Istiqomah dengan Great Habit adalah Renungan Ramadhan oleh Ali Murtadlo mengulas mempertahankan kebiasaan hebat selama menjalankan puasa.
PWMU.CO-Lantas mereka istiqomah, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, janganlah kamu takut dan janganlah kamu sedih, dan gembirakanlah mereka, dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (Surat Fussilat: 30)
Itulah hadiah Allah kepada orang yang istiqomah, yang teguh pendirian, yang konsisten. Luar biasa, semoga kita bisa meraihnya. Pertanyaannya, bisa istiqomahkah kita? Bisa terus mempraktikkan apa yang telah kita jalani selama puasakah kita?
Tetap bisa bangun pukul 3 pagikah kita. Dua hari lagi, ketika kita sudah tidak puasa lagi, masihkah kita termotivasi bangun pukul 3? Bukan untuk sahur karena justru dilarang puasa saat Idul Fitri. Tapi untuk qiyamul lail, tahajud.
Jika motivasinya masih sebesar ketika mau sahur, berarti great habit bangun pukul 3 masih nyantol. Melekat, built in. Jika kita teruskan tiap hari pasca Ramadhan, sudah akan menjadi life style. Pola hidup memulai hari pukul 3 dinihari. Sungguh hikmah puasa yang besar sekali. Anda tergabung di The 3 AM Club yang manfaatnya luar biasa.
Jangan Toleransi Kebiasaan Buruk
Bagaimana kalau balik ke bad habit bangun setelah Subuh? Berarti great habit-nya belum nyantol, belum masuk subconcious mind, otak bawah sadar. Autopilotnya masih ke bad habid: Bangun setelah Subuh.
Jika ada temptation (godaan) untuk molor, maka berdasar hukum habit forming harus dilawan. Tidak boleh ditoleransi. Sekali kita menoleransi, bakal gagal pembentukan great habit-nya.
Karena itu ketika pukul 3 sudah bangun, dan tergoda untuk tidur 15 menit lagi, harus dilawan. Cepat bangun. Kalau perlu beri hadiah: susu hangat misalnya, baju takwa atau sarung baru atau sajadah tebal yang membuat kita segera ingin bangun dan menikmati hadiah itu. Taruh di sekitar tempat tidur, biar semakin membangkitkan proses wake up.
Jadi jangan memberikan toleransi. Misalnya, hari ini weekend, jadi bolehlah saya molor sedikit. Atau, ”Saya kan baru tidur jam 12 malam, bolehlah molor sedikit.” Itulah perusak habit yang kita bangun.
Subconcious mind kita bingung merekamnya. Sekali lagi, perlu konsistensi atau sikap istiqomah untuk membentuk habit menjadi tahap autopilot atau otomatis. Dan itulah yang akan menentukan siapakah kita, bakal ekselenkah hidup kita:
We are what we repeteadly do. Excellence then is not an act. It is a habit
Aristotle
Tulisan ini juga bisa dibaca di http://kabargembiraindonesia.com/
Editor Sugeng Purwanto