Jadi hukum alam, ini yang akan sukses hadapi pandemi Covid-19. Siapakah mereka? Baca ulasannya dalam berita ini.
PWMU.CO – Pandemi Covid-19 akan melahirkan banyak hal baru, termasuk kurikulum baru. Seperti disampaikan Prof Dr Ir Moch Sasmito Djati MS dalam Webinar, Sabtu (6/6/20).
Pada kegiatan yang diselenggarakan Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB Gresik dengan tema Persiapan Layanan Pendidikan di Era New Normal, Sasmito mengungkapkan era ini adalah peradaban baru. Jadi bukan hal sederhana.
Dari segi pendidikan, menurutnya, akan melahirkan kurikulum baru. Bukan hanya proses pembelajaran, ruang, dan sebagainya, tapi akan mempunyai model yang baru berdasarkan peradaban baru.
“Yang perlu diperhatikan adalah adjustable curriculum (kurikulum yang fleksibel), value of acceptic lifestyle (nilai gaya hidup yang bisa diterima), digital innovation (inovasi digital), smart classroom (kelas pintar), teaching innovation (inovasi pengajaran),” tandasnya.
Survival Innovation
Di hadapan 525 peserta webinar Wakil Rektor Universitas Brawijaya Malang ini memaparkan grafik penyebaran Covid-19 di Indonesia yang menunjukkan angka masih tinggi, terutama di Jawa Timur. Hal serupa juga terjadi di Amerika Serikat.
“Tadi malam (Jumat 5/6/2020) kami berdiskusi dengan mahasiswa saya di sana, saat ini episentrum Covid-19 terletak di daerah New York,” ujarnya.
Sasmito menjelaskan bagaimana seharusnya sikap kita dalam menghadapi situasi saat ini. Kita harus fight or die? Kita harus fight, tapi jangan-jangan jika kita fight, malah mati bareng.
Bisa saja, sambungnya, melakukan fight pada Covid-19, misalnya dengan melakukan lockdown (full lockdown atau parsial lockdown). Hal bisa saja mengurangi penyebaran Covid-19 dan sudah terbukti di beberapa negara.
Era pascapandemi ini, menurutnya, adalah hukum alam yang tidak mungkin dihindari. Manusia nantinya akan melakukan survival innovation.
“Ini yang harus kita lakukan. Muhammadiyah harus bisa membuat kreativitas yang kita sebut survival innovation. Kuncinya banyak, bahasa saya adalah acceptic lifestyle. Bukan hanya higyn (kesehatan), safe (keselamatan), tapi acceptic (diterima),” terangnya.
Dalam menghadapi era pascapandemi, hal yang bisa dilakukan adalah terus survive dan menghasilkan inovasi. Ketika kita bicara survival innovation dalam era pascapandemi, kita harus melakukan inovasi, ada value, product, digital, services, dan promotion innovation.
Back to Nature
Negara kita, lanjutnya, mempunyai potensi yang luar biasa. Salah satunya adalah megadiversity. “Di sinilah potensi kita. Kita bisa back to nature, hidup sesuai orang Indonesia dengan revisi budaya, karena potensi alam kita kaya.
Sasmito memberi contoh saat ini timbul budaya mengonsumsi makanan Barat yang sangat kurang mengandung rempah-rempah. Padahal dulu rempah-rempah adalah tujuan orang-orang menjajah Indonesia, tapi saat ini malah ditinggalkan oleh orang Indonesia sendiri.
“Ini potensinya luar biasa, bisa menjadi anti covid drug, bisa jadi food suplement dan sebagainya,” papar Sasmito.
Sasmito menyebut rempah-rempah khas Indonesia ini dengan Covidassurance Products. Ini, sambungnya, adalah bagian dari inovasi, yang sejatinya kembali pada Indonesian traditional food.
Hampir semua rempah-rempah di Indonesia mengandung antivirus. Punya potensi antioksidan dan immunomodulator. Sasmito menyebutkan enam catatan moral bagi warga Muhammadiyah dalam menghadapi era ini.
“Memperhatikan kemurnian tauhid, percaya diri dengan ke-Islaman, kesederhanaan, tepat waktu dan janji, hubungan luas, serta berpandangan modern dan rasional,” terangnya. (*)
Penulis Maratus Sholichah. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.