PWMU.CO – Lailatul Qadr dibahas oleh PR IPM Matsmunam bidang Kajian Dakwah Islam (KDI) dalam program diskusi daring melalui aplikasi WhattsApp Grup, Rabu, (20/5/20).
Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PR IPM) MTs Muhammadiyah 06 (Matsmunam) Banyutengah Panceng Gresik ini mengangkat materi Memahami Tafsir Lailatul Qadr dengan pemateri Kepala Matsmunam Anshori SThI.
Anshori mengatakan ‘lailatul qadr’ adalah istilah dari bahasa Arab yang biasa diterjemahkan malam kemuliaan.
“Istilah yang biasa ramai dibahas selama bulan Ramadhan, terutama di sepuluh malam terakhir,” ujarnya.
Dia menjelaskan, jika membaca al-Quran maka kita akan mendapati istilah ‘lailatul qadr’ dan penjelasannya pada surat al-Qadr: 1-5 serta ayat-ayat dalam surat lain yang terkait, seperti surat al-Baqarah 185; dan surat ad-Dukhan: 3-4.
إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al qur’an) pada malam qadar.
وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.
تَنَزَّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ
سَلَٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ
Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar (al-Qadr: 1-5)
شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ
Bulan ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan al qur’an (al-Baqarah 185)
إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi
فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah (ad-Dhuhan: 3-4).
Anshori memaparkan apabila kita mencoba merangkai pengertian istilah ‘lailatul qadr’ dari ayat-ayat dalam surat tersebut maka didapat pengertian bahwa ‘lailatul qadr’ adalah malam diturunkannya al-Quran (bulan Ramadhan, al-Baqarah185); malam yang lebih baik dari pada seribu bulan; malam turunnya para malaikat dan ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur (segala urusan yang penuh hikmah, ad-Dhuhan: 4); malam yang sejahtera (diberkahi; ad-Dhuhan: 3) sampai terbit fajar, al-Qadr: 1-5).
Dari sini, simpulnya, lailatul qadr bisa diartikan malam penuh berkah, lebih baik dari seribu bulan, di mana al-Quran dan para malaikat turun ke bumi, yang hadir pada malam bulan ramadhan hingga terbit fajar.
Asbabul Nuzul Turunnya Ayat
Anshori menjelaskan suatu ketika Nabi Muhammad SAW bercerita pada para sahabat ada seorang dari Bani Israil yang selalu berjuang fisabilillah (setiap malam beribadah dan siangnya memerangi musuh) selama seribu bulan penuh.
Hal ini membuat para sahabat kagum sekaligus iri dengan perjuangan seorang bani Israil itu. Maka turunlah surat al-Qadr (1-3) yang menegaskan bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik dari pada perjuangan seorang bani Israil selama seribu bulan tersebut.
Rasa iri para sahabat muncul karena merasa kalah dalam lamanya kesempatan beribadah. Seorang dari Bani Israil sudah sejak lahir berada di jalan Islam dan berjuang fisabilillah selama seribu bulan penuh (83 tahun + 4 bulan).
Namun, lanjutnya, para sahabat di usia 40-an tahun baru mengenal Islam, maka kesempatan untuk beribadah tentunya lebih sedikit. Karena itu diberilah keistimewaan ‘lailatul qadr’ itu bagi para sahabat dan umat Muhammad SAW.
Anshori pun menyampaikan pelajaran yang bisa diambil dari riwayat asbabul nuzul. “Marilah kita selalu ber-‘fastabihul khairat’, berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan.”
Dalam sesi diskusi secara daring ini, Anshori juga menguraikan kapan dan tanda-tanda kehadiran lailatul qadr.
Lailatul qadr, katanya, itu hanya hadir di satu malam pada bulan ramadhan. Satu malam itu tepatnya di sepuluh terakhir. Khususnya di malam-malam ganjil, yaitu 21, 23, 25, 27, 29. Tidak selalu tetap di tanggal tertentu, akan tetapi berpindah-pindah.
“Karenanya kita dituntut agar selalu menghidupkan malam-malam itu dengan memperbanyak amal ibadah.”
Sedangkan, lanjutnya, ciri-ciri malam lailatul qadr itu adalah malamnya cerah, tidak panas dan tidak dingin. Bulan memancarkan cahaya (bintang-bintang) malamnya. Pada pagi harinya, matahari sinarnya lemah memerah, seperti belanga sampai meninggi.(*)
Penulis Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.