Islam Kaffah Siapa Paling Sempurna tulisan opini Nurbani Yusuf, pengasuh Komunitas Padhang Makhsyar Kota Batu mengulas klaim Islam paling sempurna.
PWMU.CO– Yakinkah antum bahwa model Islam yang ditawarkan Muhammadiyah, NU, Salafi, Ikhwan, HTI atau berbagai tarekat yang bertebaran di seluruh dunia adalah model Islam kaffah sebagaimana yang dikehendaki Nabi saw?
Tidak! Saya jawab sendiri. Ibarat semesta, antum hanya sebutir debu. Bagaimana bisa menjelaskan apa itu Islam yang melingkupi semesta. Lantas apa yang bisa antum jelaskan tentang Islam? Sebutir debu, hanya itu. Bahkan menjelaskan satu huruf dalam al-Quran saja tak ada bisa sempurna.
Buktinya, terus berselisih dan bertengkar untuk urusan-urusan furu’. Soal niat saja belum kelar. Apakah dibaca sirr dalam hati atau diucap lisan. Belum lagi ribuan ikhtilaf yang lain. Lantas lahir berbagai aliran, manhaj dan mazhab baik dalam wilayah ilmu kalam, fiqih, hadits, tarekat, tafsir dan lainnya.
Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali itu Islam, tapi Islam jelas bukan hanya keempat mazbab itu. Kalam Asy’ari, Maturidy, Washiliyah, Jahamiyah juga bukan. Naqsabandy, Qadiriyah, Tijjaniyah Hululiyah juga bukan. Salafi, Wahaby, Ikhwan, Tablig juga bukan. Muhammadiyah, NU, Al Irsyad, Perti juga bukan.
Mereduksi Islam
Menggiring Islam dalam sebuah pengertian sempit dan mereduksi dalam definisi yang di buat berdasar mazhab, manhaj dan organisasi jelas berakibat fatal. Islam kehilangan banyak, karena direduksi oleh pikiran sempit lagi picik.
Keluasan Islam tak mungkin muat jika dipatok hanya dalam pikiran parsial. Maka ikhtiar mendefinisikan Islam sesungguhnya adalah alternatif jalan mudah. Bukan Islam itu sendiri. Hanya sepotong ikhtiar agar setiap kita yang awam bisa paham sesuai kemampuan yang dimiliki. Tapi bukan tampilan Islam kaffah sebagaimana dikehendaki al-Quran surat al-Baqarah ayat 208.
Lantas siapakah yang paling mutlak berhak menyandang Islam kaffah? Jawabnya jelas sangat benderang. Muhammad putra Abdullah. Hanya Rasulullah saw tiada yang lain. Akhlak Rasulullah saw adalah khulukul Quran, kata Sayyidah Aisyah ra menjelaskan.
Kita, saya, antum atau siapapun selain Muhammad putra Abdullah hanya sebutir debu di hadapan semesta. Maka bertanyalah kepadanya jangan kepada yang lain. Kita hanya debu yang berharap percikan-percikan cahayanya. (*)
Editor Sugeng Purwanto