Menulis, pekerjaan paling cocok saat wabah Covid-19. Karena bisa dilakukan di rumah ketika ada anjuran social distancing dengan stay at home.
PWMU.CO – Lembaga Pusat Komunikasi dan Informasi (Puskominfo) Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PW-IPM) Jawa Timur mengadakan pelatihan daring bertitel Puskominfo Institute.
Pelatihan yang menggunakan platform Zoom itu dimulai Senin (27/4/2020) bertema Dasar-Dasar Jurnalistik dengan ‘menghadirkan’ nara sumber Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohammad Nurfatoni.
Bertindak sebagai host adalah Kepala Puskominfo PW IPM Jatm Yafi Helmi Jauhari. Sedangkan yang menjadi moderator adalah Hosiana Alda Rizqi, Pemimpin Redaksi ipmjatm.or.id. Pelatihan diikuti oleh kader IPM Jawa Timur.
Menulis Semudah Bercerita
Fatoni, sapaan akrab Mohammad Nurfatoni, memulai materi dengan memberi motivasi pentingnya menulis.
“Mengapa menulis? Karena dengan menulis, kita bisa menyampakan gagasan secara efektif. Apalagi di era internet yang begitu mewabah—sebelum wabah Covid-19. Di zaman seperti ini dunia seperti dalam genggaman kita,” terangnya.
Bahkan, menurut dia, menulis adalah satu-satunya ‘pekerjaan’ yang tak terpengarh saat wabah Covid-19 ini. “Karena menulis bisa dilakukan di mana saja, termasuk di rumah. Jadi sangat cocok ketika ada anjuran stay at home,” ujarnya. “Jadi pekerjaan paling aman.”
Direktur Penerbit Kanzun Book itu kemudian menggugah semangat peserta untuk menulis, termasuk menulis berita. Dia mengatakan, ‘menulis’ berita pada dasarnya hampir tiap hari kita lakukan. Jadi sudah lumrah sebagai aktivitas sehari-hari.
Menurut dia, bercerita, ngrumpi, dan sejenisnya pada dasarnya adalah ‘menulis’ berita. “Hanya bentuknya yang berbeda. Jadi menulis berita itu sebenarnya semudah bercerita. Kita tinggal mengubahnya dari bahasa tutur ke bahasa tulis,” ujarnya.
Fatoni lalu memberi contoh bagamana menceritakan kegiatan pelatihan yang sedang berlangsung itu pada istri dan anak-anak saat nanti di rumah. Bahwa dia dan anak IPM (who, siapa) sore tadi (when, kapan) mengikuti kegiatan ini (what, apa), tempatnya di sini (where, di mana).
“Itu kan sama seperti berita. Tinggal kita perdalam dengan menjawab pertanyaan bagaimana (how) dan mengapa (why),” ujarnya.
Fatoni menegaskan, karena semudah bercerita maka tak perlu ada yang ditakutkan saat bikin tulisan. Apakah alasan tidak ada mood atau kesulitan memulainya. “Menulis itu seperti bercerita, maka mengalir saja,” katanya.
Karena itu, lanjutnya, bagi penulis pemula tak perlu ragu memulainya. Menurut ayah lima anak itu, menulis tak membutuhkan teori yang muluk-muluk. “Kalau mau menulis, ya menulislah!,” tuturnya.
Dia menegaskan, jangankan bagi pemula, penulis senior pun tidak akan menghasilkan karya jika tidak memulai menulis. Karena, sekali lagi, menulis itu praktik dan bukan wacana.
Bekas guru mata pelajaan biologi di SMA Muhammadiyah 1 Babat tahun 90-an itu menegaskan, resep menulis itu sederhana, hanya tiga. “Pertama, menulis. Kedua, menulis. Dan ketiga, menulis.”
Teori PAMFAL
Fatoni mengatakan, jika harus berteori jurnalistik, maka ada enam unsur dasar yang harus dipenuh saat menulis berita. Dia menyebutnya PAMFAL.
Pertama, penting. “Penting bagi media, pembaca, dan masyarakat luas,” katanya. Dia mengungkakan sebenarnya banyak berita yang tidak ‘penting’ di PWMU.CO—dalam pengertian umum—tapi penting bagi AUM (amal usaha Muhammadiyah).
“Karena itu PWMU.CO banyak memberitakan kegiatan AUM seperti sekolah dan masjid. Karena kita punya kepentingan untuk menyebarkan kegiatan AUM. Selain sebagai promosi, juga bisa menginspirasi yang lain,” ungkapnya.
Kedua, aktual berisi peristiwa terkini, hangat dan menjadi trending topic. Dia memberi contoh wabah Covid-19 yang berbulan-bulan masih menjadi topik pemberitaan. “Ini karena masih sangat aktual,” katanya.
Ketiga, menarik. Bisa karena asas kedekatan, keterkenalan, atau punya daya tarik. “Mengapa Covid-19 masih aktual, karena ketiga unsur kemenarikan itu melekat di dalamnya. Sehingga belum ada bosannya” kata dia.
Keempat, faktual, berita berisi fakta bukan fiksi. Terdiri dari data yang dikonfirmasi dengan wawancara. Disajikan dalam kutipan langsung maupun tidak langsung.
Fatoni mencontohkan ciri-ciri opini penulis yang masuk dalam berita. “Biasanya seperti proposal. Misalnya, berita yang didahului kalimat, ‘Dalam rangka menggairahkan semangat filantropis maka IPM mengadakan bakti sosial.’ Itu kayak proposal ada pendahuluan segala,” tegasnya.
Jauhi Opini dalam Berita
Fatoni berkali-kali menekankan pentingnya menyajikan fakta dalam berita. Karena dengan menampilkan fakta, berita terhindar jatuh ke dalam dasar hoax, yakni berita palsu dan bohong. Karena itu jangan sampai penulis memasukkan unsur imajinasi, fiksi, atau karangan.
Kelima, akurat. Ini penting karena menyangkut krediblitas penulis dan media. Fatoni mewanti-wanti agar tidak ada kesalahan dalam penulisan data termasuk nama, jabatan, atau alamat.
“Akurasi ini penting agar berita bisa diverifikasi kebenarannya,” ujarnya. Untuk itu, penulis berta harus melakukan konfirmasi ke nara sumber atau melakukan riset kecil-kecilan melalui Google misalnya.
Keenam lengkap, memenuhi unsur 5W+1H. Menurutnya, berita yang hanya berisi, apa, siapa, di mana, dan kapan tak ubahnya seperti pamflet alias pengumuman. “Maka berita harus diperdalam dengan pertanyaan mengapa dan bagaimana agar bisa memberikan informasi secara utuh.
Lebih lanjut pria kelahiran Lamongan 22 januari 1969 itu berpesan, agar kader IPM rajin melakukan gerakan KBB alias klik, baca, dan bagikan atas link berita yang sudah diterbitkan.
Dia juga menekankan pentingnya saling backlink antarweb untuk memperkuat jaringan web persyarikatan. Dia juga memberi saran agar web IPM Jatim merperbanyak konten. Minimal satu berita dalam sehari.
Sebagai Pemred PWMU.CO dia memberi izin pada ipmjatm.or.id. untuk mengambil berita PWMU.CO yang berkonten kegiatan IPM. “Syaratnya harus disertai link ‘hidup’ berita PWMU.CO yang terkait,” katanya. (*)
Penulis Faiz Rizal Izzuddin.