Pak Nadjikh yang ‘Hidup dan Menghidupkan’ ditulis oleh Dr Hidayatulloh MSi, Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) dan Wakil Ketua PWM Jatim.
PWMU.CO – Ketika membaca berita di Group WhatsApp MCCC Jatim atas meninggalnya Pak Nadjikh, Jumat (17/4/ 2020), kami sangat kaget.
Seakan tidak percaya, karena dua pekan sebelumnya beliau masih mengikuti rapat online PWM Jatim bersama Majelis dan Lembaga. Rapat ini membahas wabah Covid-19 dan dampaknya terhadap amal usaha Muhammadiyah dan masyarakat di Jawa Timur.
Salah satu yang disampaikan Pak Nadjikh dalam rapat itu adalah wabah Covid-19 akan berdampak secara ekonomi yang luas. Dan pesan Pak Nadjikh mengingatkan agar Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim melakukan penyiapan kebutuhan pokok warga Muhammadiyah di Jawa Timur.
Beberapa hari setelah rapat itu kami tidak mendengar sama sekali tentang sakit beliau. Tiba-tiba kami membaca berita kewafatan di hari Jumat tersebut. Semoga beliau husnul khatimah, amin.
Setelah kewafatannya bermunculan berita dan tulisan dari berbagai pihak yang mengisahkan tentang sepak terjang Pak Nadjikh. Dari kisah saat kecil, masa sekolah dan kuliah, ketika bekerja dan menghidupi keluarga, hingga cerita merintis usahanya dari kelas teri menjadi kelas dunia.
Entaskan Pengangguran
Pak Nadjikh sukses mengembangkan perusahaan PT Kelola Mina Laut yang berskala global, menaungi 56 pabrik yang tersebar di seluruh Indonesia dengan lebih dari 15.000 karyawan, dan produknya telah dipasarkan ke 30 Negara.
Selain sukses di bidang ekonomi dan bisnis, kiprah Pak Nadjikh di Muhammadiyah juga sangat terasa. Terlebih ketika beliau sebagai Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) PWM Jatim periode 2010-2015. Disambung periode 2015-2020 yang menjabat Wakil Ketua PWM Jatim yang membidangi MEK.
Selain itu pada periode ini Pak Nadjikh juga menjabat Ketua MEK Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Banyak amal usaha Muhammadiyah (AUM) yang berdiri dan berkembang juga tidak lepas dari keterlibatan dia.
Semangat untuk mengembangkan ekonomi dan kewirausahaan ini melibatkan banyak orang. Dia mengajak sebanyak mungkin masyarakat untuk mengembangkan ekonomi dan bisnisnya.
Pak Nur Cholis Huda, Wakil Ketua PWM Jatim yang juga sepupunya, menuturkan bagaimana Pak Nadjikh membangun pabrik di Tuban, kemudian berkembang dan membangun lagi pabrik di Gresik.
Dari sinilah Pak Nadjikh berhasil mengangkat warga di desanya. Di mana waktu itu desa tersebut terkenal dengan sebutan Desa Maling, karena warganya banyak yang tidak mempunyai pekerjaan, sehingga mereka harus mencuri ikan di tambak.
Melihat fenomena ini Pak Nadjikh hadir dan mengajak warga desanya untuk bekerja di pabrik yang ia bangun di Gresik ini. Bahkan untuk memberikan kemudahan kepada warga desanya itu Pak Nadjikh menyiapkan bus antarjemput dari dari rumah warga ke pabrik tempat mereka bekerja.
Pada akhirnya stigma Desa Maling ini hilang. Tidak ada lagi yang mencuri, karena mereka sudah bekerja di perusahaan Pak Nadjikh. Semangat membantu dan menyelamatkan masyarakat ini terus dikembangkan oleh pak Najikh.
‘Hidup dan Menghidupkan’
Ketika perusahaannya dibangun dan dikembangkan di berbagai daerah, juga menyerap tenaga kerja baru dalam jumlah besar. Sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di sekitar perusahaannya itu.
Semangat untuk menumbuhkan ekonomi dan kewirausahaan ini oleh Pak Nadjikh terus disebarluaskan. Karena itulah beliau juga memberikan pengalaman suksesnya ini kepada para pelajar, mahasiswa, dan pemuda.
Dengan semangat yang tinggi Pak Nadjikh memberi motivasi kepada para siswa dan mahasiswa akan pentingnya menumbuhkan jiwa enterpreneurship.
Pak Nadjikh keluar masuk sekolah dan perguruan tinggi memberikan pelajaran di kelas, kuliah tamu, dan seminar di berbagai tempat untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman suksesnya dalam membangun dan mengembangkan bisnis yang bisa memberi manfaat besar bagi masyarakat luas.
Dari berbagai kisah sukses dan perjuangan almarhum itu menyadarkan kepada kita untuk bisa memberikan manfaat yang banyak kepada orang lain, bukan hanya untuk diri dan keluarga kita.
Pak Nadjikh telah memberikan contoh yang baik. Beliau tidak hanya hidup, tetapi sekaligus ‘menghidupkan’. Dia hidup dan hadir untuk memberi kehidupan bagi banyak orang.
Dalam pandangan Islam, Pak Nadjikh termasuk orang yang terbaik, karena telah memberikan banyak manfaat bagi orang lain, sesuai dengan hadits Nabi: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lainnya.
Kini beliau telah wafat. Secara fisik kita tidak bisa bertemu lagi dengannya, tetapi banyak ilmu dan pelajaran hidup yang bisa kita ambil dari dia.
Selamat jalan Pak Nadjikh! Semoga amalanmu dicatat sebagai amal ibadah dan engkau ditempatkan di surga-Nya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.