Generasi Terbaik Menurut Nabi ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن مسعود رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ يَجِيءُ أَقْوَامٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ، وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ. رواه البخاري، ومسلم
Dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah masaku, lalu orang-orang sesudah mereka, kemudian orang-orang sesudah mereka. Selanjutnya datang kaum-kaum yang kesaksian salah seorang mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului kesaksiannya” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Definisi Qarn
Qarn di antaranya didefinisikan dengan mi’atu sanah. Yakni seratus tahun atau satu abad. Dalam bahasa kita disebut kurun. Dapat juga dimaknai masa atau waktu.
Dan hadits di atas menjelaskan tentang kurun manusia yang terbaik yaitu masa Rasulullah dengan para sahabat beliau. Selanjutnya masa setelah sahabat adalah masa tabi’in, pengikut para sahabat. Setelah itu adalah masa tabi’ut tabi’in yakni pengikut tabi’in, dan seterusnya. Begitulah penjelasan Imam an-Nawawi rahimahullah.
Dalam al-Quran kata qarn ini menjadi peringatan kepada setiap hamba dan bahkan kaum, di mana tatkala mereka banyak melakukan perbuatan dosa akan dibinasakan atau dihancurkan oleh Allah SWT.
أَلَمۡ يَرَوۡاْ كَمۡ أَهۡلَكۡنَا مِن قَبۡلِهِم مِّن قَرۡنٖ مَّكَّنَّٰهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ مَا لَمۡ نُمَكِّن لَّكُمۡ وَأَرۡسَلۡنَا ٱلسَّمَآءَ عَلَيۡهِم مِّدۡرَارٗا وَجَعَلۡنَا ٱلۡأَنۡهَٰرَ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهِمۡ فَأَهۡلَكۡنَٰهُم بِذُنُوبِهِمۡ وَأَنشَأۡنَا مِنۢ بَعۡدِهِمۡ قَرۡنًا ءَاخَرِينَ
Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka. Padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu.
Dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. (al-An’am 6).
Generasi Nabi dan Sahabat
Hadits di atas menegaskan bahwa para sahabat nabi adalah orang-orang terbaik. Bahkan lebih baik dari kaum hawariyyunnya Nabi Isa alaihissalam atau kaum Nabi Musa ‘alaihissalam.
Karena Rasulullah sebagai khatamun nabiyyin merupaka sayyidul mursalin yakni penghulu atau pemimpin dari semua rasul-rasul Allah. Demikian pula kita sebagai umat beliau adalah umat yang terbaik dari umat nabi terdahulu.
Menjadikan Rasulullah sebagai teladan adalah wujud kecintaan kita kepada beliau merupakan keniscayaan. Karena beliau begitu luar biasanya mencintai kita tanpa pamrih.
Kebaikan Allah dan Rasulullah kepada kita sebagai umatnya ini sangat luar biasa. Maka sudah seyogyanya kita balas cinta Allah dan Rasul-Nya dengan segenap hati kita melebihi cinta kita kepada lainnya.
Cinta kita kepada yang lainnya adalah karena faktor cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Cinta yang tanpa basa-basi dan tanpa berpikir panjang lebar. Itulah yang harus kita capai dalam kehidupan kita ini. Karena tanpa itu tidak akan pernah kita mencapai kebahagiaan yang sebenarnya dalam hidup ini.
Semua yang termaktub dalam syariat ini adalah wujud cinta Allah dan Rasulullah kepada setiap manusia yang hidup di akhir jaman ini. Tiada sesuatu pun yang terlupakan atau terwatkan, sangat sempurna sekali.
Maka memotret kehidupan Rasulullah dan para sahabat beliau merupakan keniscayaan, walaupun kita hidup jauh dari kehidupan masa terbaik tersebut. Selama kita berpegang teguh dengan syari’ah ini, sembari berusaha memahami hikmah d ibalik semua perintah-Nya merupakan keharusan yang tak terelakkan.
Sehingga amal ibadah kita—khususnya ibadah mahdlah—bukan sekadar hanya gugurnya kewajiban. Akan tetapi lebih dari itu dapat mengantarkan jiwa kita menjadi jiwa yang muthmainnah.
Masa Tidak Jelas
Setalah tiga kurun tersebut, digambarkan sebagai kurun yang banyak terjadi antara kesaksian dan sumpah saling mendahului. Masa demikian adalah masa yang semakin tidak jelas lagi siapa yang benar dan siapa yang salah. Kadang seseorang benar kadang salah menjadi lumrah. Sehingga kita wajib berhati-hati dan tetap berusaha berjalan di atas potret kehidupan Rasulullah dengan para sahabat beliau.
Bersyukur dengan adanya para ulama yang telah menghimpun kitab-kitab hadits sebagai mutiara terindah bagi kehidupan kita yang hidup di jaman akhir ini. Termasuk di dalamnya ulama’ madzahibil arba’ah yaitu Imam Malik, Imam Abu Hanafi, Imam asy-Syafi’I dan Imam Hambali rahimahumullah yang mendahului, mulai banyak ditulis tentang keilmuan dalam khazanah keilmuan Islam. Sehingga menjadikan kita tidak kehilangan atau terputus mata rantai keilmuan ini sampai kapanpun.
Semoga dengan puasa Ramadhan tahun 1441 H ini dapat mengantarkan diri kita menjadi kelompok yang istikamah walau sebagai ghuraba’ atau orang yang dianggap asing atau aneh. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Tulisan ini adalah versi online Buletin Umat Hanif edisi 39 Tahun ke-XXIV, 15 Mei 2020/22 Ramadhan 1441 H. Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan moblitas fisik.