PWMU.CO – Kisah ketaatan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail kepada Allah Swt diceritakan menarik dan penuh makna oleh siswa-siswi SD Muhammadiyah 24 Surabaya bersama dengan Ketua Persudaraan Pendongeng Muslim Indonesia Kak Hadiyan, Ahad (11/9).
Kolaborasi apik antara Pendongeng Nasional dan murid SD ini mengkisahkan ketaatan Nabi Ibrahim yang diperintahkan untuk menyembelih putra satu-satunya, yang telah lama dinanti, yaitu Nabi Ismail. Perintah Allah Swt itupun ditaati oleh Nabi Ibrahim maupun Nabi Ismail, yang dengan ketaatanya pula rela disembelih.
Kemudian diceritakan perjuangan Siti Hajar mencarikan minum untuk anaknya, Nabi Ismail. Kisah itupun lantas diabadikan dalam ritual penyempurna rukun Islam, yakni sa’i dan lempar jumroh, sebagai bagian dari rukun Haji.
“Momen Sa’i memberi makna perjuangan yang sungguh-sungguh dan itu semua karena Allah Swt. Sehingga Allah membantu kita dan memberikan hasil diluar perkiraan kita,” tutur Hadiyan.
Sementara lempar jumrah, terang Hadiyan merupakan perlawanan terhadap godaan setan dan hawa nafsu. “Sebagaimana Nabi Ibrahim dan Ismail melawan godaan setan yang mencoba mempengaruhinya,” paparnya.
Ketua Pelaksana, Salman Al Farisi mengatakan, kegiatan dalam rangka Surabaya Islamic Fair, Talkshow Parenting Nabawiyah ini mengangkat tema “Belajar Taqwa dari Nabi Ibrahim AS”. Menurut Salman, Idul Adha merupakan momentum terbaik mengenang dan meneladani keikhlasan Nabi Ibrahim (bapaknya para Nabi) dalam mentaati perintah Allah Swt.
“Sampai hari ini perintah menyembelih Nabi Ismail menjadi landasan perintah dari Allah Swt untuk umat Islam berqurban dengan hewan,” terangnya.
Dengan menghadirkan cerita yang menarik, inspiratif dan bermakna lewat cerita drama ini,
Kepala SDM 24 Surabaya Munahar berharap, anak-anak akan lebih mudah menangkap dan memahami kisah yang patut menjadi teladan bagi kita semua. Selain itu anak juga bisa belajar tumbuh dan berkembang sesuai harapannya.
“Segala sesuatu yang kita miliki dan cintai untuk Allah Swt. Pengorbanan Nabi dapat diartikan dengan menyembelih hawa nafsu keduniawaan untuk senantiasa bertaqarrub,” urainya.(arik/aan)