PWMU.CO–Stay at Home menjadi liputan menarik The New York Times. Respondennya pelajar berbagai negara menghadapi Corona di keluarganya. Ini pertanyaannya, is your family experiencing greater conflict during a time of self-quarantine? Dan ini sebagian jawaban mereka
1. Isabella F, Hoggard High School Wilmington, NC
Jujur ya, saya merasa selama karantina ini lebih banyak bertengkar dengan orang tua. Saya merasa itu karena orang tuaku stres menghadapi pandemi ini. Selain itu, rasanya pekerjaan mereka justru lebih menumpuk.
2. Sameera, London, UK
Saya merasa sekarang ini mengalami masa paling stres. Saya belum siap menghadapi ujian akhir. Setiap kali saya belajar, panggilan untuk membantu ibu sering datang. Itulah konsekuensi sebagai anak pertama.
3. Rubi M, Chicago, IL
Rasanya, hari-hari saya sekarang ini lebih banyak diwarnai pertengkaran dengan Mama. Jika melihat saya tidak melakukan apa-apa, dia mengomeli saya. Ini disebabkan Mama tidak bekerja lagi di kantornya. Jadi sepanjang hari Mama punya waktu mengawasiku.
Perasaan Jadi Sensitif
4. Malia, Santa Monica
Selama pandemi ini, rasanya kami lebih sering konflik. Penyebabnya, kebosanan yang memuncak. Tersenggol sedikit saja marah. Dikritik sedikit saja tersinggung. Padahal gara-garanya sangat sepele. Untungnya menyadari segera damai, sampai masalah kecil lagi muncul lagi, bertengkar lagi, damai lagi. Warna-warni terlalu banyak di rumah.
5. Faith Ho, Singapura
Ya, konflik ada pastinya. Hal-hal kecil menyebabkan tengkar. Misalnya, saya kebagian cuci piring lebih banyak dari brother. Tapi, saya punya caranya sekarang. Tarik napas panjang dan jalani saja setumpuk cucian itu. Jika masih bete, lari ke kamar. Having me time.
6. Ammon Allred, Layton, Utah
Konflik? Ya tak terhindarkan. Hal kecil saja bisa membesar. Untungnya, di keluarga saya ada mekanisme meeting untuk menyelesaikan masalah. Dari situlah, keluarga kami mengubah dari yang negatif menjadi positif.
Bagaimana mengatasi momen yang seharusnya meningkatkan bonding tapi malah banyak bertengkar ini? Berikut tips dari Nick Lange, konsultan keluarga. 1. Ubah bahasamu. Jangan main perintah, 2. Bereskan dulu dirimu. Pola makan, pola istirahat, olahraga, attitude, 3. Jika pembicaraan memanas, take a break, 4. Berpikir orang lain, pedulilah, 5. Fleksibel, luwes, jangan kaku. (*)
Penulis Ali Murtadlo Editor Sugeng Purwanto