Pak AR Tidur di Tanjakan Gunung Lawu catatan pengalaman Mohammad Halwan, mantan kepala Biro Surabaya Post di Madiun.
PWMU.CO-Pengajian Nuzulul Quran selesai, saya bertugas mengantarkan mubalighnya pulang. Mubalighnya Abdur Rozaq Fachruddin alias Pak AR. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Itu tahun 1980-an. Acara Nuzulul Quran di Kota Madiun. Tentu saja pas bulan Ramadhan.
Saya mengantarkan pulang ke Yogyakarta. Berangkat tengah malam pukul 00.00. Berbeda waktu menjemputnya lewat jalur biasa yang landai Ngawi-Solo-Yogya. Perjalanan pulang Pak AR bersedia melalui jalur tanjakan Gunung Lawu. Lewat Sarangan-Tawangmangu-Solo-Yogya.
Jalannya waktu itu tanjakannya terjal dan curam. Sekarang sudah dibangun jalur baru yang lebih landai. Tapi saya yakin dan mantap. Karena kami naik Jeep Hardtop keluaran tahun 1978. Masih baru beli. Mobil double gardan ini andal untuk naik turun gunung.
Dalam perjalanan Pak AR berkata, karena berangkat tengah malam nanti kita sahur sudah di Yogya. Langsung saja Jeep tancap gas menembus gelap malam. Mencapai Kota Magetan hanya 20 menit. Kemudian menanjak ke arah Sarangan.
Saya lihat Pak AR tidur pulas di jok sebelah. Tidak terpengaruh guncangan jeep saat naik turun bukit dan berkelak-kelok melintasi tikungan jalan di jalur Gunung Lawu. Saya pun enteng saja menanjaki jalanan Tawangmangu yang lebih berat. Sudah terjal dan aspalnya tidak mulus waktu itu.
Makan Sahur di Warung Kaki Lima
Pukul 3.30 Pak AR terbangun. Bertanya, meniko dumugi pundi? Sudah sampai mana ini? Saya jawab, bakda Kalasan, bade Maguwo, Pak.
Pak AR melihat arlojinya. Lalu berkata, kito kendel wonten sekitar Ambarukmo. Kita berhenti sekitar Hotel Ambarukmo. “Wonten ngajengipun hotel jejer warung maem.” Katanya, di depan hotel berjajar warung makan.
Semula saya kita memilih makan sahur di restoran hotel. Ternyata lebih suka di warung kaki lima depan hotel. Waktu itu sama sekali tidak menduga. Pak AR demikian sederhana. Padahal dia orang penting dan terkenal. Dia tidak keberatan makan di warung gudeg yang berjajar di kaki lima depan hotel ini.
Begitu masuk warung dan menyampaikan salam, spontan semua orang yang sedang makan sahur di situ menjawab salam, berdiri lantas berebut bersalaman. Mereka para mahasiswa dan warga kampung di sekitar hotel.
“Jebul tindakan. Lha layak sore wau ra muncul ning TV,” kata mereka. Artinya, ternyata pergi. Layak saja sore tadi tidak muncul di TVRI. Rupanya Pak AR tiap sore mengisi acara buka puasa di TVRI Yogya secara langsung. Acara ini diminati warga Yogya. Demikian terkenalnya. Dakwahnya menyejukkan dengan bumbu humor yang santun. (*)
Penulis Mohammad Halwan Editor Sugeng Purwanto