Ingin Rezeki Melimpah? Tiga Kisah Ini Beri Hikmah ditulis oleh Bahrus Surur-Iyunk, penulis inspratif.
PWMU.CO – Dalam sebuah acara tanya jawab agama on air radio swasta milik sebuah pesantren di Lamongan, seorang ibu-ibu bertanya kepada sang kiai yang menjadi nara sumber saat itu.
Ibu itu mengeluhkan bebek-bebeknya yang malas bertelur. Produksi telurnya turun drastis. Biasanya bisa mencapai 70-80 persen. Belakangan produksi telurnya hanya 30-40 persen.
“Mengapa ya Pak Kiai? Mohon didoakan juga,” tanya ibu itu menghiba.
Pak Kiai yang ada di ujung radio kemudian bertanya secara serampangan kepada sang ibu, “Bu, sampeyan lagi marahan sama suami ya?”
Sambil tersipu malu, si ibu itu langsung mengiyakan. Bahkan, ia mengaku sudah dua pekan ini ia kurang akur dengan suaminya.
Tanpa panjang kata, sang kiai itu langsung bertausiah, “Nah, itu dia yang membuat bebek-bebeknya malas bertelur. Dalam satu rumah, jangan ada dusta di antara kita. Jangan ada iri dengki, rasa sakit hati, dan kebencian dalam satu rumah.
Itu bisa mencegah rezeki masuk ke dalam rumah Sampeyan. Karena perilaku penghuninya, rumah itu kehilangan barakah. Sudahi marahannya ya! Segera dekati suaminya dan saling memaafkan. Ajak ke kamar bicara berdua. Kalau sudah bertelur lagi, jangan lupa membawa ke pondok,” seloroh sang kiai sambil tertawa.
Kaya Raya lalu Jatuh
Di tempat yang berbeda, ada seorang pengusaha tambak udang dan bandeng di Gresik yang kaya raya. Di samping punya tambak berhektar-hektar, lelaki itu bersama istrinya juga sukses mengelola usaha jual beli udang dan bandeng.
Dalam limpahan kekayaan yang berlebih, terbersit dalam pikiran sang suami yang masih berumur 48 tahun itu untuk menikah lagi. Istrinya tidak mengizinkan.
Padahal, calon isteri mudanya ada di Sumenep dan tidak akan tinggal bersama istri tua. Meski akhirnya menandatangani dengan sangat terpaksa, namun sang istri sesungguhnya bersikukuh tidak mengizinkan.
Lelaki itu akhirnya menikahi perempuan mudanya, meski ia tetap tinggal bersama istrinya tua. Entah karena hilangnya barakah dalam pernikahan atau karena suami-isteri ini kehilangan fokus dalam usaha atau karena percekcokan di dalam rumah tangga, usaha yang semula sepertinya tidak akan runtuh, akhirnya jatuh dan mengalami penyusutan yang tajam.
Sang istri tua akhirnya minta cerai dan sang suami akhirnya berpisah dan tinggal bersama istri mudanya.
Sukses dari Nol
Di lain cerita, di tempat yang berbeda, ada sepasang suami istri yang bekerja dari nol. Keduanya menjadi pekerja kasar sebuah tambak udang. Setelah merasa cukup modal, keduanya memutuskan untuk berdagang sendiri kecil-kecilan. Usaha itu dijalani bersama dengan penuh kesabaran.
Dalam kemelaratan dan kesabaran itu, istrinya seperti bernadzar untuk membahagiakan suaminya, “Cak, jika sekiranya nanti Allah mentakdirkan kita menjadi orang kaya dan sukses berdagang udang dan bandeng ini, saya ingin membahagiakan Sampeyan.”
“Maksudmu bagaimana?” tanya sang suami penasaran.
“Nanti, jika kita sukses, saya ingin Cak Mardi mau menikah lagi dengan perempuan yang lebih muda dari saya.” kata sang istri sambil menahan nafas dan sedikit bergetar.
Suaminya yang tidak pernah terbersit sedikitpun dalam pikirannya itu terperanjat, “Sudahlah, Dik. Ndak usah mikirin yang tidak-tidak.”
Pembicaraan itu pun berlalu begitu saja, tapi tidak dalam hati sang istri. Rupanya, Allah mengabulkan doa dan usaha suami istri yang sabar itu.
Benar saja, ketika keduanya sudah menjadi juragan udang dan bandeng yang sukses, istrinya mengingatkan lagi dan akhirnya mencarikan sendiri istri muda untuk suaminya. Mereka hidup bersama dalam kerukunan, mengelola usaha bertiga, dan sudah tidak berdua lagi. Dalam kebersamaan dan kerukunan bertiga itulah keluarga ini tetap disukseskan oleh Allah.
Syarat Negeri yang Diberkahi
Semua ini artinya apa? Bahwa kerukunan, kedamaian, dan ketentraman hidup rumah tangga itu sangat mempengaruhi keberkahan hidup seseorang. Rezeki yang Allah berikan kepada hamba-Nya juga diutamakan kepada rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah, tanpa (dan jangan sampai) ada balutan iri dengki, percekcokan yang tiada henti, dan saling mencurigai.
Begitu juga dalam sebuah lembaga dan organisasi. Jika dalam sebuah institusi dan organisasi ada intrik saling menjatuhkan, berebut kepentingan dan kekuasaan sendiri-sendiri, saling iri dengki dan mencurigai, tidak ada rasa saling percaya, mengembangkan isu negatif sesamanya, maka jangan berharap lembaga dan organisasi itu akan berkembang dengan baik. Allah juga akan “malas” memberkahi, karena di dalamnya tidak ada takwa dan iman.
Sama halnya dengan lembaga pendidikan. Jika di dalamnya tidak ada rasa kebersamaan, kepercayaan, kedamaian dan sinergi di antara guru dan karyawannya, maka sangat mungkin Allah pun akan menyempitkan rejekinya.
Tak ubahnya seperti sebuah negara yang kita tempati ini. Jika yang diurus hanya untuk kepentingan pribadi dan partainya saja, maka tunggulah saatnya. Jauh menuju baldatun tayyibatun wa Rabbun Ghafur.
Dalam Surat al-Asyr: 10, Allah mengajarkan doa sekaligus bimbingan akhlak kepada kita, “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa:
“Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”
Semoga tulisan Ingin Rezeki Melimpah? Tiga Kisah Ini Beri Hikmah ini bermenfaa! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.