Saatnya Belanja ke Warung Tetangga tulisan renungan Ramadhan oleh Ali Murtadlo mengulas spirit taawun dalam bisnis antar jamaah.
PWMU.CO– “Sedang PSBB Bunda, siapa mau beras. Monggo bisa dikirim.” Begitu bunyi tawaran tetangga sesama anggota PKK di HP istri.
“Pak Ali butuh hand sanitizer, kami masih punya, harganya Rp 10 ribu. Satu dos isi dua puluh. Beli satu dos dipotong Rp 5 ribu.” Bunyi WA di HP saya dari sesama jamaah masjid.
“Maaf, siapa butuh empon-empon. Ini masih segar, baru datang dari Nganjuk. Monggo mumpung belum habis.” Datang tawaran promo barang lainnya.
Lalu barang yang belakangan ini marak ditawarkan karena memasuki Ramadhan. Penawaran kurma. “Monggo Abah, ada kurma murah. Saya resellernya.”
Saya lihat istri memesan. Saya juga. Untuk kurma saya pilih yang dijual Pak Satpam perumahan yang dijajakan di pinggir jalan saat dia libur dari shift jaga.
Inilah bisnis kecil-kecilan yang muncul di saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Juga biasa muncul ketika Ramadhan. Anda pasti banyak penawaran juga. Sebaiknya, kita lariskan. Ada nilai ibadahnya: mendongkrak perekonomian umat.
Kita pun diuntungkan tidak perlu ke mana-mana. Di saat lockdown. Siapa tahu, berkat pagebluk ini, yang mulanya hanya untuk mengisi waktu dan cari tambahan, bisa berlanjut menjadi pebisnis: pemasok sembako seluruh warga.
Spirit Taawun
Sayangnya, Gerakan Belanja ke Warung Tetangga yang beberapa waktu lalu marak, kini meredup lagi. Mengapa? Kitalah yang kurang menyukseskannya. Kita masih lebih suka belanja ke supermarket yang dingin, bersih, dan tertata apik. Padahal belanja di tempat ini, kurang ada nilai taawunnya. Tanpa spirit tolong menolongnya. Semata-mata bisnis. Padahal, agama sangat menekankan taawun.
Belanja di supermarket, orang miskin gak bisa utang. Semuanya harus cash. Belanja di warung tetangga boleh utang dulu, dibayar kemudian saat upah keluar. Inilah spirit taawun yang tidak dimiliki supermarket.
Bunyi perintahnya: tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan janganlah kamu tolong menolong dalam dosa dan pelanggaran. (Surat Al Maidah: 2)
Memang diperlukan sedikit mengalah untuk ini. Mungkin harganya agak mahal sedikit. Mungkin laundry di tetangga lebih lama sedikit. Mungkin warung tetangga hanya sedikit pilihan. Tapi percayalah sikap mengalah kita, niat taawun kita, pasti bernilai ibadah. Ada reward-nya. Tabungan akhiratnya.
Mari kita coba lagi pada Ramadhan ini. Senyampang momennya pas. Saat kita tidak boleh ke mana-mana. Saatnya belanja ke warung tetangga. Insyaallah. (*)
Editor Sugeng Purwanto