Mengenal Setan Lebih Dekat Ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Ngaji Ramadhan Mengenal Setan Lebih Dekat kali ini berangkat dari hadist riwayat Bukhari sebagai berikut:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، يَبْلُغُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَتَى أَهْلَهُ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا، فَقُضِيَ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ لَمْ يَضُرُّهُ» رواه البخاري
Dari Ibnu ‘Abbas dan sampai kepada Nabi, beliau bersabda: “Jika salah seorang dari kalian ingin mendatangi istrinya (untuk bersetubuh), maka hendaklah ia berdoa, ‘Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau rizkikan (anak) kepada kami) .’ Jika dikaruniai anak dari hubungan keduanya maka setan tidak akan dapat mencelakakan anak itu.”
Setan Bukan Sejenis Makhluk
Syaithan berasal dari kata syaatha yasyiithu syaithun wa syiyaathatun yaitu fiihi atsara min ihtiraaq yakni padanya terdapat sisa-sisa kebakaran. Maka syaithan ada hubungannya dengan pembakaran atau api. Dan sifat api adalah meghanguskan semuanya.
Syaithan bukanlah nama sejenis makhluk tertentu, seperti gambaran atau bayangan kita selama ini. Apalagi yang dihubungkan dengan hantu dalam tradisi Jawa seperti genderuwo, sundel bolong, wewe gombel, pocong dan lain-lain.
Di negara-negara lain pun setan juga digambarkan dengan bermacam-macam. Tetapi syaithan—selanjutnya ditulus setan—lebih dari itu. Karena ia merupakan kata sifat yang melambangkan kedurhakaan kepada Allah SWT.
Mengenal setan lebih dekat, wujudnya dapat berupa jin dan manusia, atau sesuatu lainnya yang menjadi penyebab sikap durhaka dan pembangkangan terhadap perintah Allah SWT.
Termasuk yang pertama kali memiliki sifat ini adalah dari makhluk jin.
وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ كَانَ مِنَ ٱلۡجِنِّ فَفَسَقَ عَنۡ أَمۡرِ رَبِّهِۦٓۗ أَفَتَتَّخِذُونَهُۥ وَذُرِّيَّتَهُۥٓ أَوۡلِيَآءَ مِن دُونِي وَهُمۡ لَكُمۡ عَدُوُّۢۚ بِئۡسَ لِلظَّٰلِمِينَ بَدَلٗا ٥٠
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim. (al- Kahfi 50).
Begitulah awal mula permusuhan antara Iblis dan manusia. Sejak manusia pertama Nabi Adam permusuhan ini telah dimulai sampai berakhirnya kehidupan di dunia ini.
Tugas Jin dan Manusia Sama
Pada prinsipnya tugas jin dan manusia dalam penciptaannya adalah sama yaitu hanya beribadah kepada Allah.
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (adz-Dzaariyaat 56).
Karena memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama maka risiko dan konsekwensi yang dihadapipun juga sama. Sehingga mereka juga butuh beragama dengan keyakinan yang benar, bukan yang dimurkai atau yang tersesat. Dengan mendayagunakan potensi indranya untuk taat kepada-Nya.
Allah SWT memberikan ancaman yang serius kepada manusia dan jin:
وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِۖ لَهُمۡ قُلُوبٞ لَّا يَفۡقَهُونَ بِهَا وَلَهُمۡ أَعۡيُنٞ لَّا يُبۡصِرُونَ بِهَا وَلَهُمۡ ءَاذَانٞ لَّا يَسۡمَعُونَ بِهَآۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡغَٰفِلُونَ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah).
Dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (al-A’raf: 179).
Hanya saja ketika Allah SWT hendak menciptakan khalifah di muka bumi sebagai rahasia besar Allah tentang kehidupan inilah mulai ada sifat-sifat kedurhakaan yang dimiliki Iblis ini.
Kesombongan Iblis
Faktor utamanya adalah sifat keakuannya atau kesombongan Iblis. Sehingga dendam ini akan terus dilakukannya sampai akhir zaman. Dendam ini kemudian diwujudkan dengan bentuk menggelincirkan bani Adam dari jalan Allah SWT. Saat itulah iblis dan keturunnya memerankan diri menjadi sean bagi manusia. Demikian pula jika manusia telah mengikuti jebakan iblis maka ia juga berubah menjadi setan yang bergentayangan.
Demikianlah jika manusia dan jin terjebak pada dominasi hawa nafsunya, maka secara tidak sadar ia telah memasuki tabiat setan dalam dirinya dengan kata lain kesetanan. Karena setiap kita pasti akan menghadapi musuh yang nyata ini, tidak terkecuali para Nabi dan Rasul Allah SWT.
وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّٗا شَيَٰطِينَ ٱلۡإِنسِ وَٱلۡجِنِّ يُوحِي بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡضٖ زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ غُرُورٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُۖ فَذَرۡهُمۡ وَمَا يَفۡتَرُونَ ١١٢
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (al-An’am 112).
Metode Tipuan Setan
Setan telah mengemas berbagai macam aktivitas kedurhakaan kepada Allah dengan sesuatu yang menyilaukan pandangan. Dengan berbagai macam ideologi yang memikat yang tiada lain adalah ideologi setan.
Di samping itu juga telah disiapkan pula argumentasi atau hujjah yang kuat dan memikat. Belum lagi yang berupa berbagai macam produk-produk setan lainnya misalnya narkoba dan sejenisnya. Juga hal-hal shubhat yang disulap menjadi ‘kebaikan’ dan ‘terhormat’ di mata manusia.
Setan selalu mengikuti karya dan kreativitas manusia. Maka setiap karya dan kreatifitas manusia selalu diliputi pula oleh penggelinciran-penggilinciran dari jalan Allah SWT.
Oleh karenanya setiap aktivitas dan karya haruslah dengan landasan yang benar yaitu faktor kekuatannya adalah keimanan kepadaNya. Niatnya semata-mata untuk kemaslahatan manusia karena Allah, bukan hanya secara fungsi saja. Di samping itu perlu ada sikap antisipasi terhadap penyalahgunaannya sehingga karya tersebut menjadi karya yang bernuansa setan.
Begitulah dengan berbagai cara setan akan selalu menggelincirkan anak cucu Adam untuk bersamanya masuk ke dalam neraka. Bahkan sebagaimana ia memperdayakan Nabi Adam dan Hawa, setan dari golongan iblis, berani bersumpah untuk meyakinkan korbannya itu.
وَقَاسَمَهُمَآ إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ ٱلنَّٰصِحِينَ
Dan dia (blis) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua.” (al-Araf 21).
Begitulah kelicikan tipu daya setan. Halus dan hampir modusnya sulit untuk dibedakan dengan para penasihat lainnya. Maka dalam hal ini jelas, jika sesuai dengan apa yang difirmankan oleh Allah atau hadits-hadits Rasulullah pasti benarnya. Dan sebaliknya jika tidak sesuai dengan landasan kedua hal tersebut pasti sesatnya. Maka hati-hatilah terhadap setiap nasehat itu.
Demikian pula dengan sumpah-sumpah palsu, tidak lain adalah karena meniru terhadap prilaku iblis tersebut.
ٱتَّخَذُوٓاْ أَيۡمَٰنَهُمۡ جُنَّةٗ فَصَدُّواْ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ فَلَهُمۡ عَذَابٞ مُّهِينٞ ١٦
Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah; karena itu mereka mendapat azab yang menghinakan. (al- Mujaadilah 16).
Begitulah para pengikut Iblis ini, mereka juga mudah bersumpah, tetapi di balik sumpahnya ada kebohongan yang besar. Maka jangan mudah percaya walaupun dengan sumpah, kecuali sumpahnya mereka yang teguh pada keimanannya.
Siasat Riya
Begitu lihainya setan sehingga kadang sesuatu yang benar saja masih bisa disusupinya. Betul-betul merupakan musuh kita yang nyata sebagaimana banyak disinggung dalam ayat-ayat Allah SWT.
Terutama adalah motivasi atau niat ketika kita berbuat baik, sifat riya atau ingin dipuji begitu mengasyikkan, sehingga kalau sudah demikian siapa yang merasa berbuat salah dengan riya nya. Karena memang tidak ada orang yang rela dihina atau direndahkan. Dan tentu, sebaliknya, malah senang atau suka jika dipuji, padahal pujian adalah jebakan iblis untuk menihilkan nilai kebaikan kita di sisi Allah SWT.
Maka setan selalu berkolaborasi dengan nafsu kita. Ia dapat mengubah paradigma yang salah menjadi seolah-olah benar; yang buruk menjadi seolah-olah kebaikan.
Tidak ada yang dapat melepaskan diri dari jebakan syaithan ini, tidak pandang bulu semua memiliki potensi yang sama untuk tergelincir. Tentu mereka yang selamat hanyalah orang-orang yang selalu istikamah dalam keimanannya yaitu memiliki jiwa dan semangat tauhid dan itulah orang-orang yang ikhlash.
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغۡوِيَنَّهُمۡ أَجۡمَعِينَ ٨٢ إِلَّا عِبَادَكَ مِنۡهُمُ ٱلۡمُخۡلَصِينَ
Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka. (Shad 82-83).
Tak Sadar Apa yang Dilakukan
Tidak mudah melawan godaan setan ini. Islam mengajarkan kepada kita untuk senantiasa memohon perlindungan darinya. Karena begitu halusnya tipu muslihat setan ini sehingga banyak yang terperdaya tanpa merasa terperdaya. Bahkan malah merasa asyik-asyki saja. Itulah sebabnya dalam al-Quran dijelaskan tentang banyaknya orang-orang yang tidak sadar dengan apa yang dilakukannya.
Paling tidak tiga ayat di awal surat al-Baqarah Allah telah mengingatkan. Pertama, tentang orang yang menipu dirinya sendiri tapi tidak sadar, yakni orang yang tertipu dengan kebenaran keyakinannya, padahal hal tersebut tidaklah sesuai dengan yang sebenarnya (yang haq). (lihat al-Baqarah 8-9]. Itulah keyakinan yang telah diramu oleh syaithan.
Kedua, tentang orang yang seolah membangun dan membuat karya yang bermanfaat tapi malah sebaliknya. Mereka justru membuat kerusakan khusunya adalah moralitas atau etika kemanusiaannya, tapi lagi-lagi mereka tidak sadar dengan perbuatannya itu. (al-Baqarah 11-12]. Itulah karya atau pembangunan yang setan berperan di dalamnya.
Ketiga, orang yang bodoh yang diajak menuju kepada kemuliaan hidup tetapi malah menuduh sebaliknya. Perilaku itu jelas menunjukkan ia menjadi wakil setan yang komunitasnya adalah tidak rela jika kebenaran berperan dan mewarnai di bumi Allah SWT. (al-Baqarah 13). Itulah komunitas orang-orang yang memusuhi kebenaran.
Bagaimana kalau sudah demikian, melakukan sesuatu yang tidak sesuai kebenaran tapi tidak sadar atau tidak merasa atau tidak tahu. Begitulah luar biasanya setan dalam menggelincirkan anak cucu Adam. Namun demikian kita juga tidak bisa menyalahkan setan itu. Karena risiko ada pada diri kita masing-masing. Dan syaithan akan berlepas diri dari apa yang kita lakukan.
Wajib Berlindung dari Setan
Perlindungan dari ajakan sean merupakan keniscayaan. Maka dalam setiap aktivitas kita diajarkan untuk memohon perlindungan ini kepada Allah SWT. Beberapa doa harian yang dijarkan kepada kita juga merupakan upaya menangkal syaithan ini. Termasuk doa di atas, sebelum kita melakukan ibadah biologis—tentu dengan pasangan sah secara syar’i—kita diajarkan doa agar setan tidak berperan serta di dalamnya.
Demikian pula dalam aktivitas sebelum kita membaca al-Quran, senantiasa kita diperintahkan untuk memohon perlindungan kepada Allah, agar tidak terjadi salah penafsiran dalam memahami ayat-ayat-Nya. (an-Nahl 98). Karena kesalahan persepsi terhadap isi kandungan al-Quran akan berakibat fatal dan berbahaya.
Termasuk dalam al mu’awwidzatain, yakni surat an-Naas dan al-Falah, merupakan doa yang diajarkan agar kita wirid setiap pagi dan sore. Pendek kata, jika kita senantiasa berdzikir dalam setiap kesempatan kepada Allah maka ada jaminan bahwa kita pasti akan diselamatkan dari tipu daya setan.
Semoga tulisan Mengenal Setan Lebih Dekat ini bermenfaat! [*]
Editor Mohammad Nurfatoni.