?
bukankah kita akan kecewa?
marilah kita hargai pahlawan yang berdiri di garda depan!
Semoga hal seperti ini tidak terulang kembali.
Hal senada juga disampaikan Ilham Aditya Wibowo. Siswa yang barusan membuat video dukungan untuk para medis dalam bekerja di tengah-tengah wabah Covid-19 itu mengatakan warga yang menolak tidak berterima kasih.
“Kasihan, dia adalah pahlawan yang sudah menepis hak dan mengabdi pada kesehatan. Saat meninggal malah ditolak warga,” ungkapnya.
Ilham mengaku ada kesalahpahaman sekaligus ketidaktahuan mereka tentang penyebaran virus. Semoga, harapnya, kejadian ini bisa menjadi pelajaran dan tidak terulang kembali. (*)
Penulis Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.