Matematika Covid 19, Pilih Rumus Aman ditulis oleh oleh dr Tjatur Priambodo MKes, Direktur Rumah Sakit Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo.
PWMU.CO – Sudah lebih dari empat bulan dunia dibuat kelimpungan menghadapi virus corona. Pandemi ini sukses membuat berbagai negara di dunia kacau balau.
Tak hanya negara berkembang seperti Indonesia, negara maju di Eropa dan Amerika pun turut dibuat kewalahan. Sedihnya, di tengah kekalutan dunia ini, kabar tak menyenangkan kembali datang dari China.
Para peneliti dari negara asal Virus Corona ini, menemukan fakta baru terkait Covid-19. Melansir dari The Sun, mereka mungkin telah menemukan mutasi baru Virus Corona.
Virus tersebut diduga memiliki jangka infeksi yang lebih lama, yakni 49 hari. Kasus langka ini ditemukan pertama pada seorang pria paruh baya yang digambarkan memiliki kemampuan dapat menginfeksi lebih lama.
Pria itu mengalami gejala yang lebih ringan, tetapi ia bisa menginfeksi orang lain dalam waktu yang lebih lama, lapor para ilmuwan.
Penelitian ini dilakukan oleh para peneliti di Universitas Kedokteran Angkatan Darat di Chonging, Rumah Sakit PLA No 967, Dalian, dan Rumah Sakit Umum PLA Central Theatre Command di Wuhan.
Memang benar, dari tiga strain Virus Corona yang ada, belum tentu sama dengan yang ada di Indonesi. Tapi kita tetap harus melakukan langkah konkrit untuk menghentikan penyebarannya.
Empat Model Matematika Covid-19
Ada hal mendasar mengenai proses kesembuhan dan penghentian penyebaran. Jika kita paham, maka langkah pencegahan dan penyembuhannya bisa terarah.
Penulis menyebutnya sebagai Matematika Covid-19. Proses sakit dan penyebaran Covid-19 tergantung pada 3 hal: agent (virulensi virus), host (imunitas tubuh seseorang), dan environment atau lingkungan (tingkat paparan).
Ibarat pecahan matematika, pembilang dibagi penyebut akan menghasiilan angka. Maka Matematika Covid-19 adalah imunitas tubuh dibagi (virulensi virus x tingkat paparan) akan menghasilkan kondisi kesehatan seseorang. Seperti gambar 1:
Di saat seseorang tidak melakukan apapun, imunitas tidak dinaikkan, tingkat paparan tidak diturunkan. Secara normatif, virus akan tetap berkembang biak. Maka kondisi kesehatan seseorang akan turun, seperti gambar 2:
Dengan berbagai aspek yang terjadi (usia, penyakit penyerta (co-morbid), dan lain-lain, jika seseorang mengalami penurunan imunitas tubuh dan terjadi peningkatan paparan—karena tidak ada pembatasan kegiatan—dan di sisi lain virus terus berkembang biak, maka kondisi kesehatan seseorang akan menurun secara drastis dan akan menimbulkan kematian, seperti gambar 3 ini:
Dan di saat seseorang meningkatkan imunitas tubuhnya, dibarengi dengan menurunkan tingkat paparannya, walaupun virusnya tetap berkembang biak, maka kondisi kesehatan seseorang akan meningkat secara signifikan.
Pada perjalanannya akan mampu membunuh Virus Corona, karena sifat penyakit akibat virus adalah self limited sisease alias sembuh sendiri asalkan imunitas tubuhnya baik, seperti gambar 4 ini:
Maka jalan yang harus ditempuh untuk membunuh virus ini adalah dengan meningkatkan Imunitas dan menurunkan tingkat paparan.
Meningkatkan imunitas dengan cara medis (makan gizi sembang, istirahat cukup, olahraga ringan, dan jika dibutuhkan minum multivitamin). Kedua dengan cara spiritual (banyak istighfar, banyak sedekah, banyak berdzikir dan sabar).
Selain itu menurunkan tingkat paparan dengan stay at home, di rumah saja. Semoga dengan ikhtiar yang kita lakukan, pandemi Covid-19 ini segera berakhir.
Allahumma innii ‘audzu bika minal barashi, wal junuuni, wal judzaami, wa sayyi ’il asqaami. Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari penyakit lepra, gila, kusta, dan penyakit-penyakit buruk lainnya. Amin. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.