PWMU.CO – Saad Ibrahim, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur mengatakan, narkoba dan terorisme merupakan masalah besama bangsa Indonesia.
Hal itu dia sampaikan dalam acara Webinar Dai Komunitas dengan tema Peran Da’i dalam Mencegah Bahaya Narkoba dan Terorisme yang diselenggarakan oleh Lembaga Dakwah Khusus (LDK) PWM Jatim, (Selasa, 30/6/2020).
Kepada 250 peserta webinar yang terdiri dari perwakilan dai komunitas se-Indonesia itu, Saad menyampaikan narkoba dan terorisme adalah kejahatan yang memberikan mudharat (kerusakan) dan mengandung sesuatu bahaya yang sangat besar bagi kehidupan umat manusia.
“Jika kita ingin melihat masa depan bangsa dan masa depan umat Islam menjadi lebih baik, maka seorang dai harus berkomitmen dalam berjihad untuk membangun bangsa, membangun umat melalui seluruh aktifvitas dakwahnya,” tegas Saad.
Negara Harus Libatkan Dai
Pria kelahiran Mojekerto 17 November 1951 itu menuturkan, narkoba adalah masalah bersama bangsa Indonesia, yang negara saja tidak cukup untuk mengatasinya tanpa melibatkan komponen masyarakat termasuk para dai.
“Negara saja tidak cukup. Tapi harus melibatkan seluruh elemen masyarakat termasuk para dai yang ikut acara webinar ini,” tuturnya.
Menurutnya, dai atau mubaligh harus cermat, cerdas, bisa mengedukasi masyarakat akan bahaya narkoba dan terorisme. Selain itu pemerintah juga harus membuat regulasi dan hukuman yang berat bagi pelakunya.
“Dai tidak cukup dengan modal semangat (ghiroh), tetapi perlu strategi secara tepat. Namun karena kejahatan yang besar, maka hukumannya juga harus berat. Negara harus membuat regulasi yang tegas dan keras dalam memberikan hukuman,” tandasnya.
Faktor Internal dan Eksternal Penyebab Terorisme
Menurut Saad, penyebab terjadinya terorisme itu bukan dari satu sisi saja. Tetapi ada aspek internal dan eksternal, yang salah satu aspek internal itu adalah kesalahan dalam memahami ajaran agama, termasuk agama Islam.
“Padahal Islam adalah agama rahmatan lil-‘aalamin. Bahkan perang pun baru diizinkan kalau umat Islam diserang. Jadi sifatnya mempertahankan diri bukan menyerang. Inilah yang harus kita ketahui dan kita pahami dengan tepat,” pesan Saad.
Sedangkan faktor eksternal munculnya terorisme menurut Saad lahir dari suatu kondisi yang saling berlawanan sehingga seseorang mengambil tindakan berupa teror.
“Terorisme juga bisa diciptakan untuk kepentingan-kepentingan yang ingin menghancurkan umat manusia. Di samping itu, semakin kuat suatu kekuasaan, maka akan semakin berpotensi besar untuk melakukan teror secara masif seperti banyak diungkapkan akhir-akhir ini tentang proxy war,” ujarnya.
Dosen Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang itu menyatakan, di akhir-akhir ini pun ada satu teror yang tidak bisa dianggap remeh yakni Covid-19.
“Ini adalah satu teror yang luar biasa, yang mampu melumpuhkan seluruh kekuatan-kekuatan umat manusia, termasuk negara-negara super power pun kewalahan bahkan kita katakan gagal mengatasinya,” ujar Saad.
Elemen Bangsa Harus Kerahkan Potensi
Karenanya, Saad Ibrahim mengajak seluruh elemen bangsa untuk mengerahkan potensi dalam mengatasi Covid-19 ini.
“Kita saat ini menghadapi banyak hal, tidak hanya sekedar menghadapi narkoba, terorisme, tetapi juga Covid-19. Karenanya seluruh potensi harus kita gunakan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut,” ajaknya.
Di akhir sambutannya, Saad meminta kepada para dai yang tergabung di LDK ini untuk tidak bosan menyelenggarakan kegiatan serupa agar betul-betul paham terhadap masalah narkoba dan terorisme.
“Acara yang dilaksanakan LDK PWM Jatim ini adalah bagian dari menggunakan potensi kita untuk mencari solusi. Agar terbangun masa depan bangsa, masa depan umat islam yang lebih baik. Karena masa depan ini jauh lebih penting dari kenikmatan sesaat,” terangnya.
Bagi Saad Ibrahim, apalah artinya merasakan kenikmatan saat ini, kalau esok hari negara kita terpuruk, bangsa ini hancur, umat ini kemudian lenyap dan bahkan agama islam hilang.
“Maka kita harus terus berfikir dan berfikir. Bersemangat dalam berdakwah dan berjihad,” ujarnya. (*)
Kontributor M Khoirul Anam dan Muhammad Arifin Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni