PWMU.CO – Pelajaran lockdown dari Nabi merupakan materi pondok Ramadhan yang disampaikan Kepala Matmunam Anshori SThI pada Jumat (8/5/20).
Materi pondok Ramadhan keempat yang diberikan secara daring lewat WhatsApp (WA), pada seluruh siswa MTs Muhammadiyah 06 (Matsmunam) Banyutengah, Panceng, Gresik, selama masa penerapan kebijakan bekerja dan belajar dari rumah.
Dalam paparannya, Anshori menukil hadits shahih yang riwayatkan Imam Bukhari dan Muslim. ”Diceritakan, pernah terjadi perdebatan antara Amirul Mukminin Khalifah Umar bin Khattab dengan sahabat bernama Abu Ubaidah bin Jarrah,” ujarnya.
Pada suatu ketika, Umar bin Khattab bersama rombongan mengadakan perjalanan atau kunjungan dinas ke wilayah Syam. “Setelah sampai di daerah perbatasan, tepatnya di Saragh, pimpinan pasukan di Syam datang menyambutnya,” lanjut dia.
Di antara pasukan itu, terdapat Abu Ubaidah bin Jarrah dan para sahabat yang lain. “Mereka mengabarkan kepada Khalifah Umar dan rombongan, jika wabah penyakit sedang berjangkit di wilayah Syam,” kata Anshori.
Takdir Allah Lain yang Lebih Baik
Menanggapi laporan itu, lanjut dia, Khalifah Umar kemudian bermusyawarah dengan para tokoh Muhajirin, Anshar, dan pemimpin Quraish. Dari hasil musyawarah itu, lalu Khalifah Umar menyerukan kepada rombongannya. Seperti yang dituturkan dalam dialog:
“Besok pagi-pagi aku akan kembali pulang. Karena itu bersiap-siaplah kalian semua!” ujarnya Umar bin Khattab.
Mendengar keputusan Khalifah Umar yang demikian itu, Abu Ubaidah bin Jarrah bertanya. “Wahai Khalifah Umar, apakah kita hendak lari dari takdir Allah?”
Pertanyaan Abu Ubaidah dijawab Khalifah Umar. “Mengapa kamu bertanya demikian hai Abu Ubaidah?” Agaknya Umar tidak mau berdebat dengannya. Lalu melanjutkan, “Ya, kita lari dari takdir Allah kepada takdir Allah lain yang lebih baik. Kemudian Umar balik bertanya.
“Wahai Abu Ubaidah, bagaimana pendapatmu, seandainya engkau mempunyai seekor unta, lalu engkau turun ke lembah yang mempunyai dua sisi. Yang satu subur dan yang lain tandus. Bukanlah jika engkau menggembalakannya di tempat yang subur, engkau menggembala dengan takdir Allah, dan jika engkau menggembala di tempat tandus engkau menggembala dengan takdir Allah juga?”
Di tengah perdebatan itu, tiba-tiba datang sahabat lain, Abdurrahman bin ‘Auf, yang sejak tadi belum hadir karena suatu urusan. Lalu dia berkata, “Aku mengerti masalah ini. Aku pernah mendengar Rasulullah SAW. bersabda:
“Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, maka janganlah keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri.”
Mendengar hadits yang dibacakan oleh Abdurrahman bin ‘Auf itu, Khalifah Umar bin Khaththab kemudian mengucapkan puji syukur pada Allah, lalu setelah itu dia pergi.
Dalam versi lain, menurut Anshori, hadits itu berbunyi:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الطَّاعُونُ آيَةُ الرِّجْزِ ابْتَلَى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهِ نَاسًا مِنْ عِبَادِهِ فَإِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ فَلَا تَدْخُلُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَفِرُّوا مِنْهُ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tha’un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah swt untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).
Konsep Lockdown 1441 Tahun Lalu
Menurut Anshori, konsep penanganan wabah penyakit menular (pandemi) sudah dikenalkan Islam melalui Nabi Muhammad sejak 1441 tahun yang lalu. “Sekarang orang lebih mengenalnya dengan istilah lockdown, PSBB, isolasi, physical-social distancing,” ujarnya.
Padahal menurut dia, terjemahan bebasnya berarti karantina, pembatasan, atau jaga jarak. “Semua istilah itu pada prinsipnya merupakan cara menanggulangi Covid-19, yang saat ini menjadi pandemi (wabah yang menyebar dan menular di seluruh dunia),” papar Anshori.
Apalagi, lanjut dia, Rasulullah SAWjuga pernah menyampaikan dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari-Muslim. “Dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda ‘jJanganlah yang sakit dicampurbaurkan dengan yang sehat’,” ungkapnya.
Maka, kata dia, ada pelajaran lockdown dari Nabi yang dapat dipetik. “Pertama, tha’un (wabah penyakit menular) adalah peringatan dan ujian Allah SWT pada para hambaNya,” tuturnya.
Islam, lanjut dia, melalui Nabi, mengajarkan dalam menghadapi wabah ini dengan lockdown. “Yakni tidak memasuki daerah yang terjadi wabah. Sebaliknya, juga tidak meninggalkan wilayah yang terkena wabah,” urainya.
Selanjutnya, menurut Anshori, sebagai hamba-Nya, manusia tidak boleh pasrah dan menyerah dengan takdir tanpa berikhtiar. “Dalam arti tidak ada upaya dan usaha terlebih dahulu untuk menuju takdir (keputusan dan ketetapan) Allah SWT yang lebih baik,” ujarnya.
Dia juga menyatakan hal yang sama dengan kondisi saat ini. “Maka kita harus berikhtiar untuk terus menjaga keselamatan diri dari wabah Covid-19 yang belum berhenti. Tentunya dengan tidak mengunjungi daerah yang terjadi wabah, tidak berkumpul-kumpul yang dikhawatirkan terjadi penularan, dan menjaga diri sesuai protokol kesehatan,” jelasnnya. (*)
Penulis Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.