PWMU.CO – Menjadi orangtua efektif di era pandemi disampaikan Ir Misbahul Huda MBA dalam motivasi pendidikan pada acara sosialisasi virtual wali siswa kelas VI SD Mugeb, Sabtu (11/7/20).
Dalam acara yang digelar SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik motivator lulusan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) menjelaskan sebelum pandemi Covid-19 beban pendidikan bertumpu kepada sekolah. Tidak sedikit orangtua yang pasrah bongkokan kepada sekolah. Artinya pembelajaran sepenuhnya dibebankan kepada sekolah.
“Setelah adanya pandemi ini bandul berayun. Beban pendidikan beralih ke orangtua. Bukan karena sekolah tidak mau mengadakan pembelajaran, tetapi karena cobaan yang diberikan Allah SWT sehingga pembelajaran dilaksanakan penuh di rumah,” ujarnya.
Banyak orangtua yang tidak siap anaknya belajar di rumah sehingga membuat mereka resah, gerah, dan bahkan marah saat mendidik anaknya sendiri.
Mana mungkin, lanjutnya, anak didik menjadi shaleh-shalehah—seperti visi SD Mugeb, berakhlak mulia dan berprestasi—jika orangtua mendidik anak dengan emosi, marah, dan uring-uringan.
“Mengapa orangtua harus marah, padahal hanya menggeser sekolah ke rumah?” tanyanya pada peserta.
Ia mengungkapkan hanya teknikal saja yang menggeser sekolah ke rumah. Jika hanya menggeser, maka banyak orang yang salah persepsi. Banyak yang mengartikan orangtua diminta menjadi guru di rumah.
“Bayangkan jika ada orangtua yang anaknya sekolah dijenjang SD, SMP, SMA, mereka bertanya matematika sin, cos, tan, atau integral tumpuk tiga. Lak emaknya bingung”, ujarnya.
Motivator kelahiran Madiun itu memaparkan bukan orangtua menjadi guru, akan tetapi orangtua menjadi fasilitator dan pendamping program yang telah dicanangkan oleh sekolah lewat pembelajaran jarak jauh.
Tidak ada istilah guru itu nganggur. Pastinya sekolah sudah menyiapkan seperangkat program agar target anak berakhlak mulia dan berprestasi tetap terpenuhi. Meskipun melalui mekanisme pembelajaran jarak jauh.
“Nah, yang diperlukan adalah orangtua yang sabar dalam mendampingi anak sehingga tercipta harmoni antara rumah dengan sekolah”, ungkap Pak Huda, sapaannya.
Orangtua Tidak Boleh Resah
Pak Huda menjelaskan, agar orangtua untuk tidak marah ataupun resah maka perlu pemahaman atau paradigma baru. Salah satunya yaitu redefinisi sukses.
Anak sukses, menurutnya, bukan berasal dari cerdas intelektual tetapi juga cerdas spiritual. Anak sukses juga harus mandiri di usia yang dini, mandiri sosial, mandiri finansial maupun spiritual, tidak parasit artinya tidak bergantung kepada orang lain.
“Termasuk kelas VI ini, didorong, difasilitasi anak belajar mandiri, orangtua bukan guru, tapi pendamping guru dari sekolah. Memasilitasi anaknya belajar, kalau malas dimotivasi, kalau mengantuk dibuatkan kopi, kalau malas didampingi, kalau lapar dibuatkan roti,” tuturnya seraya tersenyum.
Peran Terbesar Orangtua dalam Belajar
Pak Huda memaparkan orientasi anak sukses tidak hanya intelektual tetapi juga spiritual. Maka keluarga mempunyai peran yang sangat besar dalam belajar di rumah. Tidak hanya mengandalkan guru.
“Apakah guru tidak perlu? Oh tidak. Masih ingat tagline SD Mugeb, Berakhlah Mulia dan Perprestasi? Jadi guru akan menggarap aspek prestasi yang harus diselamatkan,” ungkapnya.
Peran tersebut yang pertama adalah menjadikan belajar di rumah sebagai momentum untuk membangun kebahagiaan bersama keluarga. Karena dalam al-Quran mengatakan keluarga harusnya menjadi pusat pendidikan dan membangun peradaban. Pandemi Covid-19 ini menegur agar sesungguhnya pilar pendidikan berasal dari keluarga.
Kedua, dengan pandemi Covid-19 membuat peran sekolah menyusut dan peran keluarga semakin besar. Menurut dia, rumah juga seharusnya dibimbing oleh sekolah untuk menyediakan kurikulum rumahan yang inside out.
“Apa artinya? Menemukan potensi anak yang berbeda-beda satu dengan lain, kemudian didampingi agar prestasinya menjadi optimal,” ujarnya.
Selanjutnya, dalam situasi ini keluarga berdampingan dengan anak berjam-jam dan berhari-hari, maka selama anak belajar di rumah manfaatkan untuk menemukan bakat, potensi, atau passion anak.
Keempat, perlu adanya kreativitas dan inovasi orangtua dalam mendampingi anak selama dari rumah. Jadikan seluruh kegiatan rumah menjadi kegiatan belajar mengajar dan semua properti menjadi media belajar mengajar.
“Yang kelima ini, peluang menjadi orangtua efektif yaitu mengetahui cara mendorong anak belajar, karena orangtua tahu tipe belajar anak, visual, auditori atau kinestetik,” paparnya.
Pak Huda mengatakan orangtua yang belum dapat menikmati anaknya belajar di rumah, sering resah dan galau, maka perlu adanya sekolah keluarga. “Keluarga muda meski sarjana, banyak yang tidak berbekal ilmu keluarga yang memadai, akibatnya mendidik anak dengan cara imitasi atau apriori,” jelasnya.
“Perlu sinergi antara orangtua dan sekolah sangat penting, harus saling mengerti dan melengkapi, serta memiliki satu fokus yaitu menjadikan anak berakhlak mulia dan berprestasi,” tandasnya. (*)
Penulis Fidyah Izzul. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.