Nasyiah Brondong dari Masa ke Masa

Konverensi Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah Cabang Brondong di Jompong Tahun 1978 sebagai tonggak awal berdirinya PCA dan PCNA Brondong, Lamongan (Dok. Maftuhah/PWMU.CO)
Konverensi Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah Cabang Brondong di Jompong Tahun 1978 sebagai tonggak awal berdirinya PCA dan PCNA Brondong, Lamongan (Dok. Maftuhah/PWMU.CO)

Nasyiah Brondong dari Masa ke Masa ditulis oleh Nely Izzatul, Sekretaris Departemen Kader PCNA Brondong, Lamongan. Tulisan ini pernah dikompetisikan dalam penulisan sejarah oleh PDNA Lamongan tahun 2018.

PWMU.CO – Nasyiatul Aisyiyah (NA) Cabang Brondong, Lamongan berdiri pada tanggal 08 Jumadil Awal 1398 H atau bertepatan dengan tanggal 17 April 1978 M.

Proses pendirian itu memiliki hubungan yang sangat erat kaitannya dengan sejarah NA Cabang Blimbing, Lamongan. Mengingat pada saat itu Blimbing sebagai basis pergerakan Muhammadiyah di pantai utara Lamongan yang wilayah organisasinya meliputi Kecamatan Paciran dan Kecamatan Brondong.

Hj Chusniyah Abd Rochim Founding Mother Nasyiah Brondong

Berdirinya Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) Brondong tidak dapat dilepaskan dari peran
Hj Chusniyah Abd Rochim. Sosok yang komunikatif dan memiliki relasi luas, baik di tataran instansi setempat maupun organisasi kemasyarakatan lain.

Beliau merupakan ketua pertama PCNA Blimbing, Lamongan, tahun 1967, yang menjadi cikal bakal berdirinya PCNA Brondong.

Sebagai sosok yang dikenal kritis dan komunikatif, Hj Chusniyah Abd Rohim berhasil menarik simpati remaja putri untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan NA Cabang Blimbing.

Kegiatan itu dinamakan “Padi Menguning” yang meliputi pengajian, kursus menjahit, merangkai bunga maupun membuat roti. Kegiatan berlangsung dengan menyewa gudang garam Brondong yang sekarang menjadi terminal lama Brondong.

Hj Chusniyah Abd Rochim (berdiri) saat menjadi ketua PC Nasyiatul Aisyiyah Cabang Blimbing tahun 1967 (Dok. Maftuhah/PWMU.CO)

Konverensi Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah Tahun 1978

Gaung NA Cabang Blimbing pun semakin dikenal dan semarak. Bahkan NA tidak hanya aktif dengan kegiatan internal, namun juga senantiasa menjalin hubungan yang harmonis dengan organisasi kemasyarakatan yang ada seperti Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI) dan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI).

Melihat antusiasme para remaja putri Islam untuk bergabung di NA waktu itu, membuat Hj Chusniyah Abd Rochim terpanggil untuk mengembangkan dakwah NA dengan mendirikan Cabang Brondong.

Maka melalui Konferensi Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah Cabang Blimbing pada tahun 1978 yang diadakan di Jompong, menjadi tonggak awal keberadaan NA Cabang Brondong.

Pada Konferensi tersebut memutuskan Hj Chusniyah Abd Rochim sebagai Ketua Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Brondong dan Khunik Ridlwan sebagai ketua PCNA Brondong periode pertama.

Pada awal perintisan, Nasyiah Brondong baru memiliki empat Ranting yaitu Ranting Brondong, Sedayulawas, Wedung dan Pambon. Sedangkan dalam perjalannya hingga tahun 2020 PCNA Brondong telah memiliki 18 Ranting dan mengalami 9 kali pergantian kepemimpinan. Berikut adalah periode kepemimpinan PCNA Brondong.

Periode Khunik Ridlwan (1978-1985)

PCNA Brondong hasil konferensi tahun 1978 merupakan pimpinan perintis. Konferensi ini menetapkan Khunik Ridlwan sebagai Ketua PCNA Brondong periode 1978-1985.

Pada masa itu struktur kepemimpinan dan manajemen organisasi belum tertata dengan baik. Khunik Ridlwan merupakan sosok kader kinthil yang baru lulus Pendidikan Guru Agama (PGA) dan belum begitu mengenal organisasi. Sehingga jabatan struktural hanya diisi beberapa orang yang meliputi ketua, sekretaris, dan bendahara.

Periode kepemimpinan pertama ini lebih menekankan pada penyebaran ide-ide Muhammadiyah dan Aisyiyah agar dikenal oleh masyarakat luas terutama remaja putri. Dalam menjalankan roda organisasi, gerak langkah NA pun masih terintegrasi dengan kegiatan Aisyiyah Cabang Brondong.

Penulis bersama Ketua PCNA Brondong (Periode 1978-1996) Khunik Ridlwan (Nely Izzatul/PWMU.CO)

Periode Zuliati (1986-1990) dan (1990-1995)

Pasca Khunik Ridlwan, struktur kepemimpinan Nasyiah Brondong beralih ke Zuliati. Peralihan periodesasi ini berlangsung tanpa melalui Musyawarah Cabang (Musycab) dan dilaksanakan secara kultural.

Menurut Zuliati, penunjukan dirinya menjadi ketua atas inisiatif Hj Chusniyah Abd Rochim sebagai bentuk regenerasi. Sebelum aktif dan didapuk untuk menjadi ketua, Zuliati merasa belum begitu paham dengan Persyarikatan Muhammadiyah apalagi Nasyiatul Aisyiyah.

Atas tawaran KH Afnan Anshori—Ketua PCM Brondong waktu itu—kepada Zuliati untuk mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) 06 Brondong serta perkaderan secara kultural dari Hj Chusniyah Abd Rochim, barulah Zuliati mengenal Muhammadiyah, Aisyiyah, dan Nasyiatul Aisyiyah.

Dipandang mewakili kaum perempuan muda terpelajar waktu itu, maka Hj Chusniyah Abd Rochim menunjuk Zuliati untuk menggantikan Khunik Ridlwan dalam memimpin NA Cabang Brondong.

Mulai Diakui secara Administratif dan Disahkan oleh PDNA Lamongan

Pada periode ini PCNA Brondong mulai diakui secara administratif berdasarkan Surat Keterangan (SK) Pimpinan No. A/5-08/90 tanggal 25 November 1990 yang telah disahkan oleh PDNA Lamongan.

Di periode ini, PCNA Brondong untuk pertama kalinya mulai meng-handle dan memfasilitasi pembuatan kartu tanda anggota Nasyiatul Aisyiyah (KTA NA). Bahkan Zuliati ditemani Sri Sumarlin berangkat langsung ke Yogyakarta untuk mengurus pembuatan KTA NA sekaligus menghadiri Muktamar Nasyiatul Aisyiyah ke-VII.

Pada masa itu kader Nasyiah Brondong banyak diisi dari kalangan guru MI, disusul guru Taman Kanak-Kanak Aisyiyah alias Bustanul Athfal Aisyiyah (TK ABA).

Penulis (kanan) bersama Ketua PCNA Brondong ke-2 (Periode 1986-1990) Zuliati (Nely Izzatul/PWMU.CO)

Periode Sri Sumarlin (1995-2000)

Sri Sumarlin SPd terpilih berdasarkan hasil Musycab pertama yang diselenggarakan oleh PCNA Brondong. Ia memiliki kisah yang hampir sama dengan Zuliati, yakni mulai aktif di NA sejak mengawali karir sebagai Tata Usaha (TU) di Perguruan Muhammadiyah Brondong (PMB).

Pada periode ini kegiatan-kegiatan pun mulai digalakkan antara lain pembinaan administrasi, mengadakan kegiatan yang berkolaborasi dengan PCPM Brondong, Darul Arqam NA (DANA), dan mengutus kader untuk mengikuti Latihan Instruktur Nasyiatul Aisyiyah (LINA).

Beberapa personalia Cabang Brondong pada periode ini juga mulai menunjukkan eksistensinya di tingkat daerah yakni bergabungnya Sri Sumarlin dan Zun Aini di jajaran struktural Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Lamongan.

Salah satu keberhasilan Sri Sumarlin adalah memprakarsai berdirinya Ranting Belik. Pengaktifan itu ditandai dengan peresmian mushala sebagai base camp NA Ranting Belik.

Namun seiring berjalannya waktu, ranting ini harus mati suri karena tidak ada lagi kader penerus. Sehingga sampai saat ini PRNA Belik belum aktif kembali.

Penulis bersama Ketua PCNA Brondong ke-3 (Periode 1995-2000) Ibu Sri Sumarlin (Nely Izzatul/PWMU.CO)

Periode Zun Aini (2000-2002)

PCNA Brondong pada periode 2000–2002 di bawah kepemimpinan Zun Aini MPd menjadi semakin maju dan terarah.

Sebagai sosok yang pernah menjabat sekretaris di periode Sri Sumarlin serta perannya yang malang melintang di PDNA Lamongan, tentu Zun Aini paham langkah dan kebijakan yang perlu diambil dalam menjadikan PCNA Brondong lebih baik.

Arah gerak PCNA Brondong periode ini menitikberatkan pada pengaktifan kembali kegiatan NA terutama dalam kajian Islam, konsolidasi organisasi, kegiatan keputrian dan keterampilan.

Penataan administrasi organisasi juga merupakan fokus garapan yang dilakukan sebagai upaya menciptakan PCNA Brondong yang tertib administratif.

Konsolidasi organisasi dilakukan melalui kegiatan Musyawarah Ranting (Musyran), turba ke ranting-ranting sekaligus pertemuan rutin Pimpinan Ranting se-Cabang Brondong setiap 2 bulan sekali.

Konsolidasi kepemimpinan dan program dilakukan dengan cara pertemuan personalia PCNA di hari Jum’at keempat setiap bulan. Sementara konsolidadi strategis dilakukan bersama dengan Muhammadiyah dan Ortomnya.

Sejak tahun ini, pergerakan Nasyiah Brondong mulai mandiri dan tidak lagi terpadu dengan kegiatan Aisyiyah Cabang.

Zun Aini Ketua PCNA Brondong (2000-2002) menyampaikan sambutan pada acara Musycab Tahun 2003 (Dok. Zun Aini/PWMU.CO)

Periode Rustiana Puji Astutik (2003-2005)

Rustiana Puji Astutuik SE ditetapkan sebagai Ketua PCNA Brondong pada 27 Robiul Awal 1424 H atau bertepatan dengan 23 Mei 2003 M.

Pada periode ini Nasyiah Brondong selalu turut aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan internal Muhammadiyah. Seperti menghadiri kegiatan Hizbul Wathan (HW) Cup, dialog refleksi akhir tahun yang diselenggarakan oleh PDM Lamongan, hingga menghadiri pertemuan pimpinan Muhammadiyah dan ortom tingkat wilayah yang bertempat di GOR Sidoarjo.

Harapan terwujudnya kader NA yang memiliki kemantapan beragama, loyalitas berorganisasi, kematangan berfikir, serta kedewasaan bersikap ditunjukkan dengan adanya berbagai macam kajian.

Kajian keislaman, pelatihan administrasi, Darul Arqam, seminar tentang perempuan dalam politik, serta terbitnya buletin Bernas (Berita Nasyiatul Aisyiyah). Buletin Bernas merupakan salah satu prestasi yang disumbangkan pada periode Rustiana Puji Astutik SE.

Kepak sayap NA sebagai ortom Muhammadiyah yang bergerak di bidang dakwah amar malruf nahi mungkar semakin kencang dan semarak.

Sebagai upaya membangun hubungan baik dengan unsur pemerintahan dan organisasi kemasyarakatan (ormas) lain, pada periode ini PCNA Brondong banyak mengadakan dialog bersama Muspika Brondong.

Kegiatan terselenggara atas kerja sama PCNA Brondong dengan PCPM Brondong, GP Anshor dan juga Fatayat. Di samping itu, PCNA Brondong juga aktif mengikuti dan menjadi anggota KNPI, KPI, dan lain-lain.

Periode Nanik Zuraidah (2005-2007)

Hasil Musycab NA Brondong ke IV pada tanggal 16 Syawal 1426 H atau bertepatan dengan 18 November 2005 M menetapkan Nanik Zuraidah sebagai ketua dan Aris Rahmawati MPd sebagai sekretaris.

Pada masa ini, PCNA Brondong mengoptimalkan konsolidasi kelembagaan dan personal dengan memasyarakatkan visi dan misi NA di kalangan pimpinan maupun anggota.

Di bawah kepemimpinan Nanik Zuraidah, sosok yang sangat vokal dan kritis ini Nasyiah Brondong banyak melakukan gebrakan di bidang keislaman dan dakwah.

Beberapa kajian keislaman yang diadakan antara lain : Kajian Tafsir al-Quran dan Fiqhu an-Nisa’, Pelatihan Calon Instruktur Terjemah al-Qur’an, Fenomena Baligh Dini, dan Dialog Interaktif tentang Poligami.

Di bidang perkaderan, program kerja yang dilaksanakan yakni DANA, turba setiap dua bulan sekali, menghadiri LINA serta menghimpun kader Ipmawati untuk terlibat dalam kegiatan NA. Di bidang pendidikan ada dialog pendidikan, lomba karya tulis ilmiah dan training jurnalistik.

Nanik Zuraidah, Ketua PCNA Brondong periode 2005–2007 (Dokumentasi Aris Rahmawati/PWMU.CO)

Periode Zuhrotul Titik Khotimah (2008-2012)

Selanjutnya Zuhrotul Titik Khotimah SAg ditetapkan sebagai Ketua PCNA Brondong pada Musycab V yang dilaksanakan di MI Muhammadiyah Sedayulawas pada tanggal 25 Dzulhijjah 1431 H atau bertepatan dengan tanggal 13 November 2009 M.

Sosok yang pada periode sebelumnya menjabat sebagai bendahara ini ketika menakhodai PCNA Brondong banyak melakukan gebrakan di bidang pemberdayaan perempuan serta pengembangan ekonomi kreatif.

Salah satu keberhasilannya menggerakkan ekonomi adalah menginisiasi berdirinya Koperasi Padi Berseri. Koperasi ini dibentuk pada tahun 2009 untuk menyambut program pemerintah di era Gubernur Soekarwo dalam memberdayakan kaum perempuan melalui Koperasi Wanita (Kopwan).

Dalam memaksimalkan masa kepemimpinannya, Zuhrotul Titik Khotimah SAg juga menggalakkan program Pelatihan Home Industry dengan membuat kerupuk dari lidah buaya serta mengadakan lomba kreasi hantaran pengantin.

Hal ini dilakukan sebagai upaya membekali kader NA agar memiliki keterampilan dan mampu menjadi pelaku usaha.

Periode Endang Supadmi (2012-2016)

Keputusan Musycab NA Brondong ke VI pada tanggal 25 Dzulhijjah 1434 H atau bertepatan dengan 23 Mei 2013 M menetapkan Endang Supadmi SPd sebagai Ketua PCNA Brondong periode 2012-2016.

Arah gerak yang dicapai pada periode ini adalah sistem kaderisasi secara berkala dengan menghimpun para calon kader baru sebagai upaya regenerasi.

Sebagai sosok yang dekat dengan milenial, Endang Supadmi SPd banyak melibatkan kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan siswi SMA/MA/SMK dalam kegiatan Nasyiatul Aisyiyah. Kegiatan tersebut meliputi tadabbur alam, outbound maupun Seminar.

Sedangkan bagi anggota Nasyiah sendiri, upaya kaderisasi dilakukan dengan melaksanakan DANA, turba, pertemuan Rutin dan kajian ke-Nasyiahan.

Di bidang pendidikan, periode ini mulai menggalakkan budaya literasi dengan mengupayakan berdirinya Perpustakaan Nasyiah melalui Gerakan Infak Seribu Buku. Selain itu juga mengadakan Smart Parenting untuk membekali para ibu muda menjadi orang tua yang cerdas.

Sedangkan di bidang Kemasyarakatan, PCNA Brondong melakukan upaya pendampingan terhadap persoalan perempuan dan anak dengan melakukan Seminar dan Advokasi serta Seminar Kesehatan Anak Balita.

Salah satu prestasi Endang Supadmi SPd adalah memprakarsai berdirinya Ranting Geneng sehingga di akhir kepengurusan periode ini PCNA Brondong telah memiliki 18 Ranting.

Periode Arika Karim (2016-2020)

Arika Karim SHI terpilih melalui Musycab VII yang dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 09 Sedayulawas pada tanggal 27 Rajab 1438 H atau bertepatan dengan tanggal 24 April 2017 M.

Sampai pada masa kepemimpinannya saat ini, Arika Karim telah banyak merealisasikan program kerja yaitu DANA, Kajian Tauhid, Diskusi Peran Perempuan, Pelayanan Remaja Sehat milik NA (PASHMINA) dan outbound bersama pelajar SMA/SMK/MA se Kecamatan Brondong.

Selain itu juga diadakan turba ke ranting-ranting, Lomba Olimpiade Nasyiah, Lomba Tahfidh, Lomba Boga, Lomba Pembawa Acara, Ngobrol Politik, Pelatihan Bercerita, Pelatihan Membuat Karya Tulis Ilmiah, Pelatihan Hidroponik, Studi Kewirausahaan, Studi Jurnalistik, Seminar Pra Nikah merupakan program–program yang telah dijalankan pada periode ini.

Sebagai upaya menggerakkan roda organisasi di tiap ranting, upaya untuk berfastabiqul khairat, sekaligus sebagai momentum para kader Nasyiah untuk saling melihat keadaan dan dinamika di tiap ranting, maka pada periode ini PCNA banyak melibatkan ranting dalam mendukung program kerja.

Setiap menjalankan program kerja yang ada, PCNA Brondong setiap bulan melaksanakannya di ranting-ranting secara bergiliran.

Perkembangan Yang Dicapai Nasyiah Brondong dari Masa ke Masa

Sejak awal berdirinya sampai hari ini, PCNA Brondong telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ortom Muhammadiyah ini telah memberikan sumbangsih yang signifikan bagi kemajuan perempuan muda muslim di Kecamatan Brondong.

Tidak terhitung kader hebat yang telah lahir dari rahim PCNA Brondong dan hari ini mengisi pos-pos perjuangan baik di Aisyiyah, lembaga pendidikan Muhammadiyah, maupun instansi-instansi lain.

Nasyiah Brondong tidak berhenti melakukan inovasi dan revitalisasi untuk senantiasa menghadirkan dakwah yang mencerahkan dan menggembirakan.

Nasyiah Brondong dari Masa ke Masa.
Dari kiri: Arika Karim (Ketua PCNA Brondong 2016-2020), penulis, Khunik Ridlwan (Ketua PCNA Brondong I) Zuliyati (Ketua PCNA Brondong II) Sri Sumarlin (ketua III) Zun Aini (ketua IV) Rustiana Puji Astutik (ketua V) Nanik Zuraidah (ketua VI) Zuhrotul Titik Khotimah (ketua VII) dan Endang Supadmi (ketua IX)

Berbagai Program PCNA Brondong

Di bidang dakwah, PCNA Brondong senantiasa memberikan pelatihan-pelatihan sebagai bekal bagi kader untuk menjadi mubalighat handal. Penggalangan zakat, infak, shadaqah di bulan Ramadhan, mengadakan kajian-kajian keislaman, juga menyelenggarakan perlombaan seperti tahfizh dan da’iah.

Di bidang perkaderan, PCNA Brondong selalu berupaya melakukan perekrutan dengan cara–cara kreatif dan menarik. Selain menggaet kader dari kalangan IPMawati dan IMMawati yang notabene adalah kader Muhammadiyah, PCNA Brondong juga mendekati remaja putri islam dari kalangan siswi SMA/MA/SMK. Pendekatan itu dilakukan dengan cara mengundang mereka dalam kegiatan outbound, tadabur alam maupun Psahmina.

Di bidang pendidikan, PCNA Brondong juga senantiasa membekali ibu-ibu muda atau kader Nasyiah dengan kegiatan yang edukatif. Contohnya dengan mengadakan dialog pendidikan, menyelenggarakan Smart Parenting, menggalakkan budaya membaca juga menulis karya ilmiah.

Tidak jarang pula kegiatan itu dilakukan untuk anak-anak dengan cara mendengarkan dongeng dan juga kegiatan BCM (bermain, cerita, dan menyanyi).

Di bidang sosial kemasyarakatan, PCNA Brondong berkiprah tak pernah lelah untuk memberikan santunan kepada masyarakat kurang mampu, menggalang dana ketika ada bencana. Dan yang paling terkini adalah linier dengan program pusat untuk melakukan advokasi dan pendampingan terhadap persoalan perempuan dan anak.

Dakwah Nasyiah di Sosial Media

Memasuki era digital, di mana informasi berkembang begitu cepat dan pesat, NA Brondong pun tidak lantas jalan di tempat. PCNA Brondong turut meramaikan dakwah lewat berbagai media, baik cetak maupun elektronik.

Di media cetak, PCNA Brondong seringkali mengabarkan pergerakannya di Majalah Matan yang dikelola oleh PWM Jawa Timur. Di media sosial, PCNA Brondong aktif di jejaring Facebook, dan juga aktif menuliskan kegiatan-kegiatannya di PWMU.CO maupun www.muhammadiyahlamongan.com.

Perkembangan ranting pun secara perlahan mulai bertambah secara kuantitas maupun kualitas. Pada awal berdirinya PCNA Brondong baru terbentuk 4 ranting, disusul periode berikutnya berjumlah 13 ranting, kemudian di periode 2000-2002 berjumlah 16 ranting.

Sampai pada tahun ini, PCNA Brondong telah memiliki 18 ranting. Ranting-ranting itupun tidak sedikit yang mulai aktif dan semarak dengan berbagai macam kegiatan.

Munculnya kader-kader yang loyal dan militan untuk menghidupkan organisasi ini juga menandakan bahwa PCNA Brondong akan selalu berkembang. Nasyiatul Aisyiyah Brondong tetap dan akan selalu berkontribusi nyata untuk mencerahkan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version