Lima Penyebab Datangnya Bencana ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian Lima Penyebab Datangnya Bencana ini kita mulai dari hadits riwayat Ibnu Majah.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ أَقْبَلَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ لَمْ تَظْهَرْ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا فَشَا فِيهِمْ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمْ الَّذِينَ مَضَوْا وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنْ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ إِلَّا سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ. رواه أبن ماجه
Dari Abdullah bin Umar dia berkata, “Rasulullah SAW menghadapkan ke kami dan bersabda: ‘Wahai golongan Muhajirin, lima perkara apabila kalian mendapat cobaan dengannya, dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak mengalaminya.
(Yaitu) 1. Tidaklah kekejian menyebar di suatu kaum, kemudian mereka melakukannya dengan terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah mereka penyakit tha’un dan kelaparan yang belum pernah terjadi terhadap para pendahulu mereka.
2. Tidaklah mereka mengurangi timbangan dan takaran kecuali mereka akan disiksa dengan kemarau berkepanjangan dan penguasa yang zalim.
3. Tidaklah mereka enggan membayar zakat harta-harta mereka kecuali langit akan berhenti meneteskan air untuk mereka, kalau bukan karena hewan-hewan ternak niscaya mereka tidak akan beri hujan.
4. Tidaklah mereka melanggar janji Allah dan Rasul-Nya kecuali Allah akan kuasakan atas mereka musuh dari luar mereka dan menguasainya.
5. Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka enggan menjalankan hukum-hukum Allah dan tidak menganggap lebih baik apa yang diturunkan Allah, kecuali Allah akan menjadikan rasa takut di antara mereka.'”
Pembahasan Hadits
Rasulullah tidak meninggalkan umatnya sesuatu yang bermanfaat kecuali telah menunjukkannya, dan juga sesuatu yang membawa mudharat atau bahaya kecuali telah memperingatkannya.
Dalam hadits di atas Rasulullah memberi peringatan kepada umatnya tentang lima hal yang menyebabkan keburukan bagi umatnya.
Bahwa keburukan yang menimpa umat manusia itu disebabkan karena kemaksiatan yang dilakukan oleh umat itu sendiri, dan dosa ini adalah dosa kolektif. Yang harus dilakukan terus-menerus adalah amar makruf dan nahi mungkar.
Amar makruf sudah berjalan dengan baik dan di mana-mana ada, sedangkan nahi mungkar ini yang masih jarang dilakukan oleh umat ini. Hati-hati terhadap lima penyebab terjadinya musibah ini yaitu:
Perbuatan Keji Merajalela
Pertama, jika al-fahisyah telah terang-terangan merebak di tengah masyarakat, maka yang akan terjadi adalah penyakit tha’un dan kelaparan akan menimpa. Al-fahisyah yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah perbuatan zina, sodomi, dan sejenisnya.
Perzinahan dengan berbagai bentuknya telah merajalela dan sudah bukan menjadi rahasia umum lagi. Mulai kalangan remaja yang baru pertama mengenal nafsu birahi yang ditunjang dengan pergaulan tanpa batas remaja putra-putri. Orang tua wajib berhati-hati dalam hal ini.
Begitu pula perselingkuhan, suatu hal yang seolah bukan lagi hal tabu, yang merebak hampir di seluruh antero bumi ini. Belum lagi penyakit kejiwaan seperti LGBT yang seolah dilegalkan. Semua itu semakin menambah rusaknya moralitas manusia di akhir zaman ini.
Padahal seharusnya penyakit itu dapat disembuhkan, tentu dengan sebuah proses. Dibutuhkan suatu upaya dari berbagai pihak untuk menyembuhkan penyakit tersebut.
Kita wajib hati-hati dan waspada jika al-fahisyah itu telah merebak maka yang akan terjadi adalah adanya wabah penyakit dan wabah kelaparan yang dahsyat dan belum terjadi sebelumnya. Kita berlindung kepada Allah akan terjadinya hal ini. Na’udzubillahi min syarri dzalik.
Mengurangi Timbangan dan Takaran
Kedua, jika praktik jual beli dengan cara mengurangi timbangan dan takaran telah merebak dan menjadi hal yang biasa—sebagaimana keterangan dalam hadits di atas—maka manusia akan di timpa kemarau panjang plus mendapat penguasa zalim.
Benarkan beras yang 5 kg perkantong berisi pas 5 kg? Benarkah gas elpigi yang 3 kg berisi sesuai dengan yang dimaksud?
Pernah ada teman yang bercerita bahwa ia bekerja diperusahaan dalam bidang ini dari pihak menajemen menyuruh untuk mengurangi 0,3 kg sehingga hanya terisi 2,7 kg saja, bisa dibayangkan kali berapa tabung yang di isi?
Demikian juga dalam hal ukuran, kayu, dan betoneser juga kerap ukurannya berubah. Demikian pula dalam bidang yang lain.
Maka kita harus berhati-hati dalam hal jual beli yang demikian. Termasuk yang saat ini terjadi adalah jual beli secara online, antara barang yang diharapkan oleh pembeli kadang tidak sesuai dengan realitas yang diterima ketika telah terjadi akad jual beli.
Hal demikian mestinya dipahami bagaimana hukum jual beli secara online, apa saja ketentuan secara syara’ sehingga jual beli itu memenuhi unsur keadilan bagi pembeli dan penjual tanpa ada unsur gharar (penipuan) dan spekulasi dari pembeli.
Enggan Membayar Zakat
Ketiga, jika umat ini enggan membayar zakat dari rizki yang dianugrahkan oleh Allah kepadanya maka akan ditimpa kekeringan karena tertahannya air hujan dari langit.
Hal ini menjadi peringatan bagi setiap Mukmin untuk selalu menunaikan zakatnya, baik zakat al-fitri maupun zakat al-maal. Terutama zakat al-maal ini yang bentuknya beraneka ragam di antaranya zakat perniagaan atau perdagangan, dari keuntungan bersihnya wajib dikeluarkan dengan niat yang jelas sebagai zakatnya.
Juga zakat tanaman atau perkebunan ketika panen wajib dikeluarkan zakatnya, demikian prosesi lainnya yang besar zakatnya sesuai dengan analogi atau diqiyaskan dengan yang sejenis.
Zakat ini menjadi keseimbangan bagi umat ini agar tidak terjadi jurang pemisah. Mendekatkan kekerabatan antar sanak saudara dan keakraban antar tetangga dan teman-teman.
Jadi yang belum berzakat segera tunaikan zakatnya, saudara lebih utama, kemudian tetangga dekat dan juah, lalu seterusnya.
Melanggar janji Allah dan Rasul-Nya
Keempat, jika janji kepada Allah dan rasul-Nya tidak lagi ditunaikan. Dalam pengertian ini agama sudah tidak lagi menjadi acuan bagi kehidupan umat. Agama selalu dipelajari dan diceramahkan akan tetapi tidak dalam pelaksanaanya. Maka akan ditimpakan kepada umat ini pemimpin yang justru dari musuh-musuh agama ini.
Istikamah atau konsistensi umat ini pada agamanya menjadikan ukhuwah islamiyah semakin kuat merekat. Tentu dengan persatuan terutama secara politis maka tidak ada yang dapat mengalahkan kekuatan umat.
Hanya karena umat bercerai berai dan hanya ingin kelompok dan organisasinya sendiri yang eksis, maka yang terjadi seperti yang dapat kita saksikan saat ini.
Sudah saatnya umat bersatu merangkul semuanya tanpa kecuali, yang merasa besar tidak takut kecil sehingga merangkul yang kecil sekalipun. Semua merasa berkepentingan demi tegaknya izzul Islam wal muslimin. Terlalu picik pandangan jika hanya berbuat demi kepentingan kelompoknya saja.
Pemimpin yang Abai
Kelima, jika pemimpin umat atau negeri tidak lagi berhukum dengan hukum Allah maka yang akan terjadi dan berlaku adalah hukum rimba. Siapa yang kuat dia yang akan memangsa. Di satu kebenaran disampaikan sebagai jani-janji, tetapi janji itu tinggallah janji.
Banyak kesemuan antara apa yang disampaikan dengan realitasnya. Justru mereka sudah tidak percaya lagi dengan hukum Allah dan rasul-Nya sehingga membuat hukum sendiri dengan akalnya yang sangat terbatas kemampuannya.
Seorang profesor pun yang merasa dirinya hebat tidak sanggup membuat konsep yang universal bagi kehidupan umat ini. Hanya hukum Allah dan rasul-Nya yang akan mampu menjawab semua persoalan yang di alami oleh umat manusia.
Dan merupakan suatu betuk kesombongan yang memalukan diri sendiri ketika seorang manusia merasa hebat dengan dirinya sendiri. Kecuali ketika ia sudah tidak tahu diri sehingga ia tidak malu untuk melakukannya itu.
Kelima penyebab musibah itu menjadi peringatan khususnya bagi pemimpin umat ini untuk mengantisipasinya. Jangan hanya sudah merasa nyaman karena telah menjadi pemimpin dan dihormati banyak orang. Akan tetapi bagaimana agar umat ini mampu meraih bahagia dunia dan akhirat. Wallahu ‘alam. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Tulisan Lima Penyebab Datangnya Bencana ini adalah versi online Buletin Jumat Hanif edisi 45 Tahun ke-XXIV, 10 Juli 2020/18 Dzulqa’dah 1441 H. Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.