PWMU.CO – New reality yang saat ini dijalankan pemerintah harus dilalui dengan rasa waswas dan waspada sebab jumlah pasien Covid 19 masih tinggi.
Hal itu disampaikan Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Agus Samsudin dalam keterangan persnya, Rabu (10/6/2020).
Dia menyebutkan hingga sore ini jumlah pasien Covid bertambah 1.241 orang sehingga total menjadi 34.316 orang. Selasa (9/6/2020) kemarin per hari 1.043 pasien. Ini menunjukkan tiap hari jumlah orang terinfeksi masih naik.
Dengan angka setinggi itu menandakan penanganan pandemi corona belum kondusif. Pemberlakuan new reality, atau istilah pemerintah new normal, bisa membuat masyarakat lengah. ”Ujungnya bisa menambah jumlah kasus positif meledak tinggi,” katanya.
Karena itu, sambung dia, MCCC tetap sosialisasi agar warga mematuhi protokol kesehatan, physical distancing, memakai masker, mencuci pakai sabun atau hand sanitizer.
Dia menjelaskan, program penanganan Covid 19 MCCC bekerja sama dengan pemerintah Australia melalui Departemen Luar Negeri dan Perdagangan.
”MCCC terus mengedukasi masyarakat dengan panduan pencegahan covid melalui spanduk-spanduk dan mobil penerangan keliling,” ujarnya. ”Sosialisasi dilaksanakan di 13 provinsi dan 34 kota/kabupaten melibatkan 340 relawan,” tambahnya.
Penanganan Pasien di RSMA
Sosialisasi melalui spanduk dipasang di tempat-tempat yang mudah dilihat oleh masyarakat seperti lingkungan amal usaha Muhammadiyah (AUM) dan ruang publik lainnya.
”Mobil penerangan beroperasi di 34 kota/kabupaten memberi sosialisasi kepada masyarakat melaksanakan pencegahan penularan covid dengan menerapkan protokol kesehatan. Mobil berkeliling ke pasar, jalan-jalan, dan pemukiman warga,” tambahnya.
Dia juga menjelaskan, penanganan Covid di Rumah Sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah (RSMA). Hingga kini sudah merawat 3.343 pasien ODP, 1.960 PDP, dan 352 terkonfirmasi positif.
Jumlah terbaru kasus positif mencapai 49 pasien. Dana yang disalurkan untuk mencapai Rp 156 miliar dengan jumlah penerima manfaat sebanyak 3.275.592 jiwa.
Untuk mengantisipasi kecemasan yang meningkat akibat pertambahan jumlah kasus positif, MCCC meluncurkan Sikuvid-Sikevid yang merupakan alat untuk mengukur kesehatan fisik dan pikis masyarakat.
Alat ini, dia menerangkan, adalah cheklist yang dapat digunakan oleh para relawan secara fleksibel dan mandiri dengan tetap menghormati etika profesi yang berlaku serta tidak harus diberikan oleh psikolog.
Alat ini dibuat untuk mengukur seberapa besar risiko masyarakat terpapar virus serta kondisi psikologis masyarakat. Alat ini juga dapat digunakan para relawan untuk memudahkan mereka memetakan kondisi masyarakat terkait risiko terpapar virus dan risiko kecemasan. (*)
Editor Sugeng Purwanto