PWMU.CO– Syuting Ramadhan dilakukan Tim Fastho Production di rumah Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dr M Saad Ibrahim di Perumahan Villa Bukit Sengkaling Malang, Rabu (29/4/2020).
Tim Fastho dikelola Takmir Masjid At Taqwa Kota Batu. Syuting ini untuk acara Kajian Ramadhan mengambil dua sesi sekaligus. Tiap sesi berdurasi selama 30 menit. Membahas dua tema yang berhubungan dengan wabah. Sesi pertama mengulas Ramadhan dan Covid-19. Sesi kedua dengan tema Puasa dan Mengatasi Covid-19.
Koordinator Produksi Tim Fastco Zakki Fitroni mengatakan, syuting Kajian Ramadhan ini untuk menggantikan pengajian di masjid selama bulan puasa di masa wabah Corona.
”Sekarang kita menghadapi pandemi Covid-19 yang mengharuskan kita menjaga jarak fisik, physical distancing untuk memutuskan penyebaran virus. Dakwah digital dengan TV streaming menjadi penggantinya,” katanya.
Dia menjelaskan, kajian Ramadhan ini disiarkan oleh TV streaming ke Channel YouTube : attaqwa kotabatu. Juga bisa ditonton lewat Channel Fanpage Facebook : attaqwa kotabatu.
Menurut dia, dakwah digital sangat penting di kondisi sekarang ini. Dengan dakwah digital, jamaah dan masyarakat luas bisa mendegarkan ceramah di rumah masing-masing. Apalagi saat wabah Corona menghindari berkerumun.
Padukan Online dan Offline
Produksi video Kajian Ramadhan oleh tim Fastco Production milik Muhammadiyah Kota Batu ini mendapat apresiasi Saad Ibrahim. ”Saya sangat salut dan mengapresiasi pada Masjid at-Taqwa Kota Batu, juga beberapa masjid yang melakukan kegiatan seperti ini,” ujarnya.
Menurut dia, jauh lebih penting sekarang ini bagaimana membangun mental dan mindset kita agar bisa menyambungkan ruhani kita. Tetap khutbah dan ceramah dengan disaksikan secara langsung dengan jamaah.
Setelah wabah, sambung dia, kajian bisa memadukan antara online dan offline. Ke depan akan lebih bagus jika masjid ini bisa memiliki radio, TV, minimal bisa disiarkan di wilayah batu.
Digitalisasi dakwah juga dijelaskan secara syariat oleh dosen UIN Maulana MalikIbrahim ini. ”Kalau zaman dulu untuk melakukan siar Islam, Nabi harus mengutus sahabat-sahabat seperti Muadz bin Jabal, Abu Musa Al Asy’ari, dan Ali bin Abi Thalib ke beberapa negeri, saat ini siar Islam bisa dilakukan dengan digital dan cepat,” tuturnya.
Makna utusan pada zaman Nabi dalam konteks sekarang, kata dia, adalah digital itu sendiri sebagai utusan kita. Ini jauh lebih efektif, jauh lebih menjangkau ke seluruhan pelosok bumi ini, dan kita diajarkan untuk berdakwah dengan konteks seperti itu. (*)
Penulis Fajrin Fadlillah Editor Sugeng Purwanto