PWMU.CO-Hadapi new normal, amal usaha Muhammadiyah (AUM) harus adaptasi dengan menyiapkan strategi baru agar tetap eksis di masa depan.
Demikian tausiyah Dr M Saad Ibrahim yang membuka Open House Virtual Idul Fitri yang digelar Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Ahad (24/5/2020) siang.
Dengan makhluk kecil yang tidak kasat mata bernama virus Corona telah menyadarkan kepada kita bahwa cukup Allah berbuat sedikit saja maka manusia yang jumlahnya 10 miliar itu sudah tidak berdaya.
”Kebesaran Allah seperti itu memicu untuk sadar kita semakin kecil dan semakin kecil di hadapan Allah. Boleh jadi ini bagian dari Allah menyiapkan mindset dan mental kita untuk bisa menghadapi masa-masa berikutnya yang orang menyebutnya sebagai new normal. Yaitu kehidupan normal yang baru,” kata ketua PWM Jatim ini.
New normal itu, sambung dia, berbeda dengan normal-normal sebelumnya. Perhatikan amal usaha Muhammadiyah (AUM). Perguruan tinggi tidak lagi menghadirkan mahasiswanya di kampus. Sekolah-sekolah juga demikian. Sementara AUM kesehatan menyelesaikan persoalan Covid-19.
Bagi Saad, bisa jadi model itulah ke depan. Tidak perlu lagi ada kuliah, tidak perlu lagi siswa datang ke sekolah. Universitas atau sekolah membuka secara terbuka siapa saja yang mau mendaftar. Tapi kemudian tidak ada perkuliahan hanya menyiapkan ujian-ujian saja.
”Mereka yang rajin membaca buku yang bisa menghadapi ujian dan survive,” ujarnya. Namun perguruan tinggi atau sekolah harus memikirkan karier dan kesejahteraan para guru dan dosen.
Muhammadiyah, sambung dia, perlu merancang berbagai hal ke depan dan belajar dalam waktu singkat bahwa teknologi menjadi sangat urgen bagi manusia. ”Dalam forum ini saya ingin memicu kepada semuanya untuk berpikir proyektif ke depan dan itu tidak bisa ditunda-tunda lagi,” tegasnya.
Kita harus memikirkan ulang untuk membangun gedung-gedung termasuk kurikulumnya. ”Nanti orang akan diukur secara realistis secara objektif kemampuannya. Ukuran perguruan tinggi misal dengan ujian-ujian tadi. Inilah bagian yang penting. Termasuk rumah sakit kita,” urainya.
Tak Bisa Hambat Teknologi
Belajar pengalaman beberapa bulan ini mengatasi Covid-19, kata dia, harus segera memikirkan ke depan Muhammadiyah sebagai gerakan. Kemudian merumuskan strateginya.
Menurut Saad tidak sekadar PWM, pada tingkat ranting, cabang dan PDM semuanya harus berpikir ke depan seperti itu. ”Kita tidak bisa menghambat perkembangan teknologi tapi kita bisa memikirkan akibat akibatnya dan kalau kita yang tidak siap bisa-bisa kita tergulung,” ujarnya.
Perubahan terjadi hampir setiap waktu, bisa hari, jam atau menit. ”Kita tetap punya pegangan yang kokoh yakni Allah. Kita tidak akan meninggalkan yang lampau terkait agama,” tuturnya.
”Tetapi kita beragama bisa menghadapi situasi-situasi yang baru yang perubahannya begitu drastis dan terjadi dalam waktu yang sangat cepat. Maka diperlukan keberagamaan dalam kondisi konteks keberagamaan yang berubah. Semoga Allah selalu menolong kita,” tegasnya.
Saad Ibrahim mengucapkan taqabbalallahu minna wa minkum, minal aidin wal faizin. Atas nama pribadi maupun PWM Jatim saya minta maaf sebesar-besarnya kepada seluruhnya. Semoga dengan cara seperti ini kita dibersihkan oleh Allah kesalahan-kesalahan kita terkait dengan hablum minannaas.
Idul Fitri tahun ini, kata Saad, terasa betul telah melaksanakan shalat Id yang sangat berbeda. ”Kami laksanakan di teras rumah bersama keluarga. Kita rasakan kebesaran Allah merasuk ke dalam jiwa kita. Semakin terasa bahwa Allah swt berbuat apa saja sekehendaknya dan tidak ada yang bisa menghalangi,” ujarnya. (*)
Penulis Sugiran Editor Sugeng Purwanto